2

3.2K 213 7
                                    

Luna's Pov

Gile, puanas banget. Ini rambut udah kayak di creambath pake keringet. Mau jijik tapi mau gimana lagi. Ini baru hari pertama. Muka semua anak yang ada di kanan, kiri, depan, dan belakang gue udah kayak kepiting rebus sambel tomat.

Walaupun masih hari pertama dan ini baru jam 10 sudah disiksa begini sih, gue udah punya geng sendiri aja sama anak sekelas. Ada Wima, Arsen, Tia, dan Keila Kuswandana aka Kuskus. Kita berlima dariwal sudah bergumbul berlima muluk tapi sayang kepecah waktu perapian PBB, untung aja sebelah gue masih ada Arsen.

Arsen, si cowok behel satu ini mukanya merah banget. Gue aja sampe kalah. Dia putih banget sih.

"Oke! Kalian dengar baik-baik! Kalian disini cuma junior! Tapi kita enggak mandang senioritas ya! CUMAN ENGGAK MAU KALIAN ENGGAK SOPAN SAMA KAKAK KELAS MAUPUN GURU. Ngerti kagak?!" Kak Pinta, cowo keriting itu dengan tegas dan penuh disiplin menjelaskan kepada para junior dengan toa.

"Bubar barisan, jalan!"

Semua barisan pun terbubar dan akhirnya gue bertemu sama Kuskus dan Arsen tetep di sebelah gue. "Sialan kok ya emang? Niat banget bikin gue jadi makin item kayak areng." Keluh Kuskus.

"Elah, Kus. Enggak cuma lo kok. Semua kali yang item kayak areng." Arsen menenangkan Kuskus.

"Lo enggak, Sen!" Gue dan Kuskus ngomong berbarengan.

"Ih, mbak-mbak, santai dong, main nyemprot aja. Dipikir gue taneman apa disemprot." kata Arsen defensif.

"Sensi lo, cong." Kuskus duduk sambil meluruskan kakinya.

"PERHATIAN! DIHARAPKAN KUMPUL SEKARANG JUGA ATAU MAU DIJEMUR LAGI?"

Ih, senior pada ngerti ya cara jadi orang terngeselin di dunia.

"Okay, jadi, kalian semua kan sekarang bawa alat bersih-bersih tuh. Tolong bersihkan seluruh area sekolah. Kakak umumin ya. Kelas IPA-1 di taman tengah, IPA-2 di......"

Lumayan deh, bakal ketemu sama anak-anak lagi. Gak bakal kepisah.

"....IPA-4 di lapangan barat,"

Okay, di lapangan barat. Yuk capcus.

"Kus, Sen, ke lapangan barat yuk. IPA-4 disana tuh. Mungkin Tia sama Wima ada disana." Gue kasih saran.

"Yuk, dah. Gue males liat mukanya Kak Pinta. Bawaannya emosi." Kuskus berjalan seenaknya, meninggalkan gue sama Arsen.

"Gue bakal pacarin si Keila." Arsen mengaku.

"Demi apa lo?!" Gue teriak.

"Ih, geblek. Gue lupa kalo ada lo, anjing. Makanya dong, lo jangan pendek-pendek. Kayak kutil tau gak. Ngeganggu doang kerjaannya."

"Eh, lo jangan kurang ajar sama gue. Gue bisa aja bilangin ke Kuskus kalo lo nyukain dia."

"Ih si kutil. Rame aja kayak tong."

"Terserah lo, Sen. Your future is in my hand, son. Hahahaha."

"San son san son, keminggris lo."

Sejauh ini temen-temen gue pada asik semua. Walaupun gue dibully mulu sih. Tadi pagi aja Wima sama Arsen udah ngusulin aja manggil gue 'kutil'. Kan anjing.

"Eh, dek, nama lo sapa?"

Oke, ini aneh. Kenapa Kak Pinta tiba-tiba nanya-nanya gini ke gue? Gue salah apa? Apa gue bakal dihukum gara-gara omongan si Kuskus yang enggak suka liat muka Kak Pinta?Bahaya deh kalo beneran. Bisa mampus gue.

"Jiah, jawab aje kenape? Cuma tanya nama. Enggak bakal gue hukum dah." Jelas Kak Pinta yang jelas-jelas tau apa yang gue pikirin.

Ini orang bisa baca pikiran gue apa gimana nih?

AussieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang