Part 59 - Ini akan menarik untuk dilihat

83 4 5
                                    


Hari Anak, hari natal, dan ulang tahun. Bagi seorang anak kecil, hari-hari tersebut adalah hari paling istimewa dari 365 hari dalam setahun. Tak perlu dikatakan lagi bahwa hari ulang tahun adalah hari yang paling terbaik di antara semuanya. Tapi, pria inilah yang merusak hari ulang tahunku. Yena membuka matanya dengan perasaan pengkhianatan yang tidak bisa dilukiskan.

"Ibu, ganti perusahaan."

Ji-heon merasa dia tidak bisa bernafas. Aku tidak tahu! Aku benar-benar tidak tahu! Tapi ketika aku mengingat kembali kenangan hari itu, aku tidak bisa berkata apa-apa. Bukan salahnya jika Jeong-oh bekerja lembur hari itu, tapi itu adalah akibat perbuatan asisten manager Cho Sin-nae. Yang lebih parah adalah, pada saat itu Jeong-oh telah memberi tahu Ji-heon beberapa kali tentang negosiasi agar bisa pulang tepat waktu, tapi aku tidak tahu karena bahkan saat Ji-heon bertanya kenapa dia ingin pulang begitu cepat, dia tidak menjawab. Karena keberadaan anak itu disembunyikan, tentu saja dia tidak bisa menjawab. Ji-heon diliputi rasa cemburu yang tidak perlu dan menahannya. Mengapa manusia tidak bisa memutar balik waktu? Jika aku bisa memutar kembali waktu, aku akan kembali ke hari itu dan menyuruhnya pulang sekarang juga dan mengucapkan selamat ulang tahun pada anaknya. Ji-heon menatap Jeong-oh dengan hati yang gugup. Jeong-oh tersenyum dengan ekspresi santai di wajahnya. Yang lebih mengerikan lagi karena sang putri memutar matanya dan sang ibu tersenyum lebar. Rasanya seperti dua wanita sedang meletakkanku di atas talenan dan mempertimbangkan apakah mereka harus memasakku dengan cara ini atau itu. Ji-heon tidak bisa berbicara secara langsung, tapi mengirimkan sinyal ke Jeong-oh dengan tatapan sungguh-sungguh untuk membantunya. Jeong-oh yang membaca mata itu membujuk Yena.

"Begini yena. Ibu tidak bisa langsung berhenti dari pekerjaan di perusahaan itu. Ibu juga perlu menghasilkan uang."

"Kalau begitu, ubahlah perusahaan sebelum ulang tahun Yena berikutnya."

Namun keras kepala Yena tiada tandingannya.

"Aku juga berpikir begitu."

Jeong-oh tersenyum dan berbicara sambil menatap pada Ji-heon. Sepertinya dia sudah tidak berniat membujuk Yena lagi. Ji-heon menganggap senyumnya kejam. Jantungku berdebar kencang. Bagaimana hubungan itu dimulai seperti ini, tetapi aku tidak menyangka bahwa aku akan menghadapi tentangan dari putri pacarku sendiri.

"Yena, tunggu disini ya. Aku akan mengambil mobil."

"Ibu, ayo kita jalan saja."

Ucap Yena, bahkan tidak mendengarkan perkataan Ji-heon, melainkan menggenggam erat tangan ibunya. Tak mampu menghentikan Yena, Ji-heon meninggalkan mobilnya di parkiran dan berjalan menyusul Yena.

"Begini Yena. Aku telah melakukan kesalahan, ini tidak akan terjadi lagi."

"Bohong. Pasti ini akan terulang lagi."

"TIDAK. Itu tidak akan pernah terjadi lagi."

"Kalau begitu, mulai sekarang kamu tidak akan menyuruh ibuku bekerja lembur?"

".......... Setidaknya saat tidak ada keperluan apa pun dan jika saat itu terjadi sesuatu atau ada hal penting yang bersangkutan dengan Yena, aku akan menyuruhnya segera pulang."

"............."

".......... Itu.. Yena, apakah kamu ingin bermain baduk denganku?"

Yena menutup mulutnya rapat-rapat dan menoleh ke sisi lain Ji-heon. Anak ini lebih sulit dari Lee Jeong-oh. Aku tidak pernah menghibur anak yang sedang marah, tidak, aku tidak pernah berbicara panjang lebar dengan seorang anak. Kali ini Lee Jeong-oh mengambil alih.

"Yenaku, Paman juga telah ingat membelikanmu hadiah."

Namun Yena memelototi ibunya dengan niat mengembalikan boneka koala yang telah dimasukkannya ke dalam tas. Ekspresi Yena begitu serius hingga Jeong-oh pun menelan ludah kering. Tingkat keras kepala seperti ini pasti ada dalam gen Jeong Ji-heon, bukan? Jeong-oh dengan cepat mengubah kata-katanya dan menghibur Yena.

A Child Who Looks Like Me / Anak yang Mirip DenganKuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang