Woohoo! Udah sampe part 4 nih. Kira-kira #TeamLagata atau #TeamJamia?
Ah tauk deh nama pasangannya jelek. Any recommend? Let's comment on the box!!
Oh iya, kalo ada yang bacaan bercetak miring itu bisa berarti suara hati/batinan juga bisa bahasa slank juga bisa suara benda (ex: cetek. suara kompok dinyalain.)
Enjoy, sugar cookies!
XXXXXXX
-
Author's Pov
Diperjalanan itu Luna sibuk dengan pikirannya tentang Kuskus dan apa yang dimaksud dengan kalimat yang tadi dikatakannya.
"Tadi bunda kamu telpon apa?" Suara Agata yang sedari tadi memperhatikan si Luna yang melamun dan sibuk dengan pikirannya sendiri, melupakan eksisrensi pemuda di sampingnya.
"Oh, enggak. Bunda cuman titip barang kak, nanti mampir sebentar ke toserba boleh?" Jawab Luna dengan cepat.
"Oh, iya boleh boleh. Btw, mau makan dulu enggak? Laper nih." Agata menepuk perutnya pelan menandakan rasa lapar.
Aduh, bodoh. Ngapain coba gue pake ngomong tentang laper? Kayak enggak ada pembahasan yang lebih keren aja. Batin Agata.
"Kakak aja yang makan, aku temenenin."
Senyuman mengembang di sudut bibir Agata. Tidak mengira jawaban itu terdengar dari mulut perempuan disebelahnya. Bukannya tidak ingin, tapi ekspektasi masih tidak terlalu tinggi terhadap Luna. "McD mau kan?"
"Lagi pengen ayam goreng uwuw." Kata Agata penuh semangat.
"Kayak anak kecil, tau gak?" Tertawa. Itu yang dilakukan Luna. Menyembunyikan perasaan sebenarnya. Tidak ingin mengecewakan manusia disebelahnya.
Agata hanya tersenyum malu sambil menggaruk bagian belakang lehernya. Luna jelas-jelas mengerti kalau Agata punya perasaan lebih ke Luna. Walau baru bertemu sehari, 6 jam lebih tepatnya. Luna peka terhadap sekelilingnya. Bukan Luna bila tidak peka, bahkan kadang rasa kepekaan itu menjurumuskan Luna. Tidak semua rasa peka itu positif.
Mc Donald's terdekat adalah 20 menit dari sekolah. Luna nyaman-nyaman saja di mobil Agata yang banyak barang seperti cowok pada umumnya, tetapi tetap harum. Mobil yang dipenuhi dengan lagu hits selama 2015, EDM.
"Kamu cari tempat duduk gih. Aku yang pesen." Agata berjalan kearah kasir.
Ting.
Sms? Unknown number. Lah siapa ini? Batin Luna.
Hey, Luna. Bisakah aku mampir ke rumahmu, kalau boleh? By the way, it's Jamie.
Senyuman tersulut di bibir Luna. Hatinya sudah ribut seperti petasan yang dinyalakan oleh anak-anak kecil di depan perumahannya.
Gue enggak percaya Jamie pakek bahasa Indonesia! Ini enggak ngigo kan? Batin Luna.
Boleh, Jamie. Why not?
"Kok senyum-senyum sendiri?" Agata menaruh nampan berharap bukan laki-laki lain yang ada dipikiran lain.
"Bunda, aku ngomel-ngomelnya lucu, Kak." Bohong.
"Oh, gitu. Ya udah, buruan dimakan es krim-nya." Agata tersenyum tipis. Meninggalkan Luna tersenyum seperti orang gila dengan bayang-bayang Jamie di rumahnya.
Agata merasa ada yang mengganjal. Ini dia yang dibuat gila oleh seorang perempuan. Biasanya dia yang membuat perempuan tergila-gila padanya. Ada 10 orang perempuan yang menembak dan meminta Agata untuk menjadi pacarnya pada masa juniornya dulu. Tentu saja karena dia tampan dan mempunyai banyak uang. Bukan kah itu yang kebanyakan perempuan cari dari seorang lelaki, lelaki yang bisa memanjakan dan membelikan barang apapun yang dia mau?
![](https://img.wattpad.com/cover/44600356-288-k401052.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Aussie
Teen Fiction"Bukankah SMA itu diisi sama masa bahagia yang bisa kita ceritakan ke cucu-cucu kita saat umur kita sudah bau tanah?" "Iya, kamu betul." "Dan lo bikin semua ini kacau." "Iya, kamu betul lagi. status: unedited and content harsh word. highest rank: #9...