Setelah melangkah menuju jembatan, Arga dan Nisa berdiri di depan pintu masuk yang dihiasi ukiran kuno. Suara gemericik air di bawah jembatan memberikan nuansa tenang, meskipun ketegangan di antara mereka masih terasa. Mereka saling berpandangan, menguatkan semangat satu sama lain sebelum menghadapi ujian yang ditetapkan oleh prajurit kerajaan.
“Apakah kamu siap?” tanya Nisa, suaranya sedikit bergetar, namun matanya menunjukkan keyakinan yang mendalam.
“Ya, kita bisa melakukannya. Ingat, ini bukan hanya tentang kita. Ini juga untuk menyelamatkan Kerajaan Astara,” jawab Arga, berusaha menenangkan diri dan Nisa.
Saat mereka melangkah lebih jauh, sebuah suara menggema di udara, menggetarkan suasana di sekitar mereka. “Selamat datang di jembatan ujian! Di sini, kalian akan menghadapi teka-teki yang akan menguji kemampuan, kecerdasan, dan kerja sama kalian. Hanya dengan menjawab dengan benar, kalian dapat melanjutkan perjalanan.”
Sosok bayangan yang samar mulai muncul dari kegelapan, menampakkan diri sebagai sosok bertubuh tinggi dengan jubah panjang dan mata bersinar. “Aku adalah Penjaga Jembatan, dan aku akan menyampaikan teka-teki pertama. Dengarkan baik-baik!”
Dengan suara yang penuh misteri, penjaga itu mulai menyampaikan teka-tekinya. “Aku selalu ada di depanmu, tetapi tidak dapat dilihat. Aku tidak dapat dipegang, tetapi bisa membuatmu merasa terbebani. Apa aku?”
Arga dan Nisa saling menatap, mencoba mencerna teka-teki yang disampaikan. Nisa mengerutkan kening, sementara Arga mulai berpikir. “Apa itu? Sesuatu yang selalu ada tetapi tidak terlihat…,” gumam Arga.
Setelah beberapa saat, Nisa menyadari jawabannya. “Aku tahu! Jawabannya adalah ‘masa depan’! Masa depan selalu ada di depan kita, tetapi kita tidak dapat melihatnya,” ujarnya dengan penuh semangat.
Penjaga Jembatan mengangguk, tanda bahwa jawabannya benar. “Kalian berhasil melewati ujian pertama. Namun, masih ada dua teka-teki yang harus kalian jawab. Siapakah yang memiliki suara paling indah, tetapi tidak dapat berbicara?”
Kali ini, Arga memikirkan pertanyaan itu lebih dalam. Suara apa yang bisa dianggap indah tetapi tidak bisa berbicara? Nisa menutup matanya sejenak, seolah-olah mencari jawaban dalam keheningan. Tiba-tiba, Arga teringat akan suara lembut yang selalu menemani mereka dalam perjalanan—suara alam.
“Jawabannya adalah ‘alam’! Alam memiliki suara yang indah, seperti angin dan burung, tetapi tidak dapat berbicara,” kata Arga dengan penuh percaya diri.
Kali ini, Penjaga Jembatan tersenyum lebar. “Benar sekali! Kalian telah menunjukkan kecerdasan yang luar biasa. Sekarang, untuk teka-teki terakhir: apa yang lebih kuat dari baja, lebih tajam dari pedang, dan dapat mengubah dunia tanpa menyentuhnya?”
Nisa mengerutkan kening, berpikir keras. “Hmm, sesuatu yang bisa mengubah dunia tanpa sentuhan… Apa itu?”
Arga merenung, mencoba membayangkan hal-hal yang memiliki kekuatan besar. “Aku rasa itu adalah ‘pikiran’! Pikiran dapat mengubah segalanya. Dengan pikiran yang tepat, seseorang bisa mengubah dunia,” ujarnya, yakin dengan jawabannya.
Penjaga Jembatan mengangguk, “Kalian telah berhasil! Pikiran adalah kekuatan terbesar yang dimiliki umat manusia. Kalian telah menunjukkan keberanian, kecerdasan, dan kerja sama yang luar biasa. Sekarang, jembatan ini akan terbuka untuk kalian.”
Dengan sekejap, jembatan di depan mereka mulai bergetar, dan jalan menuju ujian selanjutnya terbuka. Arga dan Nisa saling berpelukan, merayakan keberhasilan mereka melewati ujian tersebut.
“Ini baru awal perjalanan kita, Nisa. Kita masih banyak tantangan di depan,” kata Arga, semangatnya kembali berkobar.
“Ya, tetapi kita telah membuktikan bahwa kita mampu menghadapi apa pun bersama. Mari kita terus maju!” balas Nisa, penuh semangat.
Dengan langkah mantap, mereka melanjutkan perjalanan melewati jembatan yang kini menghubungkan mereka dengan petualangan baru yang menanti di depan. Cahaya harapan semakin terang dalam diri mereka, memandu setiap langkah menuju masa depan yang lebih baik bagi Kerajaan Astara.
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG BONEKA KERAJAAN [End]
FantasiDi sebuah lembah yang jauh dari pandangan dunia, berdiri sebuah kastil megah yang tampak begitu indah namun penuh dengan keheningan. Dikelilingi oleh taman-taman yang dulu berwarna-warni, kini berubah menjadi rimbunan tanaman liar yang tak terurus...