Bab 27

141 11 4
                                    

[POV Author/Orang ketiga]
___________________________________________

.
.
.
.
.

**†**

[2 Minggu berlalu sejak hari itu]

Sekarang sudah hampir 2 minggu, Elzette memilih untuk mengulur waktu. Menyiapkan kata-katanya untuk menjelaskan dengan pelan pada Arzius.

Arzius tak terlihat selama beberapa hari belakangan.

Elzette sudah bertanya pada Ajudan Dean, tapi katanya Arzius mendapatkan tugas penting dan mendesak dari Kekaisaran sehingga Duke harus bepergian selama beberapa waktu ke beberapa tempat di kota yang berbeda dengan waktu tak menentu.

Elzette berada di kamarnya, terlihat dengan wajah sayu selama hampir 2 minggu ini.

Seminggu awal dirinya masih kuat dan menahan-nahan diri serta menyakinkan bahwa semua nya akan baik-baik saja dengan sedikit latihan untuk mengurangi emosi batinnya.

Katanya olahraga bagus untuk melepas stress.

Makanya selama seminggu awal dirinya tak begitu banyak berpikir hal buruk. Takut mempengaruhi keadaan bayinya. Ya walau itu tak berlangsung lama.

Tapi, begitu dirinya mengalami kekosongan dimana sosok yang biasanya datang.

Namun, sekarang sudah tidak... tentu ini adalah perbedaan yang nyata. Suasana hati Elzette terus berubah, dirinya jadi terus diam dan melamun.

Ini mempengaruhi kandungannya, morning sicknessnya menjadi lebih parah.

Sekarang dirinya hanya terus berbaring setiap hari dengan harapan Arzius akan bisa sekali saja menjenguknya.

Walau memang sepertinya harus dirinya yang menyelesaikan masalah ini. Karena akarnya berada di dirinya, bukan di Arzius.

Kini usia kandungan Elzette sudah jalan hampir 2 bulan. Perasaannya lama-lama menjadi lebih sensitif. Moodnya juga sedang tak bagus.

.
.
.
.
.

[POV Orang pertama/Elzette]

Ukh. Aku melenguh, rasa nyeri.

Aku merindukan sosoknya... Wajah itu. Wajah second male lead... Kesukaanku sekaligus... ayah dari anak ini....

Aku terus berbaring di ranjang. Morning sickness ku sepertinya bertambah parah. Nyeri perutku tak kunjung mereda.

Cairan bening terus mengalir di ujung mataku, karena harus menahan semuanya. Yah, sesekali aku terus saja merintih karena rasa sakitnya.

Arie sejak awal selalu sigap membantuku dan menyediakan segala keperluanku.

" Nyonya? Apa perlu saya panggilkan Tabib lagi? "

Arie bertanya setelah beberapa lama melihatku terus menahan sakit di area perut. Padahal Tabib baru saja memeriksaku tadi pagi.

" Ukhhh.... Tidak. Tidak perlu.... Tabib sudah bilang kan kalau aku hanya sedang mengalami efek awal kehamilan yang parah. Aku cuma perlu banyak istirahat. "

" Baik. Apa perut anda masih sangat sakit? Perlu saya bawakan kantung air hangat lagi? "

" Iya. Tolong bawakan lagi.... "

" Baik. Saya akan membawakan kompres untuk dahi anda juga. "

Aku mengangguk, tersenyum tipis.

Arie pergi keluar, dirinya terlihat khawatir melihat kondisiku.

The Duke Got Me Pregnant [Transmigrasi]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang