BAB 3 : "Pertemuan dengan Masa Lalu"

61 41 3
                                    

Arga masih terpaku di tempatnya tersebut, perasaan campur aduk antara rasa takut dan rasa ingin tahunya semakin mendalam. Sosok perempuan bergaun putih itu menatapnya, dan tatapannya seolah menyimpan banyak rahasia. Namun, pikirannya berkelana kembali ke boneka yang ia temukan di tangga, yang seolah memiliki keterkaitan misterius dengan semua ini.

"Boneka itu," Arga berkata pelan, "ada sesuatu tentang boneka itu. Kenapa aku merasa terhubung dengannya?"

Perempuan itu mengangguk, senyumnya menandai pemahaman. "Boneka itu adalah simbol dari harapan dan kesedihan yang terpendam dalam dirimu. Ia menjaga kenangan-kenangan yang ingin kau lupakan, tapi juga mengingatkanmu akan kekuatanmu."

Arga menggigit bibirnya, mencoba mencerna kata-kata itu. "Apa yang harus kulakukan? Bagaimana aku bisa menemukan jawaban yang kucari?"

"Cari boneka itu lagi. Ia adalah kunci untuk membuka pintu-pintu di kastil ini," jawab perempuan itu, suaranya lembut namun penuh penekanan. "Boneka itu tahu lebih banyak daripada yang kau pikirkan. Jika kau bisa menghubungkannya dengan dirimu, mungkin kau akan menemukan jalan menuju masa lalu yang kau butuhkan."

Tanpa berpikir panjang, Arga segera meninggalkan ruang utama, kembali melalui lorong yang gelap menuju tangga besar tempat ia menemukan boneka. Saat langkahnya menggema di dinding kastil, dia merasakan ada kehadiran lain yang mengikutinya, seolah-olah kastil itu menuntunnya kembali ke tempat yang seharusnya.

Saat ia sampai di tangga, matanya langsung tertuju pada boneka itu, masih duduk di tempatnya. Senyumnya yang abadi kini tampak lebih hidup, dan Arga merasa jantungnya berdegup kencang. Ketika ia mendekat, ada sinar lembut yang mengelilingi boneka itu, seakan mengundangnya untuk lebih dekat.

"Ini dia," bisik Arga pada dirinya sendiri, mengulurkan tangan untuk menyentuh boneka. Begitu ia menyentuhnya, tubuhnya seolah tergetar oleh energi yang mengalir dari boneka. Seketika, gambar-gambar dari masa lalunya mulai muncul di pikirannya-kenangan indah, momen kesedihan, dan berbagai perasaan yang selama ini terpendam.

Dalam kilasan ingatan itu, Arga melihat dirinya sebagai anak kecil, bermain dengan boneka yang sama, tertawa dan merasa bahagia. Namun, ia juga merasakan rasa kehilangan yang mendalam saat ingatan tentang orang tuanya muncul. Air matanya menetes, dan ia menyadari bahwa selama ini ia telah berusaha mengubur perasaannya sendiri.

Boneka itu tiba-tiba berbicara, suaranya lembut namun penuh kekuatan. "Arga, ingatlah. Rasa sakitmu adalah bagian dari perjalananmu. Menghadapi masa lalu adalah langkah pertama untuk menemukan jati dirimu."

Arga terkejut, tetapi ada kelegaan saat mendengar kata-kata itu. Ia merasa seolah boneka itu benar-benar hidup, memberi petunjuk dan semangat untuk melanjutkan pencariannya. Dengan tekad yang baru, ia merasakan dorongan untuk kembali ke ruang utama.

Setelah kembali, Arga melihat perempuan itu masih menunggu, namun kini dia tampak lebih tenang. "Kau telah menemukan kunci itu, ya?" tanyanya.

"Ya," jawab Arga, mengusap air matanya. "Boneka itu mengingatkanku pada kenangan yang terpendam. Aku tidak bisa terus menghindar dari masa lalu."

Perempuan itu tersenyum, dan Arga merasa ada harapan baru muncul di dalam dirinya. "Sekarang, saatnya untuk membuka pintu-pintu yang ada di kastil ini. Dengan mengingat siapa dirimu, kau akan menemukan apa yang kau cari."

Arga menatap pintu besar di depan mereka, berdebar-debar. "Apa yang akan kutemukan di balik pintu ini?"

"Jawaban dari semua pertanyaanmu. Namun ingat, tidak semua yang ada di sini mudah untuk diterima," jawab perempuan itu.

Dengan langkah mantap, Arga mendekati pintu itu. Begitu ia menyentuh gagangnya, dia merasakan energi dari boneka yang masih ada di tangannya, seolah-olah memberikan dorongan untuk melangkah maju. Dengan satu tarikan napas dalam, Arga mendorong pintu itu dan melangkah masuk ke dalam kegelapan yang menunggu, siap menghadapi apa pun yang ada di depan.

Setiap langkahnya kini terasa lebih berarti, dan ia tahu bahwa dengan menghadapi masa lalu, ia akan menemukan jati dirinya yang hilang.

SANG BONEKA KERAJAAN [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang