ִֶָ𓂃 ࣪ ִֶָ7 41 HARI་༘࿐

569 74 41
                                    

"Ahh... Ken jangan digesek nghh..."

"Ya bentar pemanasan dulu huh..." ucap sang lelaku dengan menepuk-nepukkan cacing alaskanya yang suka keras dibagian lapisan kerang abalon milik sang istri.

Sang istri sudah tidak tahan, apalagi sedang mengandung jadinya terasa ingin keluar terus-menerus air buang kecilnya. Rasanya ia ingin segera dimasukki oleh cacing alaska dari suaminya.

"Kenzo sama Laras kemana ya? Itu Ayesha rewel nyariin papinya sampe berantakkin make up Mytha." tanya Maya pada Jaluh yang sedang mengerjakkan proyek-nya di teras rumah di pukul sebelas malam.

Jaluh menutup laptopnya dan membawanya ke dalam rumah, ia melihat beberapa temannya sudah tidur. Ia tahu dimana sepupu dan sang suami sekaligus melakukan apa. Jadi ia harus menghandle Ayesha sekarang.

"Sayang," panggil Jaluh lembut sambil merentangkan tangannya pada Ayesha.

Wajah Ayesha sudah merah semua karena menangis kencang. Dan kamar lumayan berantakkan karena keponakannya tengah tantrum.

"Ayo ikut papa sini," ajak Jaluh kemudian menggendong Ayesha.

Ayesha menggelengkan kepalanya sambil menangis kencang. "HUWA PWAPI!!!!"

Jaluh mengajak keponakannya keluar malam-malam supaya keponakannya tidak mengganggu teman-temannya yang sudah tidur. "Cup, cup, cup ayo main putri malu." ajaknya.

"Pwapi!! Pwapi!!" teriaknya melengking.

"Mau dibantuin nggak Ja?" tawar Maya kasihan melihat Jaluh seperti kuwalahan.

"Nggak usah, kamu tidur aja. Ayesha kalo lagi tantrum makin tantrum kalo ditenangin sama orang lain, bocil caper ini." jawab Jaluh paham betul dengan keponakkannya.

Jaluh mengajak keponakkannya berjalan kearah pantai untuk menenangkan Ayesha. "Anak cantik anaknya papi Ken," ucapnya dengan menimang Ayesha.

"PWAPI! PWAPI! PWAPI!" teriak-teriak Ayesha ngotot mencari ayahnya.

Samar-samar Jaluh melihat wanita berambut pirang tengah duduk sendirian di pinggiran pantai sambil menatap langit gelap yang hanya diterangi oleh Bulan dan Bintang. "Calista? Ngapain?" gumamnya.

"Cal," panggil Jaluh duduk disebelahnya.

Calista kaget lalu mengusap air matanya yang ada di pipi. "Loh belum tidur si Ayesha?" tanyanya.

"Belum, nyariin papinya. Kamu ngapain disini sendirian?"

"Gapapa, lagi kagum sama keindahan desa ini kalo malem." jawabnya memalingkan wajahnya supaya Jaluh tidak mengamati wajahnya.

Jaluh menurunkan keponakannya tuk duduk disisinya, "Lagi nangisin apa sih? Mau jadi Ayesha part dua?"

Ayesha menggali-gali pasir disebelah pamannya itu tuk mencari ayahnya yang siapa tahu ada di dalm pasir. "Pwapi..."

"Udah dibilang gue terharu sama keindahan alam kok masih ngotot nanya bae." jawab Calista malas.

"Erik kemana? Biasanya kalian berdua sama-sama bareng."

"Nggak tau kemana, paling tidur duluan soalnya gue kesini sendirian." ucap Calista.

Jaluh manggut-manggut lalu salah fokus dengan jari manis tangan kiri Calista yang biasanya ada cincin pertunangan, kini malah tidak ada. "Kamu berharap apalagi apa sama dia?"

"Maksudnya?"

"Gue tau, Erik gak normal."

"Ngaco bener lu," balas Calista.

Jaluh mengendikkan entah bahunya. "Gue naksir sama lo udah dari jaman ospek, tapi gue sadar lo sama Erik udah pacaran dari SMA."

"Dih gak jelas, confess di waktu yang salah."

41 HARITempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang