2 tahun kemudian
Ibu dua anak yang terkenal introvert diawal lalu jadi ekstrovert setelah kenal, berjalan kearah panggung wisuda tuk berpidato karena dirinya termasuk lulusan berprestasi dan peringkat dua mahasiswi cumlaude di universitasnya.
"Enak kali istri lu lulus tanpa skripsi," kata Mahendra duduk disamping Kenzo yang memangku dua anaknya
"Udah takdir, dia banyak prestasi anjir. Pas kkn ulang kepisah kelompok sama gue, dia cemburu brutal terus nyiptain pembangkit listrik hemat di desa tempat dia kkn sama juara tiga SEA GAMES Voli Internasional sama jadi duta debat antar teknik di Brunei dan berujung menang, biar cepet lulus katanya."
"Cemburunya bisa gitu ya." kata Aruna disisi Mahendra, karena keduanya kini sedang menjalin hubungan asmara.
"Lu skripsi udah kelar?"
"Joki gue, males mikir soalnya selama ditinggal Larasa lomba-lomba gue fulltime jadi bapak rumah tangga. Lo tau sendiri Zidane nih aktif banget, sampe pernah lengah dikit dia minum air wc."
"Spill jokinya dimana? Berapa?"
Kenzo memelankan suaranya untik memberikan info perjokian pada dua temannya. "Ada, lo pada mau? Satu halaman dipatok tiga puluh rebu."
"Termasuk murah tuh, gue mau dong biar cepet lulus." sahut Kristof tiba-tiba.
"Ntar gue share di grup infonya."
"Terus lu kapan sidang?"
"Masih dua bulan lagi, soalnya bapak gue masih ada acara di Afrika." kata Kenzo sambil membenarkan jas milik putranya yang terus menggeliat ingin berlari bebas.
"Njir di sidang sama rektor."
"Mwami!!!" teriak Zidane melihat ibunya di layar gedung wisuda.
"Saya ucapkan terimakasih sebelumnya pada suami, kakak Ayesha, adek Zidane, serta dosen-dosen pengampu mata kuliah dan yang paling utama pada bapak rektor...." ucap Larasati dengan anggun tanpa jiwa kefrontalan di acara tersebut.
Kenzo memilih keluar gedung disaat istrinya berpidato karena putranya tidak dapat diam. "Astagfirullah, anak siapa sih kayak belut." katanya.
"Untung kakak anteng sama Onti Aruna," sambungnya lalu melepaskan Zidane dari gendongannya.
"Huwaaa!!!!" teriak Zidane merasa bebas kemudian berlarian di depan taman gedung wisuda.
"Pwapi iyat nih!!!" seru Zidane memegang ular anakan berwarna hijau dari akar pohon beringin ditengah taman.
"Ngawor." Kenzo mengambil paksa ular tersebut lalu membuangnya ke selokan terdekat. "Untung gak berbisa, kamu nih kenapa ndak bisa diem toh?" tanyanya gemas mencubit hidung putranya.
Zidane menggelengkan kepalanya tidak tahu, ia berlarian kearah penjual buket-buket bunga wisuda yang ada dipinggir jalan depan gedung wisuda kampus.
Brak!
Gubrak!
Brak!
"Ya Allah," terkejut para penjual baket saat ada batita laki-laki menabrak beberapa buket yang dipajang lalu masuk ke dalam selokan yang berisi daun rindang disebelah jalan tersebut.
"Bapaknya diajak my trip my adventure di selokan." gumam Kenzo masuk ke dalam selokan tersebut untuk menggendong putranya.
Bukannya menangis, Zidane malah tertawa cekikikan dengan dahi yang benjol serta menampilkan gigi susunya. "Bener-bener jaran cilik versi emaknya."
"Berapa mbak buket yang udah dirusak nih bocil?" tanya Kenzo pada sang penjual.
"Ndak usah diganti mas gapapa, namanya juga anak-anak."