5

1.8K 145 0
                                    

Oh, iya mohon diliat part sebelum chapter 1. Disitu ada pengenalan tokoh. Biar kalian lebih paham bacanya, hehe.

Enjoy, baby-baby panda!

XXXXXXX

---

"Sapa?"

"Eh-eh, Luna."

"Sapa?

"Ini Lun, eh-"

"Ini siapa?"

"Agata."

"K-kak Agata?"

"Eh, iya. Lo lagi ngapain?"

"Lagi nonton tv." Bohong.

"Gue ganggu gak?"

"Lumayan."

"Eh, ganggu ya."

"Lumayan."

"Jangan cuek-cuek dong."

"Gue udah dipanggil bunda buat makan malem, kak. Malem."

Tut.

Telpon tadi terngiang dipikiran Luna. Terganggu dengan keposesifan seniornya. Luna suka diperhatiin, tapi bukan berarti dia suka dengan panggilan masuk di setiap detik ia bernafas.

Tidur. Kegiatan yang Luna lakukan setelah menyiapkan persiapan untuk MOS hari kedua. Lagian, hanya tidur yang bisa membuatnya bertemu dengan pagi hari dan bertemu seseorang. Seseorang yang setengah mati ingin ia temui.

.

"Heh, bocah, ayo bangun. Gue yang nganterin lo." Ucap Chandra yang menggoyakkan tubuh adiknya.

Luna mengusap matanya penuh dengan belek, "Alah, bang. 5 menit."

"5 menit, 5 menit. Udah jam setengah 6 lo."

"Hah?! Kok lo gak bangunin gue daritadi sih. Gue kan harusnya bangun jam setengah 5." Sontaknya meninggalkan abangnya tanpa membereskan kasurnya dulu.

"Ish, masih mending gue bangunin."

Luna menggantungkan gerutuan Chandra. Meninggalkan Chandra yang terpaksa merapikan kasur adiknya karena ia tau kalo Luna sudah telat. Secara teknis sih belum, cuman kan takut macet. Ini masi hari kedua MOS lo. Cetak miring, MOS.

Di kamar mandi, Luna hanya memakai sabun cair seadanya dan membilas keringat karna tidur pulasnya. Mengusapkan handuk ke badannya dan mengambil sikat gigi untuk menyikat bersih giginya. "Bang, keluar gih. Gue mau ganti, hus." Ucap Luna yang mengintip dari balik pintu kamar mandi saat melihat abangnya masih terduduk mengamati kamar tidur versi remaja milik Luna. Berbeda dengan kamarnya yang simpel yang bernuansa serba putih dan rapi. Bukannya kamar Luna berantakan. Untuk ukuran remaja, Luna itu sudah cukup rapi. Cuman, bang Chandra kan perfeksionis jadi yah, Luna jadi keliatan jorok.

Eh, ralat. Jorok banget.

"Yee, malah ngelamun. Ayo dong, gue udah telat bang!" Teriak Luna membuyarkan pengamatan si abang.

"Idih, masih mending kasurnya gue tatain. Buku-buku lo gue tata." Sahut Chandra, penuh dengan kesewotan.

"Yee, gue kan juga gak minta ditatain. Tapi makasi deh," Luna berbicara asal agar abangnya cepat keluar dari kamarnya.

"Yaudah, sana cepet ganti. Gue tunggu di bawah. Naik motor aja ya, biar tambah gak ngaret lo." Tutupan rapat dan pelan dari pintu kamar Luna membuat dirinya otomatis berlari cepat mengambil seluruh peralatan yang wajib dibawah tanpa terkecuali. Dan tidak lupa, mengambil seragam putih abu-abu khas SMA.

AussieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang