ִֶָ𓂃 ࣪ ִֶָ25 41 HARI་༘࿐

167 45 17
                                    

Larasati keluar dari kamar tamu dengan jalan tertatih serta rambut acak-acakan, suaminya itu baru saja menggempur habis-habisan dirinya hingga dirinya kuwalahan. Entah mengapa suaminya sangat bersemangat hari ini dalam mengobrak-abrik miliknya.

Ia melihat Jaluh tidur di ruang televisi sambil memeluk Chalista dan Ayesha diiringi televisi yang masih menyala. "Jam berapa sih kok udah tidur bae?" gumamnya lalu melihat kearah jam dinding rumah menunjukkan pukul sembilan malam.

"Kenzo anj," umpatnya merasa kesusahan berjalan untuk mengecek pagar rumahnya apakah sudah dikunci atau belum.

"Nah loh belum di kunci, tapi tumben diluar rame orang." monolognya mendengar beberapa tetangganya asik mengobrol diluar rumah saat dirinya akan mengunci pagar rumah.

Ia memilih masuk kembali ke dalam rumah daripada mengintip siapa yang sedang ramai didepan rumah. Pikirnya mungkin ada beberapa tetangga baru dengan kategori pasutri muda.

"Senja, Zidane aman dah tidur nyenyak." katanya memeriksa kamar putranya terdapat dua bayi yang sudah terlelap tidur.

"Laper," ucap Kenzo keluar kamar dengan keadaan seperti baru mandi.

"Ya makan atuh," jawab Larasati sambil mencepol rambutnya di dapur.

"Bosen masakkan tadi siang, pengen makan sate." kata Kenzo lalu memeluk tubuh istrinya.

"Beli ke mang Emon di depan gang jam segini masih buka," ucap Larasati sambil mengusap-usap punggung suaminya.

"Temenin, ayo makan diluar."

"Capek Ken, lutut ku sampe sekarang ngerasa mayan geter. Kamu habis ngapain sih kok engas brutal?"

"Nokep."

"Siap, singkat, padat, Nokep."

Ding! Dong!

Suara bel rumah mereka berbunyi, membuat Kenzo terpaksa melepaskan cuddle-nya pada sang istribtuk mengecek monitor bel rumahnya. Terdapat beberapa tetangganya didepan pagar rumahnya,

Pak ada berkatan tahlil dari Pak Arifin...

Kenzo membuka pintu rumahnya lalu membuka pagar rumahnya, "Niat amat pak anterin nih berkat dari belakang rumah jauh."

"Nggak tau juga, saya cuman dititipin pak Arifin soalnya anak pak Arifin besok nikah."

"Lah bukannya anak pak Arifin yang pertama baru lulus SMA kemarin?" tanya Kenzo saat menerima berkat dari Candra.

"Iya sekarang nikah rumornya hamil duluan anaknya. Biasa anak jaman sekarang suka nyicil dulu biar nikah muda," ucap Candra sekaligus julidan ala bapak-bapak.

"Cowoknya juga masih muda berarti?"

"Iya, tapi cowoknya tanggungjawab kok sama masih muda udah jadi mandor bangunan."

"Yaudah saya mau anter berkat yang lain," pamit Candra dengan bapak-bapak yang lain memiliki style baju kokoh dan sarung wadimor-nya untuk berkeliling mengantar nasi kotak dari acara pengajian bapak-bapak ketua rt setempat.

"Bejir insecure gue, bocah-bocah pada nikah mana gak lupa tanggungjawab lagi." monolognya masuk ke dalam rumah.

Larasati sudah memangku Ayesha yang baru saja terbangun karena mencium parfum ibunya berseliweran di ruang tv. "Mwami, mwami," gumam putrinya sambil menduselkan wajahnya dibagian ketiak ibunya.

"Ini naskot dari pak rt, mau makan gak?" tawar Kenzo.

"Kamu aja makan, katanya tadi laper. Aku mah kalo malem udah ngurangin nasi, soalnya bb ku naik terus." jawab Larasati sambil menepuk-nepuk pelan pantat putrinya yang akan tidur lagi lalu diangguki oleh Kenzo yang akan memakan nasi kotak tersebut.

41 HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang