16. Sosok aneh di rumah Raxel.

94 79 10
                                    

Hai, balik lagi sama aku, Lyy wkwkwk. Btw kalian baca cerita ini jam berapa? Absen dulu dong jangan lupa vote dan bagikan yaa.

"Dendam terkadang bisa mengubah seseorang yang sangat ceria menjadi sangat dingin."

-Kanara Amerra Queensha.

Tatapan kosong masih terlihat dari manik bola mata elang itu, tatapan tajam yang biasanya ia berikan kepada seseorang, matanya menatap kosong ke arah depan sekolah dirinya sendiri tak mampu menopang tubuhnya, kakinya lemas jika berdiri.

Pandangannya mulai kabur, tetapi hatinya tak dapat menjelaskan betapa kecewa dan beratnya hatinya saat mengetahui kepergian sosok yang mengajarinya tentang segala hal. Sosok itu juga yang menyayangi dirinya dengan penuh kasih sayang.

Tapi tidak dengan keadaan yang sekarang, seolah hatinya tak mampu mengucapkan ataupun merasakan sesuatu yang sedang terjadi, saat ini dirinya tengah tak mampu untuk berdiri ataupun mengejek seseorang yang ia sayangi sampai saat ini juga hati Raxel masih hancur hingga berkeping-keping.

Ucapan sana-sini tak membuat Raxel tersenyum bahagia, hatinya sesak seakan sama sekali tak ingin menatap dirinya yang lemah ini, dunia kejam. Itu kata yang Raxel ingat sampai saat ini juga, dirinya bisa mendapatkan uang tapi tidak dengan seseorang yang ia sayangi sampai sejauh ini Raxel masih belum bisa menerima hal yang ia dengar.

Dunia Raxel seakan hancur tak bersisa sama sekali, entah apa yang membuat Albert meninggal tapi hal itu sangat menusuk hati Raxel yang kecil itu. Kematian dan kebenaran bahwa ayahnya meninggal sangat tidak dipercayai oleh banyak orang dan dunia yang kejam bagi Raxel untuk saat ini.

Sosok seorang yang berperan menjadi ayah dalam kehidupannya dan kemudian meninggal tanpa sebab tiba-tiba, fakta yang membuat Raxel guncang dan sakit. Ayah Raxel yaitu Bert telah menitipkan sebuah pesan kepada Raxel yang mungkin Raxel tak ketahui selama ini.

Raxel masih saja terpukul dengan kepergian sosok sang ayah hatinya terasa sakit ketika mengetahui hal itu.

Brukk...

Tubuh Raxel yang kekar dan berotot itu, sedang terkulai lemah karena hal kecil yang membuatnya tak mampu untuk menopang dirinya sendiri, orang gila mana coba yang tak menangis ketika mendengar ayahnya meninggal.

Matanya di penuhi dengan buliran bening yang menimpa dirinya, air matanya sangat nakal. Jatuh tanpa izin dari Raxel sendiri, manusia gila mana yang tak menangis ketika orang dirinya sayangi meninggal secara aba-aba.

Pandangan Raxel mulai kabur, mungkin karena pengaruh menangis. Mata berwarna hitam pekat elegan itu perlahan-lahan mulai tertutup, bagi Raxel lebih baik mati untuk sekarang daripada dirinya harus datang ke makam ayahnya. Bukankan lebih baik jika kita mengikuti dunia orang yang kita sayangi.

Kara yang sudah selesai dengan urusannya ingin pergi ke dapur untuk menemui ke dua ibu dan anak itu.

Tiba-tiba saja mata Kara tertuju ke arah pintu kamar yang terbuka setengah, jadi dirinya menjadi lebih leluasa untuk menatap ruang kamar yang tadi sempat dirinya datangi bersama Raxel saat Laura sedang pingsan.

Kara mencoba sepelan mungkin agar suara langkah kakinya tidak terdengar sama sekali, tapi bagaimana pun itu akan kedengaran bukan? Mata Kara tertuju ke arah sosok yang sedang memegang bingkai foto pemuda laki-laki dengan baju kemejanya.

Aneh, satu kata itu terlintas di benak Kara yang sedang mengintip orang yang sedang mengusap-usap bingkai foto tersebut. Kata membelalakkan matanya saat melihat sosok hitam tersebut tak memiliki kaki, lampu sedang padam saat Kara melihat sosok tersebut didalam kamar Laura.

Plak!

Tiba-tiba saja ada seseorang yang muncul di belakang dirinya saat sedang mengintip sosok yang berada di dalam kamar, Kara kaget saat dirinya di pukul oleh seseorang yang sedang berdiri di belakangnya.

Kara merasa merinding saat akan menengok ke belakang kepada orang yang tadi baru saja menepuk pundaknya itu membuatnya tidak jadi untuk menengok, dengan keberanian yang sudah full Kara memberanikan diri untuk menengok kebelakang.

Saat kepalanya sudah hampir dekat dengan belakangnya, orang itu menatapnya dan ternyata yang menatapnya adalah...

Laura, ya manusia satu ini tak habis-habisnya membuat Kara senam jantung, tadinya dirinya ingin merasa risih ataupun tak nyaman karena sedang ingin buang air kecil. Jadi Laura langsung turun dari ranjang dan keluar dari kamarnya, tapi saat sudah sampai di depan kamarnya dirinya malah menemukan Kara yang sedang mengintip di depan kamarnya.

"Kamu ngapain disini nak?" Tanya Laura penuh selidik menatap ke arah Kara.

"Saya kira tadi tantenya di dalam makanya saya niat buat nutupin eh, tantenya ternyata keluar dari kamar." Jawab Kara dengan tenang dan santai.

"Oh, tante tadi kebelet makanya langsung keluar kamar, tapi tante lupa nutup kamarnya jadi kebuka setengah." Kata Laura mencoba menenangkan Kara yang tadinya sedang senam jantung.

"Tante ih, jangan sering-sering buat saya senam jantung ya, nanti akunya malah makin tua karena kebanyakan keget." Kara selalu saja kaget dengan kehadiran Laura secara mendadak.

"Iya-iya, tadi saya kira kamu Raxel, huh... Walaupun saya masih sedih soal kematian ayahnya tapi tidak apa-apa saya yang akan mengurus perusahaan ayahnya itu, lalu saya akan mencari pekerjaan tambahan saat malam." Meskipun Laura sedang sedih tapi itu tak boleh membuat rumahnya runtuh, tak ada kata menyerah dalam hidupnya.

"Terimakasih karena sudah memberikan kami apartemen, saya sangat bersyukur karena sudah mendapatkan tempat tinggal yang sangat lebih dari kata layak dan sempurna." Ucapan Laura mendapatkan senyuman manis dan anggukan dari Kara.

Kara berdiri dari jongkoknya lalu menatap Laura yang sedang berdiri. "Tante, Raxelnya mana? Kok dari tadi ga nampak batang hidungnya?" Tanya Kara membuat sedikit jahilan agar Laura sedikit terhibur dengan candaan yang ia berikan.

"Kamu ini." Ujar Laura yang hanya menggeleng-gelengkan kepalanya pasrah dengan candaan Kara.

"Hm, mungkin di dapur tempat kita makan tadi. Tante bilang duduk tenangin diri dulu tapi dianya sampai sekarang ga kelihatan." Jawab Laura menjelaskan.

"Oh saya ke dapur dulu ya mau ketemu Raxel soalnya tante, ada yang mau saya omongin sama dia empat mata." Ucap Kara yang mendapatkan anggukan dari Laura yang ingin masuk ke dalam kamar miliknya, Kara melangkah cepat karena takut terjadi hal-hal atau sesuatu yang tak di inginkan darinya.

Kara membulatkan matanya saat melihat Raxel sudah dalam keadaan terkulai lemah di lantai dingin dapur itu, sepertinya keadaan Raxel sangat melemah karena mengetahui kabar yang tak seharusnya dirinya ketahui.

Kara berlari kecil ke arah Raxel yang sudah pingsan, matanya tertutup rapat, wajah tampannya masih terlihat dari tampangnya walaupun sedang dalam keadaan lemas.

Kara mengguncang tubuh Raxel yang tak mendapatkan jawaban dan langsung saja membawanya ke dalam kamar milik Raxel, Kara sudah kualahan ketika membawa Raxel ke kamar miliknya.

Tubuh kekar milik Raxel tak sebanding dengan badan mungil milik Kara yang sedang memegang dan membawa badannya saat ini, Kara sangat lelah membawa Raxel masuk ke dalam kamar milik Raxel.

Setelah masuk dan sampai di dalam ruangan pribadi ataupun kamar tidur milik Raxel, Kara membaringkan tubuh Raxel yang sangat kekar itu. Kata langsung saja duduk di kursi meja belajar Raxel. Tubuhnya kualahan membawa tubuh besar itu.

Pikirannya tiba-tiba saja tertuju kepada sosok yang ia tangkap tadi, dirinya masih saja bingung dengan sosok yang ia tangkap jelas dan terlihat di depan mata dan kepalanya sendiri.

"Siapa sosok itu? Mengapa dia mengusap foto seseorang? Hmm... Memang benar kata Bert rumah ini memiliki energi yang cukup aneh, sampai saat ini aku masih menyimpulkan bahwa sosok itu adalah pemilik rumah ini yang sebelumnya." Batin Kara yang bingung dengan sosok hitam yang aneh.

Bersambung.......

"Dendam ku kadang terlalu jahat jika di lakukan tapi dengan cara itulah semuanya bisa menjadi lebih tenang dan lebih baik daripada sebelumnya."

-Kanara Amerra Queensha.

MYSTROTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang