Duh, senengnya Author. Malem minggu. Gak les. Free. Jadi bisa nyentuh Jamie!
Eh, maksudnya ngelanjutin cerita Jamie.
HAHAHA INI SO JAYUS DAN GA PENTING.
BAI.
Eh, happy reading, waffles!
-
Hari ini hujan. Cuaca yang bener-bener bantu gue buat jujur sama Jamie.
Sangat-sangat mendukung.
(Dibaca: Ironi)
Semalem, gue gak bisa tidur. Bisa sih. Cuman, 4 jam. Sisa 4 jam yang seharusnya gue pake buat tidur malah gue pake buat ngerangkai kata-kata persiapan buat jujur ke Jamie. Ya, Tuhan, gue harus apa?
Tia dan Kuskus ninggalin gue di kelas. Emang sih, jam segini udah pada pulang. Gue masukin segala barang gue yang ada di atas meja maupun kolong.
Gue denger ada suara hentakan kaki. Mungkin itu office boy. Toh, ya emang udah sepi kan. Semua barang sudah kebawa. Pintu kelas gue tutup dan gue melihat Wima, bukannya mas-mas office boy.
"Ada yang ketinggalan, Wim?"
Wima memegang lututnya, tanda kecapekan, "Eh, itu, apa itu namanya?Eh, Emily. Emily, Lun." Nafas Wima sama sekali gak teratur.
"Kenapa?"
"Kecelakaan."
.
Kalian mungkin sudah tau kaki gue lagi melangkah kemana. Wima kelihatan cemas banget. Yang lain juga.
Kamar 234.
"Maaf, apa disini ada keluarga dari Nona Emily?"
Arsen menyenggol pundak Brandon yang sedari tadi melamun, bingung, karna keluarga Emily lagi di luar kota.
"Is there something that I can help?"
Susternya kelihatan kebingungan karna Brandon ngomong bahasa inggris.
"Saya bantu mbak. Come on, Brandon."
Disana tinggal ada Arsen, Jamie, dan gue. Sedari tadi Arsen fokus sama handphone-nya. Sedangkan gue makin canggung aja karna rencana gue agak berantakan.
Gue ambil handphone dan kirim pesan Line ke Arsen.
15.40
Arsenanta: Sen, lo pergi sebentar dong.Gue melirik ke arah Arsen yang daritadi asik banget sama handphone-nya. Gue tunggu dan tunggu. Dia pun gak nge-read Line gue. Si Arsen malah mengumpat muluk.
"Sen, lo ngapain sih?
"Diamond di CoC gue diambil sama si Seno, kurang ajar dia."
"Lo gamau gitu ngeliat Line lo?"
"Emang ada apaan?"
"Ya, ya, eh, barangkali Kuskus nge-Line lo kan? Ini dia nyariin lo ke gue."
"Sumpah?! Oke, gue nyalain cellular data gue."
Oh, dasar skrotum kuda. Pantes gak bales Line, ternyata di-off-in cellular data-nya.
"Mana sih? Keila gak nge-Line gue tuh."
Gue tetep melototin si Arsen sampe sadar.
"Ada, liat yang paling atas dong. Barusan katanya."
"Gaada, oh..... ada. Lun, Jem, bentar ya, gue ke 'toilet' dulu."
Gue tersenyum puas waktu Arsen paham sama 'kode' gue. Oke, Luna. Siap-siapin kata-kata lo. Waktunya lo omongin semua ke Jamie.
"Jamie."

KAMU SEDANG MEMBACA
Aussie
Teen Fiction"Bukankah SMA itu diisi sama masa bahagia yang bisa kita ceritakan ke cucu-cucu kita saat umur kita sudah bau tanah?" "Iya, kamu betul." "Dan lo bikin semua ini kacau." "Iya, kamu betul lagi. status: unedited and content harsh word. highest rank: #9...