3

2.8K 172 6
                                    

Sorry, guys. Part 2 cukup pendek. Soalnya biar dramatis ending-nya. Hahahahahaha. Semoga aja part 3 lebih panjang daripada part 2. Amin.

Enjoy, love.

XXXXXXX

-

Author's Pov

Jamie. Bule Jamie.

"Nadira, we are in the same school." Ada kilatan cahaya yang terpintas di mata Jamie saat melihat gadis berkacamata itu.

"Yes, you really fit in that uniform." Luna menjawab pernyataan yang dinyatakan oleh Jamie. Tidak yakin apa yang harus dilakukan. Sudah terlalu banyak yang terjadi untuk satu hari dan ini masih siang hari. Luna tidak bisa membayangkan drama apa yang akan dibuat oleh salah satu anggota keluarganya nanti saat pulang sekolah.

"Lun, lo kenal?" Si Kuskus menepuk pundak Luna. Tepukan itu menyengat Luna kembali ke dunia nyata seperti kejut listrik yang dipakai dokter untuk mencari detak jantung saat pasien kehilangannya.

Luna bingung, harus menjawab apa. Sementara, Jamie tidak berhenti menatap muka Luna yang gosong. "Sempet kenalan. Di luar sekolah."

"Oh, iya. Jamie, this is my friend, Kus-"
Secara langsung, cepat dan tangkas, Kuskus menyalurkan tangannya ke depan agar dapat menyalami Jamie.

"Keila." Senyum Kuskus penuh dengan godaan yang memungkinkan para kaum Adam akan jatuh dan berlutut untuknya.

Apa-apaan sih tuh, monyet. Sok manis banget. Bete gue. Batin Luna.

"Jamie." Jamie mengaitkan tangannya ke tangan Kuskus. Bukan suatu pemandangan yang Luna harapkan.

Lelaki berambut model bukan-cepak-tapi-tidak-juga-gondrong. Model rambut macam Logan Lerman. Rapih dan Manis.

"So, Luna. What are your class? I'm going to pick you up after school."

"I-IPA 4. You?"

"IPA 2. Pretty close with yours. See you later."

Jamie meninggalkan Luna dengan kenanaran. Tidak tau apa yang harus dilakukan. Itu lah yang terjadi bila Luna bertemu dengan Jamie. Jamie meninggalkan Luna bak angin sejuk yang ditunggu para anggota MOS, diperhatikan saat datang dan dirindukan saat menghilang. Semua kembali bekerja sesuai dengan yang sebelumnya. Tentu saja kecuali gumbulan berisi 5 orang ini.

"Gila ya, lo, Lun. Muka macem kencur aja bisa kenalan sama bule ganteng begitu." Cablak Arsen.

"Berarti, Luna itu punya pesona tersendiri. Luna kan baik tuh, ikhlas kalo nolong orang. Enggak kayak elu pada."

Luna tersinggung dengan kesalahpahaman atas maksud kalimat yang Tia ucapkan, "Eh, jadi gue enggak cantik gitu, Ti?"

"Semua cewek itu cantik, tergantung masing-masing orang ngeliatnya." Wima berbicara sambil menyelipkan quote-quote bijaksananya.

"Alah, bullshit." Kata Tia, Luna, dan Kuskus berbarengan. Mereka pun melihat satu sama lain bergantian, kecanggungan itu diganti dengan gelak tawa mereka seperti 5 ekor anak ayam yang baru menetas.

.

Aduh, gimana nih. Pulang bareng? Gue kan masih baru kenal ini bocah 2 hari. Enggak apa deh. Toh ya kenal dari sekolah juga. Jadi, ya, enggak begitu mencurigakan, kan?

Luna sibuk dengan pikirannya sendiri. Meninggalkan ia terbengong di kelas dimana anak-anak banyak bertiduran di lantai marmer kelas yang dinginnya bukan main. Semua tidak mengira kalau di sekolah mereka bakal terdapat 2-3 unit pendingin ruangan di setiap kelasnya.

AussieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang