Part 61 - Karena seseorang itu pasti sudah menunggu sepanjang waktu.

79 3 0
                                    


Ji-heon mengemudi dalam diam. Setelah tersandung sekali dalam perjalanan ke tempat parkir seolah-olah dia sedang sakit kepala, dia kembali menjadi Jeong Ji-heon yang sehat. Tapi Jeong-oh mengkhawatirkan Ji-heon sepanjang perjalanan menuju restoran.

'Menurutku tidak masalah membawa Yena ikut ke rumah sakit, karena menurutku dia perlu aku temani untuk pergi ke rumah sakit.'

Meski begitu, jarak dari akademi ke restoran tidak terlalu jauh. Mobil yang dikendarai Ji-heon dengan cepat sampai di restoran. Guk-sun yang sedang menyiapkan makan malam berlari dari dapur saat melihat ada tamu lain yang datang bersama Yena. Namun, dia ragu untuk keluar sampai saat dia memastikan bahwa orang yang datang bersamaku adalah Ji-heon. Ji-heon menyapa lebih dulu.

"Halo Bu, Apa kabar?"

"Ah ya. Baik-baik saja... sudah lama tidak bertemu.."

Guk-sun pun mengikuti Ji-heon saling memberi salam. Guk-sun mudah terpengaruh oleh ketampanannya, tapi aku tidak bisa menyambutnya dengan sangat ramah karena aku tahu dia adalah direktur buruk yang membuat putriku bekerja lembur dan membuat cucuku menangis. Tetap saja, aku tidak punya pilihan selain bersikap rendah hati. Karena dia adalah atasan putriku.

"Bagaimana... Ada apa dia ikut denganmu?"

Guk-sun, yang merasa canggung, menoleh ke Jeong-oh dan bertanya.

"Direktur datang bersamaku menjemput Yena hari ini untuk meminta maaf kepada Yena."

Baru setelah Jeong-oh menjawab dengan suara cerah barulah bibir Guk-sun menarik garis senyum dengan nyaman.

"Aigo.. begitu.. Terima kasih, terima kasih..."

Kalau begitu. Aku boleh lebih perhatian terhadap orang ini.

"Kamu sudah jauh-jauh menjemput dan mengantar kesini, alangkah baiknya kamu bisa ikut makan malam disini."

"Tidak, bu. Direktur sedang sibuk, jadi kami harus segera kembali bekerja."

Sebelum Ji-heon sempat mengatakan apa pun, Jeong-oh menjawab atas namanya. Ji-heon sedikit kecewa, namun tak punya pilihan selain mengikuti keinginan Jeong-oh.

"Ya. Saya hanya mampir untuk mengantar mereka dan akan melakukan perjalanan lagi. Saya akan menyapa lagi di kesempatan selanjutnya."

"Ya ampun, itu benar. Baiklah, jadikan seperti itu...."

Dari pertemuan singkat tersebut, Guk-sun merasakan adanya arus yang aneh. Orang yang menjadi direktur perusahaan Jeong-oh bukan sekedar direktur. Menurutku, Jeong-oh itu istimewa di matanya. Dalam perjalanan kembali bekerja. Jeong-oh dengan hati-hati bertanya pada Ji-heon yang berada di belakang kemudi lagi.

"Apakah kamu tidak berencana pergi ke rumah sakit?"

"Ada apa dengan rumah sakit? Siapa yang sakit?"

"Tidak, tadi kupikir aku melihatmu tiba-tiba sakit kepala."

Ji-heon yang menatap lurus ke depan, sejenak menoleh ke arah Jeong-oh. Aku bersyukur ternyata dia peduli padaku. Jadi, aku tidak bisa secara terbuka mengakui apa yang terjadi padaku. Ji-heon bertanya dengan ekspresi kosong.

"Apakah kamu masih seperti dulu? Pas di hotel itu...."

"Ya?"

"Kamu berharap aku menemukan ingatanku."

"........ seperti itulah."

"Apakah kamu masih menginginkan hal seperti itu?"

"..............."

A Child Who Looks Like Me / Anak yang Mirip DenganKuTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang