Keesokan harinya...
Galen, Aldrich, dan Eldrick sudah berada di mansion milik paman mereka yakni Kaysen. Mereka datang ke sana karena ingin menjemput Aelin.
"Ayo kita berangkat," ucap Aelin. Gadis itu berjalan menghampiri mereka bertiga di ruang tamu.
Galen, Aldrich, dan Eldrick mengikuti Aelin dari belakang. Saat tiba di halaman depan terlihat 3 buah motor sport terparkir di sana.
"Kakak mau ikut siapa?" Tanya Aldrich menatap ke arah Aelin.
"Eldrick saja," jawab Aelin.
"Ini helm untuk mu, kak," ucap Eldrick. Dia memberikan helm kepada Aelin.
"Terima kasih," ucap Aelin. Gadis itu memasang helm, lalu dia naik ke atas motor Eldrick dan melingkarkan kedua tangannya ke pinggang sepupunya.
Galen dan Aldrich sedikit iri melihat Eldrick bisa di peluk Aelin, mereka ingin sekali di posisi dia. Lalu mereka meninggalkan halaman mansion Lucenzo, tanpa mereka sadari bahwa Damon menatap Aelin memeluk Eldrick dari belakang.
"Sial, seharusnya aku yang berada di posisi Eldrick," gumam Damon sendiri. Pria itu mengepalkan kedua tangannya.
⭐⭐⭐⭐⭐
Tidak lama kemudian mereka berempat tiba di halaman sekolah, semua murid yang berada di sana penasaran siapa yang ikut bersama Eldrick. Mereka sangat tahu kalau ketiga kulkas itu tidak pernah dekat dengan orang lain.
Aiden dan gengnya juga menatap penasaran ke arah orang yang ikut bersama Eldrick, Aelin turun dari atas motor dengan bantuan dari Aldrich karena motor Eldrick sangat tinggi.
Aelin melepaskan helmnya, semua orang yang berada di sana terkejut melihatnya, Aiden sedikit tidak suka melihat kekasihnya bersama Eldrick.
"Sayang."
Aiden berjalan menghampiri Aelin, tidak lupa anggota gengnya mengikuti dari belakang.
"Iya?" Aelin menatap ke arah Aiden.
"Kenapa kamu tidak menyuruh ku untuk menjemput mu?" Tanya Aiden.
"Lain kali saja ya jemput aku," jawab Aelin.
"Bagaimana pulang sekolah nanti, aku yang mengantar mu pulang? apalagi sudah lama aku tidak mengantar mu pulang," ucap Aiden.
"Boleh saja," ucap Aelin.
"Ayo ke kelas, Lin," ujar Galen.
"Aku kelas dulu, Aiden," ucap Aelin. Gadis itu menepuk pundak Aiden, lalu dia mengikuti Galen dari belakang.
Aiden menatap tajam kearah Eldrick, tapi pemuda itu hanya memasang wajah datarnya karena dia tahu kalau Aiden cemburu.
"Jangan pernah menyentuh kekasih ku, Eldrick," ucap Aiden.
"Dan jangan pernah coba-coba menyakiti kakak sepupu, Aiden. Aku tidak peduli kau abang kelas ku, karena aku tidak takut pada mu," ucap Eldrick.
"Seharusnya kau tahu diri, Aiden. Semoga saja kak Aelin akan cepat tahu kalau kau berselingkuh di belakangnya," ucap Aldrich.
"Jaga ucapan mu, Aiden!" ucap Aiden menatap ke arah Aldrich.
"Sepandai-pandainya kau menyembunyikan bangkai, maka akan tercium aroma busuknya," ucap Aldrich.
Bugh
Aiden meninju wajah Aldrich, karena tidak siap dengan pukulan tiba-tiba. Pemuda itu terjatuh, Eldrick pun membantu kembarannya.
Bugh
Eldrick memukul perut Aiden sehingga pemuda itu meringis sedikit kesakitan, Ferdinand membantu sahabatnya berdiri.
"Berani sekali kau memukul ketua kami!" ucap Theodore menatap tajam Eldrick.
"Itu balasan untuknya karena sudah memukul kembaran ku," ucap Eldrick datar. Dia tidak suka melihat orang-orang memukul Aldrich, meskipun dia dingin dan tertutup tapi dia sangat perhatian dengan keluarganya.
Eldrick membawa Aldrich pergi dari sana, sedangkan Aiden mengepalkan kedua tangannya karena dia merasa dipermalukan oleh kedua orang itu.
"Aiden, kamu tidak apa-apa?"
Yvonne berjalan menghampiri Aiden, gadis itu datang saat Eldrick saat memukul perut Aiden. Dia sedikit panik melihat kekasihnya di pukul.
"Aku tidak apa-apa, Yvonne," ucap Aiden sambil tersenyum tipis.
"Ayo aku antar ke UKS," ucap Yvonne.
"Aku tidak apa-apa, Yvonne. Ini tidak seberapa kok," ucap Aiden. Dia tidak mau Yvonne khawatir padanya.
'andai saja Aelin seperti Yvonne,' batin Aiden.
"Kamu yakin?" Tanya Yvonne.
"Iya, Yvonne," jawab Aiden.
Tanpa mereka sadari bahwa dari tadi Aelin memantau mereka dari jendela kelasnya, karena kelas 12 berada di lantai 4 gedung utama dan berhadapan langsung dengan lapangan sekolah. Gadis itu memasang wajah datarnya.
"Kau melihat apa?" Galen berjalan menghampiri Aelin.
"Mereka berdua," jawab Aelin. Gadis itu menyilangkan kedua tangannya.
"Kau tidak curiga dengan hubungan mereka berdua?" Tanya Galen menatap Aelin penasaran, karena dia tidak melihat tatapan cemburu sepupunya kepada Aiden dan Yvonne.
"Aku sudah tahu," ucap Aelin sambil tersenyum tipis.
Galen terkejut mendengar ucapan Aelin, dia tidak menyangka kalau sepupunya tahu kalau Aiden dan Yvonne menjalin hubungan dibelakangnya.
"Lalu kenapa kau tidak memutuskan hubungan kalian berdua kalau kau sudah tahu Aiden berselingkuh?" Tanya Galen penasaran.
"Aku ingin melihat Aiden sampai mana menyembunyikan hubungannya dengan Yvonne," jawab Aelin.
"Apa?"
Galen terkejut mendengar ucapan Aelin, dia tidak habis pikir dengan jalan pikir sepupu tirinya.
"Kenapa?" Aelin menatap ke arah Galen.
"Aku terkejut mendengarnya, Aelin. Seharusnya kamu memutuskan hubungan kalian berdua, apakah kamu tidak cemburu melihat mereka berdua?" ujar Galen.
"Awalnya aku cemburu dan sakit hati melihat Aiden menjalin hubungan dengan Yvonne, tapi lama-kelamaan aku tidak merasakan cemburu lagi. Aku sudah mati rasa pada percintaan," jelas Aelin. Dia benar-benar tidak pernah percaya dengan cinta, bagi semua orang cinta itu indah. Tapi bagi Aelin, cinta itu hanya mempermainkan perasaan saja.
"Bullshit kalau cinta itu indah, Galen. Yang ada, cinta itu hanya mempermainkan perasaan saja," lanjutnya.
"Tidak semua seperti itu, Aelin," ucap Galen.
"Memang tidak semuanya seperti itu, hanya orang yang beruntung saja mendapatkan cinta sejati," ucap Aelin.
Tidak lama kemudian bel masuk pun berbunyi, semua murid masuk ke kelasnya masing-masing.
TBC...
Jangan lupa vote dan coment ya teman-teman karena itu gratis.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY STEP BROTHER
FanfictionAelin tidak menyangka kalau sang ibu menikah lagi dengan seorang duda, ayah Aelin meninggal dunia sekitar 3 tahun yang lalu karena serangan jantung. Aelin dan adiknya ikut bersama ibu mereka tinggal dengan keluarga sang ayah tiri, Aelin memiliki 2 s...