BAB 25 : 'Tanda - Tanda dari Kerajaan"

21 13 0
                                    

Setelah menemukan tanda di clearing yang dikelilingi bunga-bunga cerah, Arga dan Nisa merasakan perubahan dalam atmosfer di sekitar mereka. Kekuatan yang mengalir dari lambang di batu besar tampak memancarkan aura yang menenangkan, dan keduanya dapat merasakan bahwa mereka berada di ambang sesuatu yang lebih besar.

“Mungkin lambang ini berasal dari Kerajaan Astara,” Nisa berkomentar, matanya tertuju pada ukiran yang bersinar di batu. “Kerajaan ini dikenal dengan kebijaksanaan dan kekuatannya dalam memerangi kegelapan. Kita mungkin telah menemukan petunjuk untuk perjalanan kita.”

Arga mengangguk, pikirannya melayang pada cerita-cerita yang pernah ia dengar tentang Kerajaan Astara—sebuah kerajaan yang terkenal karena pahlawannya yang berani dan para bijak yang mengajarkan nilai-nilai keberanian dan harapan. “Jika benar ini adalah tanda dari Astara, maka kita mungkin bisa menemukan jalan menuju peta atau petunjuk yang lebih jelas.”

Tanpa ragu, mereka berdua mulai mencari di sekitar batu, berharap menemukan sesuatu yang bisa mengarahkan mereka ke langkah selanjutnya. Di antara akar-akar pohon dan rumput yang tumbuh liar, mereka menemukan sebuah gulungan tua yang tampak terlupakan. Nisa dengan hati-hati membuka gulungan tersebut, dan tulisan kuno mulai tampak jelas di hadapan mereka.

“Ini adalah peta! Namun, ada simbol-simbol aneh di sini,” kata Nisa dengan penuh rasa ingin tahu. “Kita perlu mengartikan ini untuk mengetahui ke mana harus pergi.”

Arga memperhatikan peta dengan seksama. “Ada tiga titik yang ditandai di sini,” ujarnya sambil menunjuk. “Satu di timur, satu di barat, dan satu lagi di selatan. Mungkin kita harus pergi ke titik yang paling dekat terlebih dahulu.”

“Tidak hanya itu,” Nisa menambahkan, “setiap titik sepertinya dihubungkan oleh jalur-jalur yang penuh dengan tantangan. Setiap jalur ini tampaknya akan menguji keberanian dan kebijaksanaan kita, seperti yang telah kita hadapi sebelumnya.”

Arga menghela napas, merasa beban di pundaknya semakin berat. Namun, ia teringat akan kekuatan yang didapatnya setelah menghadapi bayangan ketakutannya. “Kita harus melakukannya, Nisa. Jika kita ingin menemukan kebenaran dan menyelamatkan kerajaan, kita tidak boleh mundur sekarang.”

Dengan semangat baru, mereka memutuskan untuk menuju titik yang terdekat. Jalur menuju timur tampak lebih jelas, meskipun dikelilingi oleh pepohonan yang lebat dan suara-suara aneh dari hutan. Setiap langkah yang mereka ambil membawa harapan sekaligus ketegangan.

Saat mereka melanjutkan perjalanan, Arga mulai merenungkan tentang arti dari keberanian dan tanggung jawab yang semakin membebani pikirannya. Tiba-tiba, mereka mendengar suara langkah kaki berat di belakang mereka. Arga dan Nisa saling menatap, ketegangan kembali menguat.

“Siapa di sana?” Arga berteriak, suaranya bergetar.

Dari balik pepohonan, muncul sosok seorang prajurit kerajaan dengan armor berkilau. “Aku adalah penjaga jalan ini,” kata prajurit itu, suaranya tegas namun bersahabat. “Hanya mereka yang memiliki niat baik yang diizinkan untuk melanjutkan perjalanan.”

Nisa melangkah maju, menatap prajurit dengan penuh percaya diri. “Kami mencari kebenaran untuk menyelamatkan Kerajaan Astara dari kegelapan. Kami menemukan lambang di clearing dan peta yang menunjukkan jalan ke tempat ini.”

Prajurit itu merenung sejenak, lalu mengangguk. “Keberanian kalian patut dipuji. Namun, sebelum kalian melanjutkan, kalian harus menjalani ujian dari kerajaan. Ujian ini akan menguji tidak hanya keberanian, tetapi juga kecerdasan dan kemampuan untuk bekerja sama.”

Arga dan Nisa saling bertukar pandang, namun tidak ada rasa ragu di antara mereka. “Kami siap,” jawab Arga tegas. “Apa yang harus kami lakukan?”

“Ujian ini terletak di jembatan di depan sana,” ujar prajurit, menunjuk ke arah jalan yang setapak. “Di ujung jembatan, akan ada pilihan untuk melanjutkan atau mundur. Hanya mereka yang dapat menjawab teka-teki yang akan diizinkan untuk melanjutkan.”

Setelah mendengar penjelasan tersebut, Arga merasa semangatnya membara. Ini adalah kesempatan untuk membuktikan diri, bukan hanya kepada kerajaan, tetapi juga kepada diri sendiri. “Ayo, Nisa. Kita bisa melewati ini bersama!”

Dengan semangat yang berkobar, mereka melangkah menuju jembatan, siap menghadapi ujian yang akan datang. Mereka tahu bahwa perjalanan ini bukan hanya tentang mencari kebenaran di luar, tetapi juga tentang menemukan kekuatan dalam diri mereka sendiri. Saat mereka mendekati jembatan, Arga merasakan cahaya di dalam dirinya semakin terang, seolah-olah siap untuk menerangi jalan menuju masa depan yang lebih cerah.

SANG BONEKA KERAJAAN [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang