32. Bersatu untuk Membantu.

62 40 76
                                    

HALO FREND

Pada nungguin ya?

Aku baru selesai belajar loh.

Absen dulu dong☝🏻

Mysread lagi pada ngapain nih?

Kalian kangenin Frend satu ini ga?? Kalau ga aku cemberut nih

Canda hehehe, update dong!

Jangan lupa voted ya, juga bagikan.

***

Kara berjalan mendekati ruang kelas yang terlihat sudah dipenuhi dengan banyaknya suara canda tawa. Wajahnya terlihat sangat tertekan dengan banyaknya suara tawa dari dalam.

"Anj*ng lah! Mana berisik banget lagi! Udah badmood, berisik lagi. Makin males gue sekolah!" Memutar bola matanya malas lalu meletakkan tasnya di atas kursi dan meninggalkan ruangan kelas.

Langkahnya sempat terhenti ketika melihat wajah Amel yang tengah sibuk menarik-narik rambutnya.

"Arghhhh! Sialan! Mati gue kalau ayah tau!" Ujarnya sembari menjambak rambutnya dengan keras, memang ia sedikit meringis saat menarik rambut pendek miliknya.

Kara tersenyum bengis. Ia suka saat Amel gila karena mentalnya down dengan begitu menghancurkan wajahnya, tubuh, bahkan hidupnya akan sangat mudah.

"Gimana Mel? Suka kejutan gue yang kemarin? Atau mau ditambah lagi?" Kara terkekeh pelan, wajahnya terlihat mengejek kepada Amel yang terlihat sangat down.

"Bangsat lo Kar!" Matanya menajam saat mengingat kejadian tidak senonoh itu.

Kara tertawa mengejek, "mampus kan lo! Ingat ya Mel gue masih bisa kasih ampunan sama lo." Terlihat seperti mengampuni tetapi ingin menghabisi.

"Gue tau lo lagi ada masalah, ngomong sama gue. Soal yang kemarin gue minta maaf sebenar nya lo bukan disetubuhi tapi dimainin doang!" Ujar Kara berbisik pelan disebelah telinga Amel.

Amel sedikit tak yakin tetapi hatinya sedikit merasa terluka, dia menundukkan kepalanya yang sangat berat itu dan menangis sejadi-jadinya.

"Gue capek Kar, nyokap bokap gue emang kaya tapi ... " Nadanya tercekat saat tenggorokannya terasa perih.

"Gue sama sekali ga dapatkan kasih sayang dari keduanya," tuturnya dengan sedih. Tatapannya terlihat memelas, harinya memang sangat kejam tetapi itu sangatlah menyakitkan jika tau segalanya.

Kara mendengus meskipun sudah banyak kesalahan yang Amel lakukan kepadanya tetapi manusia juga tak lepas dari yang namanya dosa.

Dirinya saja pernah melakukan dosa, lalu siapakah Kara jika tak mau memaafkan Amel? Tuhan saja terkadang sangat mengasihi manusia berdosa sepertinya tetapi hal itu tak akan mungkin menghancurkan gadis yang sudah hancur hatinya.

"Gue tau rasanya jadi lo Mel. Gue juga pernah digituin sama orang tua dipanti asuhan gue, banyak hal yang ga pernah kita semua ga bisa jangkau karena keberadaannya masih sangatlah tersembunyi," nasehat Kara dengan senyuman yang sangat tulus kepada Amel.

Baru kali ini keduanya saling melemparkan senyuman tulusnya masing-masing, bukanlah senyuman mematikan tetapi senyuman hangat yang jarang di berikan kepada orang lain.

Bukanlah tatapan tajam yang sering menjadi pembuat masalah.

Juga, bukan dendam yang terikat masing-masing. Semua itu hangus ketika mendengar penuturan masing-masing.

MYSTROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang