ִֶָ𓂃 ࣪ ִֶָ15 41 HARI་༘࿐

424 51 43
                                    

"Kak nah nyam ni yoh..." oceh Ayesha makan nasi dengan ikan tongkol goreng dihadapan Juwita dan Kristof pada teras rumah.

"Pake sayur mau?" tawar Juwita menunjuk sayur pare buatannya.

"Cuba yeh?" tanya Ayesha.

Juwita menoleh kearah Krostof dengan dahi mengkerut. "Apa bang artinya?"

"Gua kaga ngarti neng," jawab Kristof sambil mengerjakkan proposal kkn-nya.

"Mau coba boleh?" terjemah Jaluh datang dengan membawa tiga buah kelapa muda.

"Oh boleh-boleh, onti ambilin ya." kata Juwita mengambilkan sayur pare ke piring Ayesha.

Ayesha pun memakannya dengan lahap diiringi ekspresi kepahitan, walaupun pahit tetap ia makan kok. Ia agak trauma dengan ibunya yang selalu memaksanya makan hingga ia muntah-muntah.

Tentu Jaluh—pamannya merekam momen Ayesha makan sayur pare yang rasanya terkenal pahit tuk dikirimkan ke grup keluarga besar. "Cucu kedua lagi memakan pahitnya kehidupan." ucapnya voice note.

"Nggak pedes kan tapi?" tanya Jaluh pada Juwita.

"Nggak, rata-rata anggota kelompok 41 nggak suka pedes. Yang suka pedes cuman lu sama Maya doang, gue juga nggak terlalu." ucap Juwita.

"Apalagi bapaknya Ayesha phobia sama cabe kata Laras."

"Pwapi iyat dong!" seru Ayesha pada ayahnya yang keluar dari rumah sambil menggendong adiknya.

"Kakak pinter," ucap Kenzo duduk disamping Ayesha.

"Pwapi nah yuhhh ahhh noo!" celoteh Ayesha menunjuk sayur pare.

"Iya, tapi sehat itu sayur."

"Kalo gini Ayesha di rumah juga cerewet Ken?" tanya Juwita.

"Cerewet banget, apalagi kalo gue pulang kerja malem banget dia bakal nggak tidur malah milih nyerewetin maminya sampe sama maminya ketiduran di ruang tamu." jelas Kenzo.

"Emang kerja apa sampe malem?"

"Part time jadi kurir."
W
"Pret Ken, jangan percaya sama omongannya Ken sama Laras. Mereka pura-pura miskin biar gak dipinjemin duit," kata Jaluh.

"Agar silaturahmi tidak terputus, pinjem seratus juta dong..." kata Juwita pada Kenzo.

"Cicilan berbunga lima persen tiap bulan mau?"

"Kagak!"

Kenzo membenarkan gendongan putranya yang mulai aktif menggeliat-geliat. "Cup, cup..."

Oek~ oek~

"Mau mik cu kali Ken," kata Juwita.

"Barusan sebelum kesini udah disusuin sama mwaminya," kata Kenzo lalu menengkurapkan putranya itu di lengan tangannya dengan perlahan, seketika itu juga putranya tidak menangis malah menguap menyamankan posisi pipinya dilengan sang ayah.

"Aceceyo nah nyis pi?" tanya Ayesha melihat wajah adiknya yang memerah.

"Adiknya lagi pengen jadi kura-kura." jawab simple Kenzo.

"Kak nah cuwa noh ya...."

"Cuwa?" tanya Kenzo.

"Cuwa hrghhh...." Ayesha menirukan suara hewan kepada sang ayah supaya Kenzo daoat mengerti artinya.

"Kecoak?" tebak Kenzo.

"No!!!"

"Cuwa hrghh ang~"

"Ges yang bisa bantuin nebak, gue kasih duit dua rebu buat parkir." kata Kenzo.

41 HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang