18 : Hukuman

234 18 5
                                    

Bismillahirrahmanirrahim

_______________________

Ceklek

Perdebatan keduanya terhenti saat pintu terbuka memperlihatkan seorang pria dewasa yang nampak begitu khawatir.

Alicia memusatkan pandangan kearah pintu dia tersenyum manis pada ayahnya."ayah"seru Alicia.

Sean berdiri membiarkan komandan Raga untuk duduk dekat Alicia. Ia keluar dari ruangan memberi ruang untuk ayah dan putri itu.

Sesampainya didepan putrinya Raga langsung memeluk tubuh mungil Alicia dengan erat dan menangis."sayang"raga berucap begitu lirih dan lemah dipundak putri nya.

Alicia mengelus punggung kekar sang ayah mencoba menenangkan ia paham dengan apa yang terjadi pada ayahnya ini."ayah, gak usah khawatir CIA baik ko."

Raga menggeleng lemah."enggak, ay-ayah takut sayang."jujur saja sejak dokter Rangga menyampaikan kondisi Alicia, pria dewasa itu sangat ketakutan.

CIA mencium pipi raga menangkup rahang tegas itu menatap lekat mata tajam ayahnya."CIA paham, jadi apa kata dokter?"sebenarnya Alicia juga sangat takut untuk menanyakan ini ia tidak sanggup akan kondisi tubuhnya yang sebenernya. Karna sesungguhnya akhir akhir ini ia mudah merasakan sesak area dada.

"Kata dokter Rangga......"

➖➖➖➖➖➖➖➖

Setelah keluar dari ruangan Alicia Sean menatap satu persatu sahabat nya."yang lain?"tanya Sean menatap Arkan yang tengah bersender pada tembok.

"Steve temenin Valen makan di luar. Kalau brian___"

"Kenapa?"Brian muncul berjalan kearah Sean dengan wajah datarnya.

"Udah beresin?"brian mengangguk paham.

Chika hanya menatap keduanya bingung mendapat toyoran dari fatha."anjing, Lo apaan sih"sentak Chika kesal tiba tiba mendapat toyoran dari fatha.

"Gak usah kepo Lo"

Chika menaikkan dagunya songong."suka suka gue dong. Repot amat lo"deliknya.

"Gini amat punya pacar galak."gumam fatha namun masih didengar jelas oleh Chika.

"Dalam mimpi Lo."timpal Chika.

"Ikut gue sekarang."intruksi Sean. Arkan dan Daffa saling menatap seraya tersenyum smirk setelah itu mereka berdua pun mengangguk.

Sean yang sudah melangkah segera menghentikan langkah nya ketika mendengar perkataan fatha. Begitu pun dengan Arkan juga Daffa."gue gak bisa bang."

"Chika sendirian Disni, ini udah malem dia cewe bang. Gue khawatir dia pulang sendirian bahaya."fatha segera melanjutkan ucapannya saat Sean tak kunjung mengeluarkan suara. Memberi pengertian pada cowok tinggi itu.

"Ucapan gue barusan gak butuh jawaban, tapi satu hal yang harus Lo tau setiap ucapan yang keluar dari mulut gue, gue gak suka di bantah."Sean berucap begitu panjang itu berarti drinya saat ini benar benar benar emosi.

Arkan meneguk susah payah air liurnya ia bergidik ngeri mendengar perkataan tegas dari ketuanya itu. Fatha mengepalkan tangannya. Matanya menatap Brian memohon agar ia bisa membantunya.

Brian menghela nafas panjang melihat wajah memelas fatha."udah biarin."

"Terserah Lo."sarkas Sean melanjutkan langkahnya.

"Brian"panggil fatha.

Brian berbalik dan mengangguk."Lo anter dia dulu baru Lo nyusul, jngan lupa call Steve."

Badboy TampanTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang