23

4.1K 258 27
                                    

Malam harinya...

Di mansion Lucenzo...

Kaysen dan Elena membawa Aelin ke mansion, karena mereka berdua tidak mau meninggalkan gadis itu sendirian di mansion Lamont.

Sekarang mereka sedang makan malam bersama di ruang makan, Aelin hanya mengaduk sup dan tatapannya masih kosong.

"Aelin," ucap Elena menatap ke arah Aelin. Hatinya sakit melihat anaknya seperti itu, meskipun gadis itu adalah keponakannya tapi dia sudah menganggapnya seperti anaknya sendiri.

"Jangan mainkan makanan mu, kamu harus makan. Kamu tidak mau jatuh sakit, kan?" Lanjutnya.

"Iya, ma," ucap Aelin. Gadis itu mulai mengambil suapan demi suapan.

"Kak Lin, kenapa tidak semangat?" tanya Adela menatap kakaknya yang tampak tidak semangat seperti biasanya.

"Kakak mu kurang enak badan, sayang," jawab Elena.

"Kakak kurang enak badan?" tanya Adela menatap Aelin.

"Iya, kakak kurang sehat," jawab Aelin.

Damon tidak ikut makan malam bersama mereka karena ada urusan penting yang harus dia kerjakan.

"Kakak harus beristirahat ya, biar cepat sembuh," ucap Adela.

"Iya, Adela," ucap Aelin sambil tersenyum tipis.

Elena merasa sedikit lega melihat Aelin tidak sedih lagi, selama ini dia jarang memperhatikan anak pertamanya karena sibuk mengurus butik. Saat Johannes masih hidup, pria itu yang selalu meluangkan waktu untuk Aelin. Dia merasa buruk menjadi seorang ibu karena jarang meluangkan waktu untuk Aelin, tapi gadis itu tidak pernah marah kepadanya.

Saat Elena ingin memperkenalkan Kaysen kepada Aelin sebagai calon suaminya, dia takut gadis itu menolaknya. Tapi nyatanya Aelin menerima Kaysen sebagai calon pendamping Elena, sebelum mereka berdua menikah. Wanita itu menceritakan kebenaran kepada calon suaminya kalau Aelin keponakannya bukan anak kandungnya, dia dan Johannes mengangkat Aelin karena Aelia meninggal dunia akibat pendarahan hebat setelah melahirkannya. Apalagi Elena susah mendapatkan anak, dia dan Johannes merawat Aelin dengan baik.

Kaysen awalnya terkejut tapi dia menerima Aelin sebagai calon anaknya, dia juga kasihan dengan gadis itu karena dibenci oleh keluarga besar Lamont. Kaysen juga memberitahu hal ini kepada keluarga Lucenzo, mereka  menerima Aelin menjadi bagian keluarga Lucenzo.

⭐⭐⭐⭐⭐


Damon sekarang berada di markas mafia miliknya, dia sedang merencanakan sesuatu di sana. Tidak lama kemudian terlihat Haiden berjalan menghampirinya karena Damon yang menyuruhnya untuk datang ke markas mafianya.

"Selamat malam, tuan muda Damon," ucap Haiden sambil membungkukkan badannya sedikit kepada Damon.

"Malam juga, tuan Haiden," ucap Damon.

"Ada gerangan apa tuan muda menyuruh saya untuk datang ke sini?" tanya Haiden dengan penuh penasaran.

"Saya ingin mengajak anda untuk bekerjasama menghancurkan orang-orang yang sudah membuat Aelin menderita," ucap Damon dengan datar.

"Saya sangat senang anda begitu peduli kepada nona muda Aelin," ucap Haiden.

"Karena saya mencintai Aelin," ucap Damon dengan jujur.

Haiden terkejut mendengar ucapan Damon, dia tidak menyangka pria di hadapannya ini mencintai Aelin.

"Apa saya tidak salah dengar, tuan muda?" tanya Haiden dengan penuh penasaran.

"Tidak, saya benar-benar mencintai Aelin. Saya tidak ingin dia terus bersedih seperti ini, apalagi orang-orang itu harus segera di singkirkan." Damon beranjak dari tempat duduknya dan berdiri menatap ke lukisan Aelin di dinding ruangan itu.

Haiden menatap lukisan Aelin yang terpajang di dinding ruang kerja pribadi Damon, dia mulai menyadari bahwa pria itu begitu terobsesi dengan nona mudanya.

"Kalau demi kebaikan nona muda Aelin, saya akan membantu anda," ucap Haiden. Pria itu ingin melihat Aelin bahagia dan membalas dendam kepada orang yang sudah membuatnya menderita.

"Anda mengurus nyonya Ursula dan saya akan mengurus keluarga Josiah, tapi sepertinya Aelin tidak akan tinggal diam setelah semua rahasia itu terungkap," ucap Damon.

"Anda benar, tuan muda Damon," ucap Haiden.

"Kita harus menjaganya," ucap Damon.

"Baik, tuan muda Damon," ucap Haiden.

"Rencananya akan dimulai besok," ucap Damon.

"Baik, tuan muda Damon," ucap Haiden.

"Anda boleh pergi, jangan sampai Aelin mengetahui rencana kita," ucap Damon.

"Iya, tuan muda Damon," ucap Haiden.

Haiden meninggalkan tempat itu, sekarang hanya Damon sendirian di ruang kerjanya sambil menatap lukisan Aelin.

⭐⭐⭐⭐⭐

Di mansion Lucenzo...

Terlihat Aelin keluar diam-diam karena dia ingin melakukan sesuatu kepada seseorang, gadis itu memakai baju serba hitam sehingga tidak ada yang mencurigainya.

Para bodyguard yang berjaga-jaga di sana tidak ada menyadarinya, Aelin memanjat tembok dan berhasil mendarat dengan mulus.

Tidak lama kemudian terlihat sebuah mobil berjalan menuju ke arahnya dan berhenti, Aelin segera masuk ke dalam mobil. Lalu mobil itu meninggalkan area mansion Lucenzo.

"Kita akan ke mana?" tanya Cecilia menatap ke arah Aelin, gadis itu sahabat baiknya dan anak Haiden.

"Menculik gadis tidak tahu diri itu, dia benar-benar sudah menguji kesabaran ku," ucap Aelin dengan nada datarnya.

"Oke," ucap Cecilia.

Cecilia melajukan mobilnya, tanpa Aelin sadari bahwa Kaysen tahu gadis itu keluar diam-diam dari mansion. Karena setiap sudut mansionnya memiliki cctv tersembunyi, sehingga bisa mudah melumpuhkan lawan saat ingin menyusup ke mansion Lucenzo.

"Damon benar-benar hebat memilih calon istri keluarga ini," gumam Kaysen sambil tersenyum menyeringai.

Kaysen duduk santai di ruang kerjanya, lalu menuangkan sebotol wine ke gelasnya. Dia sudah lama tidak minum wine, apalagi dia ingin menikmati pertunjukan Damon dan Aelin.

TBC....

Jangan lupa vote dan coment ya teman-teman karena itu gratis.

Maaf kalau Chapter ini gak nyambung.

CRAZY STEP BROTHER Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang