Sekarang Aelin dan Damon sedang dalam perjalanan menuju ke Lizea resort and hotel, Cecilia dan abangnya tidak bisa ikut karena ada beberapa urusan pribadi.
Tidak lama kemudian mereka berdua tiba di pantai, terlihat sebuah bangunan mewah nan tinggi dan juga luas. Terlihat beberapa bodyguard yang berjaga-jaga di sana dan beberapa pekerja memasang patung-patung di sekitar tempat itu.
Damon memarkirkan mobilnya di sana, pria itu dan Aelin keluar dari mobil. Para bodyguard dan pekerja di sana langsung menyambut kedatangan nona muda mereka.
"Selamat datang, nona muda dan tuan muda," ucap para bodyguard dan pekerja.
"Terima kasih sudah menyambut kedatangan kami berdua," ucap Aelin sambil tersenyum tipis.
Aelin langsung mengajak Damon berkeliling tempat itu, sesekali Aelin menjelaskan tiap ruang. Sekarang mereka berdua tiba di ruang depan, terlihat sebuah foto seorang pria tampan dan seorang gadis cantik berusia belasan tahun terpajang di sana.
"Minggu depan tempat ini akan diresmikan, tapi papa tidak bisa melihatnya," ucap Aelin sambil menatap foto dirinya bersama mendiang Johannes.
"Tapi aku yakin di atas sana tuan Johannes sangat bahagia karena resort yang dia dirikan akan di resmikan," ucap Damon sambil menatap ke arah pigura foto ayah dan anak. Lalu dia menatap ke arah Aelin.
"Dia pasti bangga memiliki putri seperti mu, kamu tidak mudah menyerah dan selalu sabar saat orang-orang menghina mu," lanjutnya.
Aelin hanya diam saja saat mendengar ucapan Damon, sebenarnya dia bukan orang yang sabar tapi dia mencoba untuk menahan semuanya.
"Iya," ucap Aelin.
Aelin dan Damon berjalan menuju ke halaman belakang, di sana terlihat sebuah kolam buatan dan berdekatan dengan bibir pantai.
"Pemandangan di sini sangat indah," ucap Damon.
"Iya, sangat indah. Apalagi kalau di sore hari, kita bisa melihat sunset," ucap Aelin sambil tersenyum tipis.
"Aku yakin pasti banyak orang yang akan menyukai tempat ini," ucap Damon. Pria itu menatap ke arah Aelin.
"Semoga saja, bang," ucap Aelin.
Damon dan Aelin mengelilingi tempat itu, para pekerja banyak yang penasaran dengan hubungan mereka berdua. Mereka bisa melihat Damon menatap Aelin dengan tatapan berbeda.
⭐⭐⭐⭐⭐
Di mansion Lamont...
Malam harinya...
Aelin sedang menunggu jemputan Aiden di ruang tamu, gadis itu masih tinggal di mansion Lamont dan tidak lupa Damon masih menginap di sana.
"Jangan pulang terlarut malam," ucap Damon. Pria itu menyeruput kopi hitamnya.
"Baik, bang," ucap Aelin.
Brum
Brum
Aelin beranjak dari tempat duduknya dan segera ke pintu depan, karena itu suara motor milik Aiden. Damon juga mengikuti dari belakang, dia bisa melihat Aiden memasang helm kepada Aelin.
Damon sedikit kesal melihatnya, dia ingin sekali membunuh Aiden sekarang juga. Tapi dia tidak boleh gegabah atau Aelin akan membenci nya.
"Bang, aku pergi dulu ya," ucap Aelin menatap ke arah Damon.
"Jangan terlalu lama," ucap Damon datar.
Aelin naik ke atas motor Aiden dengan bantuan pria itu, Damon semakin cemburu melihatnya.
"Aku akan menjaga Aelin, bang," ucap Aiden.
Aiden menyalakan motornya dan Aelin melingkarkan tangannya ke pinggang kekasihnya, mereka berdua meninggalkan tempat itu.
Bugh
Bugh
Damon meninju dinding sehingga sedikit retak, dia benar-benar tidak suka melihat Aelin bersama Aiden. Gadis itu hanya miliknya, bukan orang lain.
"Kau akan mati di tangan ku, Aiden. Aku tidak peduli kau saudara tiri Aelin," gumam Damon dengan nada datarnya.
Pria itu mengambil ponselnya dan mengirim pesan kepada adik sepupunya untuk mengikuti Aiden dan Aelin, dia ingin gadisnya baik-baik saja.
Galen
Tolong ikuti Aelin dan Aiden
Baik, bang.
Damon menghela nafas leganya, lalu pria itu masuk ke dalam mansion. Dia bisa tenang kalau Galen akan memantau Aiden dan Aelin, apalagi keluarga Lucenzo sudah tahu kalau Damon memiliki perasaan kepada Aelin. Keluarga besar Lucenzo tampak bahagia karena es dalam diri Damon sudah mencair, mereka tidak melarang pria itu mencintai Aelin.
⭐⭐⭐⭐⭐
Sekarang Aiden dan Aelin sudah tiba di restoran tempat mereka berdua dinner, tempat itu sering mereka berdua kunjungi. Diam-diam Galen mengikuti mereka dari belakang.Aiden dan Aelin masuk ke dalam restoran sambil berpegangan tangan, mereka berdua duduk di tempat yang pojok. Galen duduk tidak jauh dari mereka berdua, dia juga memesan minuman. Dia juga bisa mendengar pembicaraan Aiden dan Aelin.
"Sayang, sudah lama kita tidak ke sini," ucap Aiden sambil memegang tangan Aelin.
"Iya, Aiden," ucap Aelin sambil tersenyum tipis.
"Bagaimana menurutmu di Benecio High School?" tanya Aiden.
"Cukup baik dan mengesankan, tapi aku masih lebih suka di D'arcy High School," jawab Aelin sedikit jujur.
"Bagaimana dengan teman-teman satu kelas mu?" tanya Aiden.
"Baik, mereka juga ramah," jawab Aelin.
"Kapan kamu akan berkunjung lagi ke mansion Morgan?" tanya Aiden.
"Kapan-kapan, Aiden," jawab Aelin.
"Kamu tidak menyembunyikan sesuatu dari ku, kan?" ucap Aiden menatap Aelin dengan penuh selidik.
"Sejak kapan aku suka menyembunyikan sesuatu dari mu, Aiden?aku selalu jujur kepada mu," ucap Aelin.
'kau yang selama ini menyembunyikan sesuatu dari ku, Aiden,' batin Aelin.
"Kamu benar," ucap Aiden.
'maafkan aku, Aelin. Aku selama ini menyembunyikan hubungan ku dengan Yvonne,' batin Aiden dengan penuh merasa bersalah.
Tidak lama kemudian makanan yang mereka pesan, Aiden dan Aelin pun makan dengan begitu tenang. Aelin menyadari ada yang memantaunya dari jauh tapi gadis itu tidak mempedulikannya.
TBC...
Jangan lupa vote dan coment ya teman-teman karena itu gratis.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY STEP BROTHER
FanfictionAelin tidak menyangka kalau sang ibu menikah lagi dengan seorang duda, ayah Aelin meninggal dunia sekitar 3 tahun yang lalu karena serangan jantung. Aelin dan adiknya ikut bersama ibu mereka tinggal dengan keluarga sang ayah tiri, Aelin memiliki 2 s...