BAB 20 : "Menggenggam Harapan"

19 13 1
                                    

Arga dan Nisa meneruskan perjalanan, setiap langkah penuh semangat dan keyakinan. Hutan yang sebelumnya terasa menakutkan kini menjadi tempat yang memancarkan energi positif. Cahaya bintang yang bersinar dalam hati Arga seakan menerangi jalannya, memberikan panduan dalam kegelapan.

Setelah berjalan beberapa lama, mereka tiba di sebuah pemandangan yang mengagumkan. Sebuah jembatan kayu melintasi sungai yang jernih, airnya mengalir lembut di bawah cahaya bulan. Jembatan itu tampak megah, seakan menghubungkan dua dunia—dunia masa lalu dan masa depan.

“Jembatan ini terlihat menakjubkan,” ucap Arga dengan kekaguman. “Apakah kita harus melintasinya?”

“Ya, ini adalah simbol transisi,” jawab Nisa, matanya berbinar. “Kau akan melangkah dari satu fase kehidupan ke fase berikutnya. Setiap langkah di jembatan ini akan membawamu lebih dekat kepada tujuanmu.”

Arga merasa sedikit gugup, tetapi semangatnya mengalahkan rasa ketakutan itu. Dengan napas dalam-dalam, ia melangkah maju. Setiap langkah yang ia ambil membuat jembatan bergetar lembut, menciptakan melodi alami yang harmonis. Dalam perjalanan melintasi jembatan, ia teringat akan semua perjuangan yang telah ia lalui. Momen-momen tersebut kini terasa seperti batu pijakan yang membentuk jiwanya.

“Teruskan, Arga. Fokuslah pada tujuanmu,” suara Nisa mengingatkan. Ia berjalan di samping Arga, memberikan dukungan penuh.

Mendekati ujung jembatan, Arga merasakan kehadiran yang hangat dan damai. Ketika ia mengangkat pandangannya, ia melihat sinar terang di depan, semakin mendekat, menyilaukan matanya. “Apa itu?” tanyanya, penuh rasa ingin tahu.

“Itu adalah cahaya harapan. Tempat di mana kau bisa menemukan jawaban atas pencarianmu,” jawab Nisa dengan penuh keyakinan.

Dengan tekad bulat, mereka melangkah menuju cahaya itu. Saat mencapai sisi lain jembatan, Arga dan Nisa tiba di sebuah padang bunga yang indah, dipenuhi oleh berbagai warna yang menakjubkan. Aroma bunga yang semerbak menyambut mereka, menambah keindahan suasana.

“Tempat ini terasa magis,” Arga berbisik, terpesona dengan keindahan yang menyelimuti mereka. “Apa yang harus kita lakukan di sini?”

“Kau harus merasakan kedamaian dan belajar dari keindahan di sekitarmu,” Nisa menjelaskan. “Ini adalah saat untuk merenung dan menyatukan semua pelajaran yang telah kau dapatkan.”

Arga mengamati bunga-bunga yang beraneka ragam, masing-masing memiliki keunikan dan daya tarik tersendiri. Ia merasakan getaran positif yang mengalir dari bunga-bunga itu. Dengan perlahan, ia menutup matanya, membiarkan keindahan dan ketenangan padang itu mengisi jiwanya.

Di tengah momen refleksi, Arga mendengar suara lembut berbisik. “Setiap keindahan memiliki makna. Pelajari dan terima setiap warna, setiap harapan yang ada.”

Dengan lembut, Arga membuka matanya dan melihat Nisa sedang tersenyum padanya. “Apa yang kau lihat?” Nisa bertanya dengan rasa ingin tahu.

“Aku melihat bahwa setiap warna di bunga ini mencerminkan perasaanku,” jawab Arga, “Ada kesedihan, kebahagiaan, dan harapan dalam setiap kelopak.”

“Bagus sekali, Arga. Kini, saatnya untuk memilih satu bunga sebagai simbol baru dalam perjalananmu,” kata Nisa. “Bunga itu akan membimbingmu menuju tujuan yang lebih besar.”

Arga melangkah ke tengah padang, memperhatikan setiap bunga dengan seksama. Ia terpesona oleh satu bunga yang paling mencolok, berwarna kuning cerah dengan kelopak lebar. Bunga itu terlihat kuat, meski dikelilingi oleh bunga-bunga lain.

“Bunga ini! Ia melambangkan optimisme dan kekuatan. Aku memilihnya,” ujar Arga, penuh semangat.

Begitu Arga meraih bunga itu, cahaya kuning yang cerah mengelilinginya. Arga merasakan energi baru yang mengalir ke seluruh tubuhnya, memberi dorongan semangat untuk melangkah maju. “Dengan bunga ini, aku siap menghadapi tantangan yang ada di depan.”

“Luar biasa, Arga. Sekarang, kita harus melanjutkan perjalanan menuju tempat yang lebih dalam,” Nisa berkata dengan antusiasme. “Ada banyak petualangan menunggu kita.”

Dengan bunga kuning di tangan dan simbol bintang di hati, mereka berdua melanjutkan perjalanan, menyusuri jalan setapak di antara pepohonan yang rimbun. Setiap langkah kini terasa lebih ringan, dan Arga tahu bahwa ia semakin dekat dengan jati dirinya yang sesungguhnya. Dengan penuh harapan, ia menantikan semua kejutan yang akan datang dalam perjalanan yang penuh makna ini.

SANG BONEKA KERAJAAN [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang