19

1.1K 90 0
                                    

WOOHOOOO!

Udah lama ya, gak buka wattpad. Maafin Author, ya. Padahal Author janjinya bakal update setiap weekend, dan boong. Itu sih dikarenakan Author banyak les mau UN dan mau ada kompetisi basket regional gitu deh. Doain lancar!

Happy reading, smuffins!

-

Author's Pov

'Lo kamu nangis Lun?'

"Na-nangis? Enggak lah, Luna gak cengeng hehe. Ada apa kok tumben nelfon aku malem-malem?"

'Eh, aku ganggu ya? Yauda aku tutup aja. Se-'

"LO JANGAN TUTUP DULU JEEM!"

'Eh santai dong.' Suara tawa Jamie terdengar di telinga Luna, ada seperti listrik yang menyengat badannya.

"Maaf, deh."

'Oh, ya? Proposal buat student exchange kamu gimana, Lun?'

"Udah, dong. Eh, proposal student exchange? YA TUHAN GUE BELUM NGERJAIN DEMI APA?!"

Tut. Tut. Tut.

"Loh, kok mati? Sialan, kepencet. AAAAH DEADLINE-NYA BESOK LAGI. YA TUHAN KENAPA BARU INGETT? Ini Jamie telfonnya kepotong jugak. Bodo amat lah paling ya besok fine-fine aja."

Luna langsung mengabil laptopnya dan mengetik apapun yang ada di otaknya. Walaupun, sesekali dia menangis heboh karena kebuntuan apa yang harus ditulis. Karena itu freakin student exchange proposal. Proposal yang bakal jadiin penentuan apakah Luna bakal ikut pertukaran pelajar ke negeri impiannya. Sudahlah biarlah Luna sibuk dengan proposalnya.

-

Sinar matahari menerobos secara mendadak dari pintu yang dibanting oleh Rasya. Teriakan Rasya bagai alarm Luna untuk bangun setiap pagi. Anak bungsu itu emang sangat rajin bangun pagi. Bahkan kalah sama bunda.

"Kaaaaaak, bangun udah jam 6 looo." Rasya berkacak pinggang di depan pintu sambil membawa guling kecil kesayangannya.

"APAAA JAM 6? KOK RASYA BARU BANGUNIN KAKAK SIH?" Luna langsung melempar selimutnya ke lantai kamar. Luna mengambil handuk dan membawa dirinya ke dalam kamar mandi.

"Yeee, orang udah dibangunin dari jam 4 pagi. Tauk lah kak, bilang makasi aja udah cukup."

Luna tidak menjawab celotehan Rasya, membuat adiknya makin kesal dan meninggalkan kamarnya begitu saja. Setelah mandi, Luna langsung bersiap-siap seadanya, dengan rambut yang belum disisir dan kaos kaki yang baru kaki kanan yang dipakaikan. Dasar luna-tic.

Hati Luna berdebar karena kekacauan pagi ini. Ini semua gara-gara proposal. Dirinya baru sempat tidur jam 2 pagi. Membuat dirinya bangun kesiangan. Sebagian dirinya menyalahkan Rasya karena tidak membangunkan sampai Luna terbangun. Tapi ia juga sadar kalau dia juga salah. Kepalanya hampir pecah memikirkan semua masalah ini. Belum lagi masalah Jamie. Oh, iya gimana ya perasaan Jamie setelah telefonnya dimatikan begitu saja?

"Sialan. Pagernya udah ditutup." Umpat Luna.

"Telat mulu lo."

"A-Agata?" Ucap Luna terbata-bata.

"Sini masuk bareng gue." Agata langsung menarik tangan Luna dan merangkulnya.

"Ih, gausa jablay deh." Luna berusaha melepaskan rangkulan Agata. Tapi, tentu saja tidak bisa dilepaskan.

Agata dengan mudahnya memberi senyuman ganteng-nya yang seperti dia lakukan ke Pak Kusno yang langsung saja membukakan pintu gerbang sekolah. Senyumnya bisa memanipulasi siapapun yang melihatnya. Luna akuin sih, emang Agata itu charming, cuman sombongnya mana tahan.

AussieTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang