Kenzo mengeroki punggung putrinya menggunakkan bawang merah, sesuai saran dari Mahendra. Entah mengapa tiba-tiba Ayesha muntah-muntah dan bersendewa terus bak orang dewasa masuk angin.
"Hiks...." tangis Ayesha merasa perih dan panas punggungnya terkena bawang merah.
"Kurang satu, sabar ya kak biar cepet sembuh." ucap Kenzo dengan menggosok bawang merah ditengah-tengah punggung anaknya.
"Lagian lu sama Laras juga aneh, masih kecil nggak dikasih daleman kaos kutang anak kecil buat hari-harinya." ucap Juwita sambil membawa teh madi hangat untuk Ayesha.
Kenzo membalikkan tubuh Ayesha untuk terlentang setelah tengkurap tuk dikeroki. "Nggak kebiasa, soalnya gue sama Laras males makein. Terus sama mama juga gak disuruh, yaudah." katanya lalu memakaikan kembali baju putrinya setelah itu ia mencuci tangan dibelakng.
Juwita membantu Ayesha meminum teh madu hangat buatannya. "Pelan-pelan kalau minum. Nanti ndak muntah-muntah lagi kok kalau udah digosok punggungnya."
Ayesha sesunggukkan dengan wajah merah dan sembab, ia memeluk tangan Juwita setelah meminum habis tehnya. "Mwami hikss... naa...."
"Mau ke mami?"
"Iyah...."
Kemudian Juwita menggendong Ayesha tuk membawa pergi anak kecil tersebut pada Larasati. Memang dimana keberadaan Larasati? Jawabannya pasti Larasati sudah tidur di kamar duluan di jam delapan malam ini dengan mengeloni Zidane, batin Juwita.
Klek.
Ia membuka pintu kamar pertama rumah terdapat Larasati yang menyetrika pakaian kaos-kaos oversize milik Kenzo. "Loh tumben buk nyetrika? Saya kira dah tidur."
"Bapaknya anak-anak dari tadi sore ngomel bajunya pada kusut nggak licin, kan dia malu kalo pake baju kusut katanya gak rapi." jawab Larasati dengan menggosok setrika milik Mila yang ia pinjam tuk menyetrika pakaian Kenzo.
"Ya emang gak rapi buk," lalu Juwita merebahkan tubuh Ayesha disamping Zidane yang tengah mengoceh bayi. "Dedek Zidane belum bobo?"
"Barusan bangun itu, terus gue biarin ngoceh dah daripada nangis."
Ayesha memeluk bonekanya tuk menutupi mata sembabnya, tak lama kemudian Juwita dan Larasati mendengar dengkuran halus dari Ayesha.
"Ken kemana Ju?" tanya Larasati.
"Tadi sih nyuci tangan soalnya tanganya kena minyak sama bamer."
"Bwabwaik~" oceh Zidane.
Larasati mencabut kabel setrikanya karena dirasa sudah cukup menyetrikan pakaian suaminya. Ia meminggirkan setrika yang masih panas itu disela-sela lemari kayu. Kemudian ia menggendong putranya yang terus mengoceh bayi, "Dalem sayang? Kangen pwapi?" tanyanya.
"Pa!" pekik Zidane semangat.
"Anak papi semua," ucap Juwita merebahkan diri disamping Ayesha.
"Heh, lu pada tau gak? Chalista lahiran anjir." celetuk Mytha tiba-tiba.
"What?!" teriak Juwita dan Larasati bersamaan hingga membuat Ayesha terbangun lalu menangis.
"Gimana ceritanya wak?" kepo Juwita langsung mendekat ke Mytha, sedangkan Larasati harus menenangkan dua anaknya yang menangis karena kaget.
"Tadi tuh si Chalista ngeluh perutnya sakit terus dia minta anterin ke wc gak lama dia jerit-jerit soalnya mewmewnya ngeluarin anak." kata Mytha.
"Fix, fenomena ajaib. Mana gak keliatan kalo hamil tiba-tiba dah lahiran ae." ucap Juwita.