Setelah pertemuan yang menggugah dengan Boneka Bijak, Arga dan Nisa melanjutkan langkah mereka dengan semangat baru. Udara terasa lebih hangat, tetapi kali ini bukan hanya karena panasnya matahari, melainkan juga semangat yang membara dalam diri mereka. Keduanya merasa seolah-olah membawa beban yang lebih ringan, dan kepercayaan diri mulai menggantikan keraguan yang sebelumnya membayangi.
“Ke mana kita harus pergi sekarang?” tanya Nisa, memandang sekeliling dengan penuh rasa ingin tahu.
“Boneka Bijak mengatakan kita harus menuju kerajaan Astara,” jawab Arga. “Kita harus menemukan petunjuk yang bisa membantu kita memahami kekuatan sejati yang ada dalam diri kita.”
Mereka melangkah lebih jauh, menjelajahi hutan yang seolah tidak berujung. Suara-suara alam mengiringi perjalanan mereka; burung-burung berkicau, daun-daun bergetar tertiup angin, dan aliran sungai yang tenang. Namun, di antara keindahan alam, ada ketegangan yang tak bisa diabaikan. Rasa was-was menyelinap di hati mereka. Apakah mereka akan berhasil mencapai tujuan mereka?
Setelah beberapa saat berjalan, mereka menemukan sebuah jalan setapak yang dipenuhi bunga-bunga berwarna cerah. Nisa mengamati bunga-bunga itu dan tersenyum. “Lihatlah, Arga! Bunga-bunga ini sangat indah. Sepertinya kita berada di jalan yang benar.”
Namun, saat mereka melangkah lebih jauh, suasana mulai berubah lagi. Awan gelap tiba-tiba menutupi langit, dan angin bertiup kencang. “Ada sesuatu yang tidak beres,” kata Arga, menyentuh lengan Nisa dengan penuh perhatian.
Tiba-tiba, mereka mendengar suara gemuruh. Dari balik pepohonan, muncul sosok besar yang menakutkan. Itu adalah raksasa dengan kulit berwarna abu-abu dan mata merah menyala. Raksasa itu menggertak gigi, menampakkan ketidakpuasan.
“Kalian tidak akan melewati tempat ini!” teriak raksasa itu dengan suara mengguntur. “Hanya mereka yang dapat menunjukkan kekuatan sejatinya yang bisa melanjutkan perjalanan.”
Arga dan Nisa saling berpandangan, merasakan ketegangan di udara. “Apa yang harus kita lakukan?” tanya Nisa, suaranya bergetar.
“Boneka Bijak mengajarkan kita untuk menghadapi ketakutan,” jawab Arga, berusaha menenangkan Nisa. “Kita harus menunjukkan keberanian kita.”
Dengan langkah mantap, Arga maju ke depan. “Kami tidak akan mundur! Kami datang untuk mencapai kerajaan Astara dan belajar tentang kekuatan sejati kami!”
Raksasa itu terkejut, matanya menyala-nyala. “Keberanian yang menarik! Namun, untuk membuktikan itu, kalian harus menjawab teka-teki ini. Jika kalian gagal, kalian akan terjebak di sini selamanya!”
Arga dan Nisa berdiri tegak, siap menghadapi tantangan itu. Raksasa mulai mengucapkan teka-teki dengan suara yang dalam dan bergema:
“Di mana semua orang bisa berbicara, tetapi tidak ada yang mendengar? Di mana semua orang bisa berdansa, tetapi tidak ada yang bergerak? Apa aku ini?”
Arga dan Nisa berpikir keras, mencoba memahami makna dari teka-teki tersebut. Rasa cemas melanda, tetapi mereka tahu mereka tidak boleh menyerah.
Setelah beberapa saat, Nisa tiba-tiba berkata, “Aku tahu! Itu adalah sebuah...”
Dengan cepat, mereka berdua berusaha mengingat setiap momen yang telah mereka lewati, dan saat jawaban terlintas di benak mereka, harapan muncul kembali. Apakah mereka akan berhasil menjawab teka-teki ini dan melanjutkan perjalanan mereka?
"Ditunggu kelanjutannya minggu depan, ya, semuanya."
KAMU SEDANG MEMBACA
SANG BONEKA KERAJAAN [End]
Viễn tưởngDi sebuah lembah yang jauh dari pandangan dunia, berdiri sebuah kastil megah yang tampak begitu indah namun penuh dengan keheningan. Dikelilingi oleh taman-taman yang dulu berwarna-warni, kini berubah menjadi rimbunan tanaman liar yang tak terurus...