Ayesha menggendong adiknya yang sedang merajuk di sekolahan, ia berusaha selangkah demi selangkah menuju gerbang sekolahan. Bukannya guru disana tidak mau membantu, mereka tahu sifat manja dan merajuknya si Zidane yang hanya dapat ditenangkan oleh Ayesha.
Fyi saja sekarang Ayesha memasuki bangku TK besar sedangkan adiknya pada PAUD di sekolahan yang sama.
"Hyak!" Ayesha menurunkan adiknya didepan pintu gerbang sekolah, "Fyuh..."
"Nda mau! Nda mau!" seru Zidane bersedekap tangan di dada serta memalingkan wajahnya.
Ayesha mengelus-elus dada adiknya, "Sabal kata mwami nda boyeh loh malah-malah nanti beldosa."
"Welkom Hanafi uncle is back," ucap adik tiri Kenzo didepan sekolahnya.
Zidane menoleh ke pamannya itu kemudian merentangkan dua tangannya dengan mulut yang masih cemberut. Pamannya itu menggendongnya sambil memegang tangan kanan Ayesha, "Kenapa adek ngambek?" tanyanya pada Ayesha.
"Nda dibolehin pinjam mainan temannya teyus adek mayah besal kemudian melusak kelas." cerita Ayesha pada pamannya itu.
"Utututu, kasian sekali adek kecil ini," Hanafi mencubit gemas pipi kanan Zidane kemudian membuka pintu mobil cumi daratnya supaya Ayesha dapat masuk.
"Adek ngembekan sekali menilu siapa?" tanya Ayesha pada adiknya yang kini duduk disebelahnya.
"Nda tau! Nda tau!" seru Zidane dengan dahi mengkerut dan ekspresi merajuk.
"Ya nurun emak mu," sahut Hanafi kemudian menyetir mobilnya kearah rumah kakaknya.
Waktu menunjukkan pukul dua siang, Larasati keluar dari kantornya untuk mengambil waktu pulang. Kebetulan setelah lulus, ia banyak diincar oleh perusahaan-perusahaan dari kelas menengah hingga keatas untuk bergabung bekerja dengan tawaran gaji yang tidak tanggung-tanggung.
Sebenarnya bukan masalah gaji sih, lebih tepatnya ia bosan di rumah ketika suaminya kuliah berbarengan dengan anak-anaknya yang sekolah. Jadinya ia memilih bekerja supaya tidak suntuk menjadi ibu rumah tangga.
Lagipula pekerjaannya juga tidak terlalu berat, bahkan tidak sampai delapan jam di kantor. Posisinya juga cukup baik, meskipun banyak dibenci banyak orang. Kalian bisa menebak posisinya?
"Mwami!" seru Ayesha membuka pintu rumahnya menampilkan ibunya baru saja turun dari motor ninja milik adik iparnya.
Larasati tersenyum kemudian melepaskan full face-nya, ia memberikan paperbag kuning kepada putrinya. "Dibagi sama adik."
"Terimakasih mwami," Ayesha menerimanya dengan senang lalu masuk ke dalam rumah untuk membuka bingkisan dari ibunya.
"
Larasati melihat adik iparnya tengah tidur di ruang televisi dengan kondisi rumahnya yang kacau. Mainan berserakan, sayuran dan sampah berserakkan, dan paling membuatnya terkejut lagi telur-telur ayam jawa pecah semua di lantai dapur.
Pelakunya malah cosplay menjadi cacing diatas pecahan telur dan tepung. Kalian sudah dapat menebak siapa pelakunya kan?
"Adek!" sentaknya membuat Zidane kaget lalu memejamkan matanya.
"Heh itu telur-telur bapak mu baru beli kemarin! Bapak mu tau habis kau," omel Larasati lalu mengangkat kaos putranya itu.
Ayesha tidak peduli dengan adiknya sekarang, ia fokus dengan mainan baru yang baru saja dibelikan oleh ibunya. Padahal ia tadi juga ikut andil mengacaukan isi rumah, tapi pura-pura tidak tahu saja lah.
"Papi mu belom dateng?" tanya Jaluh masuk ke dalam rumah itu seperti rumah sendiri.
"Belum om. Pwapi lembul katana." ucap Ayesha mengarang.
![](https://img.wattpad.com/cover/376303110-288-k143087.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
41 HARI
Fanficִֶָ𓂃 ࣪ ִֶָ🐇 ft. 97L་༘࿐ [END] Perjalanan 13 mahasiswa yang menjalani Kuliah Kerja Nyata (KKN) selama 41 hari di sebuah desa terpencil. Awalnya, mereka hanyalah sekelompok orang asing yang dipersatukan oleh tugas kampus. Namun, semakin lama, rahasi...