7

1.7K 147 3
                                    

Luna menatap tangannya penuh dengan kemenangan. Emily yang sedang berjalan disebelahnya.

"Gila lo ya." Emily menahan tawanya dengan mengucapkan umpatan kepada teman barunya.

Luna tersenyum bangga, "Ya iya dong, Luna."

-2 hours earlier-

Dasar cowo pedo, hobinya kok nyiksa adek kelas yang cewe. Ew. Hujat Luna.

"Lun, lo darimana aja? Anak-anak pada nyari lo, mereka pingin nulis surat cintanya bareng-bareng." Ucap Tia yang terdengar nafasnya tersengal-sengal, sepertinya ia sudah mengelilingi seluruh tempat di sekolah, kecuali perpustakan. Mungkin dia kurang beruntung tidak menumukan si Luna di perpustakaan.

"Iya, iya. Yuk dah, cus." Saut Luna.

Tia dan Luna berjalan beriringan. Luna mengikuti arah Tia berjalan ke arah tempat pohon rindang ujung lapangan. Ada Jamie. Hati Luna terenyak melihat sepasang wajah pucat dengan rona pink di pipi yang dihiasi mata berwarna abu-abu kebiru-biruan dengan ekstra alis yang tebal. Perhatiannya melupakan Wima, Kuskus, Arsen, Emily, dan Baron yang sedang asyik menulis. Jamie menyadari ada tatapan yang memperhatikannya. Dirinya tersenyum tipis saat melihat Luna tertangkap basah menatapnya. Luna memalingkan wajahnya.

"Eh, guys, nulis suratnya tinggal 7 menit, 2 menit sebelum pembacaan surat di depan lapangan, sudah harus pada ngumpulin ke senior. Terserah sapa aja." Kata Ical tegas.

"Kecuali, lo, Lun." Dani menimbrung.
Semua menatap bingung kearah Luna dan Dani secara bergantian. Luna melototi Dani, "Enggak, enggak. Bercanda Lun." Dani menggaruk kepalanya dan langsung duduk sebelah Luna.

"Gue diberitahu Kak Agata, kalo nanti-" Dani berbisik pelan ke Luna. Dani ini terkenal menyimpan banyak gossip. Sudah macem Fenny Rose sama Jeremy Tetti dijadiin satu deh.

"Diem lo, nyocot." Saut Luna sewot. Membuatnya kehilangan konsentrasi dalam menulis surat. Jamie melirik ke arah Luna dan Dani, penasaran dengan apa yang mereka bicarakan.

"Elah, sewot amat. Pantes jomblo."

"Eh, minta disantet lo?! Gue panggilin tante gue yang orang pedaleman. Mampus tinggal biji lo."

"HIII TAKUTTT. LUNA MAU NGAMBIL NYANTET GUEE!!" Dani berlari kearah Kuskus. Tentu saja, modus.

Anak-anak pun tertawa, ditambah lagi ada ke-jealous-an di dalem hati Arsen, "Lo mah gak usah pake modus-modus ke Kuskus, Dan."

"Goblok, lo anjing." Wima mengumpat.

Dani pun mendramatisir, "YA ALLAH KENAPA SEMUA BANYAK YANG MENGHUJAT DAN MEMBENCI DIRIKUUUUUUUUUUUU!"

"Worth it kok, Dan." Emily tersenyum iblis. Meninggalkan anak-anak tertawa puas. Ada terbesit kecemburuan di benak Jamie saat melihat betapa dekatnya Luna dengan teman-temannya yang cowok. Tapi, Jamie sadar Luna bukan sapa-sapanya.

"PERHATIANN! Saatnya pembacaan surat nih. Ayo semua cepat kumpul di tengah!!"

Sialan.

Semua peserta MOS pun mulai berkumpul dan berjalan menuju tengah lapangan, karena banyak sekali yang ngadem seperti Luna dan kawan-kawan. Para senior pun mulai berdiri dan berteriak meluruskan dan merapikan barian. Menyerukan teriakan perintah untuk duduk dengan rapi dan teratur. "Cek, cek. Um, jadi disini bakal dipilih acak nih. Tapi kalian harus maju sesuai kemauan kita. Siap, tidak siap, kalian wajib membacakan surat tersebut. Jadi, dimulai dari mana dulu nih? Cowo apa cewe?" Salah satu senior membuka kegiatan 'Dear Senior'.

Para peserta MOS meneriaki sebutan untuk lawan jenisnya, untuk menghindari salah satu dari mereka bakal maju untuk membacakan surat cinta yang murahan tapi romantis itu. "Okay, okay. Karena cewek lebih jago nulis surat cinta dan pandai berbahasa. Gimana kalo yang cowok dulu nih? Setuju."

AussieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang