BAB 1 : "Langkah Pertama"

119 54 7
                                    

Habis Mendengarkan musik, mending Baca cerita bab 1 ini selamat membaca terimakasih.


Arga melangkah memasuki kastil, disambut oleh kegelapan yang menyelimuti setiap sudutnya. Cahaya bulan purnama yang menyelinap melalui jendela-jendela pecah menerangi lantai yang berdebu, menciptakan pola cahaya dan bayangan yang bergerak seperti tarian hantu. Suara derit pintu besar yang baru saja ia buka menggema di lorongan yang panjang, seolah-olah mengundang kedatangannya ke dalam rahasia yang selama ini tersembunyi.

Dia menghela napas dalam-dalam, mencoba menenangkan gemetar di tangannya dan juga menepis rasa takut yang mulai menghantui di hatinya. Keberanian yang menggerakkannya untuk datang malam ini adalah hasil dari mimpi-mimpi yang berulang, sebuah dorongan yang tak bisa ia tolak meski ia merasa sendirian dalam pencariannya. Arga adalah seorang yatim piatu yang selama ini mencari tempat yang bisa memberinya arti, dan kini ia merasa, entah bagaimana, kastil ini adalah bagian dari pencarian itu.

Dengan hati-hati, Arga melangkah maju, menjejakkan kakinya di atas lantai batu yang dingin. Setiap langkahnya diikuti oleh gema yang mengiringi langkahnya ke dalam lorong utama kastil. Langit-langit yang tinggi dan gelap terasa menekannya, seolah-olah mengingatkan bahwa tempat ini bukan untuk sembarang pengunjung. Di sepanjang dinding, cermin-cermin kotor dan bingkai-bingkai gambar yang sudah pudar menambahkan kesan menyeramkan pada suasana.

Arga berhenti sejenak di hadapan sebuah tangga besar yang mengarah ke lantai atas. Tangga itu terbuat dari marmer yang usang, dikelilingi oleh batang-batang lampu yang dulunya mungkin megah, namun kini tampak seperti kerangka yang melamun. Di tengah-tengah tangga, boneka yang pernah ia lihat dalam mimpi duduk dengan tenang, masih tersenyum dengan tatapan kosongnya yang tajam.

Saat Arga mendekati boneka, perasaannya campur aduk antara keheranan dan kekhawatiran. Ada sesuatu yang sangat nyata tentang boneka itu, dan Arga merasa ada semacam hubungan tak terjelaskan di antara mereka. Boneka itu, dengan pakaian yang sudah kusam dan rambut yang berantakan, tampak hampir hidup dengan senyumannya yang abadi. Saat mata boneka itu bersentuhan dengan matanya, Arga merasa ada sesuatu yang menarik, seolah ada pesan tersembunyi di balik tatapan itu.

Ketika Arga mengulurkan tangan untuk menyentuh boneka, tiba-tiba, seluruh kastil bergetar lembut, dan lampu-lampu kuno menyala dengan sendirinya, menerangi lorong dengan cahaya yang lembut namun misterius. Arga merasa seolah-olah kastil ini memiliki hidupnya sendiri, seperti benda-benda di sekelilingnya ikut merespon kehadirannya. Boneka itu tampak sedikit bergerak, dan Arga bisa melihat matanya yang dulunya kosong mulai memancarkan cahaya lembut yang memandu langkahnya.

Dengan berani, Arga melanjutkan langkahnya ke lorong yang menuju ruang utama kastil. Dinding-dinding yang dipenuhi debu dan sarang laba-laba terlihat seperti menyimpan banyak cerita yang menunggu untuk diceritakan. Langkahnya bergetar, tetapi keinginan untuk mengetahui lebih dalam mengalahkan ketakutannya. Arga merasa bahwa kastil ini tidak hanya menyimpan rahasia, tetapi mungkin juga kunci untuk menemukan jati dirinya yang selama ini hilang.

Di ujung lorong, Arga tiba di sebuah pintu besar yang tampak lebih megah daripada pintu lainnya. Pintu itu tertutup rapat, tetapi ada sesuatu yang membuatnya merasa bahwa di balik pintu itulah rahasia sebenarnya tersembunyi. Dengan penuh tekad, Arga menarik napas dalam-dalam, memejamkan matanya sejenak untuk mengumpulkan keberanian, lalu mendorong pintu dengan lembut.

Pintu itu membuka dengan suara berderit yang khas, mengungkapkan ruang yang luas dan megah di baliknya. Arga melangkah masuk, merasa seolah-olah ia baru saja memasuki babak baru dalam hidupnya. Di dalam ruangan itu, ada sesuatu yang menarik perhatiannya-sebuah meja besar dengan berbagai benda kuno, dan di atasnya, sebuah buku tua terbuka dengan halaman-halaman yang pudar. Di samping buku itu, ada sebuah lampu minyak yang mengeluarkan cahaya lembut.

Saat Arga mendekati meja, perasaannya campur aduk antara kekaguman dan ketegangan. Apa yang akan dia temukan di sini? Apakah ini adalah awal dari penemuan yang telah lama ia cari, ataukah ia akan mengungkap sesuatu yang lebih gelap daripada yang pernah ia bayangkan?

Dengan tangan yang bergetar, Arga mengambil buku itu dan mulai membacanya. Setiap halaman tampak seperti sebuah kisah yang telah lama terlupakan, menunggu untuk diungkapkan. Dan saat ia membaca kata-kata pertama, ia tahu bahwa malam ini adalah awal dari petualangan yang tak akan pernah ia lupakan.

SANG BONEKA KERAJAAN [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang