BAB 16 : "Cakrawala Tak Terduga"

19 12 0
                                    

Arga merasakan semangat yang membara di dalam dirinya, bergetar seperti api unggun yang berkobar di hadapannya. Para sosok di sekelilingnya memberikan pandangan penuh harapan, dan untuk pertama kalinya dalam beberapa waktu, rasa ketidakpastian yang menyelubungi pikirannya mulai terangkat sedikit. Mungkin, di balik kegelapan yang menyelimuti, terdapat secercah cahaya yang dapat membimbingnya.

“Untuk memulai perjalanan ini, kau harus memahami inti dari kegelapan yang kau hadapi,” kata lelaki berambut panjang itu sambil menatap dalam-dalam ke mata Arga. “Kau harus menghadapi teka-teki yang disimpan dalam lingkaran di pondok. Hanya dengan memecahkannya, kau akan menemukan kekuatanmu.”

Teka-teki? Arga merasa jantungnya berdebar. Ingatan akan lingkaran yang dilukis di lantai pondok kembali menghantuinya. “Apa yang harus kulakukan?” tanyanya, merasakan ketegangan menyelimuti suasana.

“Dengarkan suara dalam hatimu,” balas lelaki itu, “Sebab jawaban selalu ada di sana. Teka-teki ini bukan sekadar rangkaian kata; ia adalah cerminan dari dirimu sendiri.”

Dalam keraguan, Arga mencoba merenungkan semua yang telah terjadi. Lingkaran itu seolah menjadi penanda pertemuan antara dua dunia: dunia nyata yang dikenal dan kegelapan yang tak terduga. Dengan napas dalam-dalam, ia menutup matanya dan berusaha mengingat kembali simbol-simbol yang terukir di dalam lingkaran.

“Di dalam kegelapan, kebenaran tersembunyi,” Arga berbisik, berusaha menyelami makna dari kalimat yang terlintas. “Tetapi apa yang menghubungkan keduanya? Siapa yang bisa menjadi jembatan?”

Kata-kata itu menggema dalam pikirannya. Tiba-tiba, sosok Nisa muncul dalam bayang-bayang ingatannya, bukan sebagai sosok menakutkan, tetapi sebagai penentu jalan. Ia ingat betapa Nisa pernah berbicara tentang impian dan harapan. Ia adalah bagian dari perjalanan ini, dan mungkin, jawaban untuk mengatasi kegelapan ada padanya.

“Siapa yang kau cari?” suara halus muncul di telinganya. Arga membuka mata dan melihat sosok-sosok di sekelilingnya mengamati dengan penuh perhatian.

“Nisa,” jawabnya dengan suara bergetar. “Aku merasa dia memiliki kunci untuk memahami semua ini.”

Mereka saling bertukar pandang, dan lelaki berambut panjang itu berkata, “Benar, Nisa adalah benang merah yang menghubungkan semuanya. Namun, untuk menemukannya, kau harus melalui jalur kegelapan dan berhadapan dengan ketakutan terbesarmu.”

Arga menelan ludah. Perasaan takut menyelinap kembali ke dalam dirinya. “Aku tidak tahu apakah aku mampu.”

“Tidak ada yang pernah tahu sebelum mereka mencobanya,” lelaki itu membalas dengan suara tegas. “Ketika kau merasa tidak berdaya, itulah saatnya untuk menggali potensi yang ada dalam dirimu.”

Sambil berusaha menenangkan dirinya, Arga berjanji untuk melakukan apa pun demi menemukan jawaban. Ia tidak bisa membiarkan kegelapan ini terus menghantuinya dan semua orang yang dicintainya. Dengan semangat baru, ia menganggukkan kepala. “Baiklah, apa langkah pertama?”

“Melangkahlah ke dalam bayangan,” lelaki itu menjawab sambil melangkah mundur ke dalam kegelapan, memberi ruang bagi Arga untuk mengikuti. “Kau akan menemukan ujian yang harus kau hadapi, dan ketika saatnya tiba, jawaban akan terungkap.”

Arga merasakan ketegangan menyelimuti tubuhnya saat melangkah ke dalam gelap, mengikuti jejak langkah yang perlahan-lahan memudar. Suara desiran angin dan gemerisik dedaunan menemaninya, menciptakan melodi yang aneh namun menenangkan.

Ketika Arga melangkah lebih jauh, ia mendapati dirinya berada di tengah hutan lebat, di mana cahaya bulan hanya temaram. Kegelapan mengintimidasi, tetapi rasa ingin tahunya lebih kuat. Ia mengedarkan pandangannya, mencari tanda atau petunjuk yang dapat membantunya.

Tiba-tiba, ia melihat sosok yang familiar. Nisa! Namun, ia tampak berbeda; wajahnya berpendar dalam cahaya redup, dan gaunnya tampak lebih berkilau dari sebelumnya. Arga merasa jantungnya berdegup kencang. “Nisa! Kenapa kau di sini?”

“Arga,” suaranya lembut namun penuh ketegasan. “Kau harus bersiap untuk menghadapi kegelapan yang mengintaimu. Apa yang kau inginkan, dan apa yang kau takuti, semua ada di sini.”

“Tapi bagaimana? Aku merasa terjebak,” Arga mengeluh. “Aku tidak tahu harus berbuat apa.”

“Setiap ketakutan adalah pelajaran yang menanti untuk diajarkan,” Nisa menjelaskan. “Di sini, kau harus memilih: menerima kenyataan atau melawannya. Hanya kau yang bisa menemukan jawaban untuk teka-teki ini.”

Dengan perasaan bingung, Arga menatap Nisa. Apakah ini semua nyata? Namun, saat ia melihat ke dalam mata Nisa, ia merasakan kehadiran yang kuat. Ia tahu bahwa tidak ada jalan kembali. Sekarang adalah saatnya untuk menemukan kekuatannya.

“Jika aku harus memilih, maka aku akan melawan,” Arga berkata dengan tegas. “Aku tidak akan membiarkan kegelapan ini mengalahkanku.”

Senyum Nisa merekah, dan seolah-olah cahaya bulan bersinar lebih terang di sekelilingnya. “Baiklah. Maka siapkan dirimu, Arga. Saatnya untuk menghadapi diri sendiri dan menemukan jawaban yang telah kau cari.”

Dan dalam keheningan malam, Arga bersiap menghadapi tantangan yang akan membawanya ke dalam kedalaman jiwanya, di mana jawaban atas kegelapan yang mengancam dan potensi yang terpendam menunggu untuk terungkap.

SANG BONEKA KERAJAAN [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang