Bel pulang sekolah sudah berbunyi beberapa menit yang lalu, sekarang Aelin sedang berada di parkiran menunggu jemputan Haiden.
"Bagaimana kak Lin pulang bersama kami saja?" ujar Aldrich.
"Aku tidak pulang ke mansion daddy, tapi aku akan pulang ke mansion mendiang papa ku," jawab Aelin.
"Ada masalah di mansion daddy?" Tanya Galen menatap Aelin dengan penasaran.
"Tidak, aku hanya merindukan mansion mendiang papa ku," jawab Aelin.
Tidak lama kemudian terlihat sebuah mobil Mercedez Benz memasuki halaman sekolah, lalu singgah di depan Aelin.
"Aku pulang dulu, hati-hati di jalan."
Aelin membuka pintu mobil dan duduk di kursi depan, lalu dia menutup kembali. Gadis itu melambaikan tangannya ke arah ketiga sepupunya.
Haiden menjalankan mobilnya, Aelin menghela nafasnya dan menatap ke arah luar jendela mobil.
"Langsung ke perusahaan," ucap Aelin.
"Baik, nona muda," ucap Haiden.
"Bagaimana pemasukan perusahaan bulan ini, uncle Haiden?" tanya Aelin.
"Sangat meningkat, nona muda," jawab Haiden.
"Bagus kalau begitu," ucap Aelin.
"Nona muda, hari ini ada rapat dengan beberapa pemimpin perusahaan di perusahaan kita," ucap Haiden.
"Apa opa juga ikut, uncle Haiden?" Aelin menatap ke arah Haiden yang menyetir mobil.
"Iya, tuan Mason juga akan hadir di rapat ini. Bahkan tuan muda Damon juga ikut hadir," jawab Haiden.
"Benarkah? memangnya perusahaan milik bang Damon bekerjasama dengan perusahaan kita?" Aelin terkejut Damon ikut dalam rapat ini.
"Tuan muda Damon baru hari ini menjalin kerjasama dengan perusahaan kita, nona muda," jawab Haiden.
"Jadi begitu ya."
Tidak lama kemudian mereka tiba di sebuah bangunan tinggi dan besar, Haiden mematikan mobilnya. Dia dan Aelin keluar dari mobil, lalu memasuki lobi perusahaan.
Para karyawan perusahaan itu menunduk kepala saat Haiden dan Aelin melewati mereka, mereka sangat menghormati nona muda mereka karena gadis itu calon penerus perusahaan ini. Apalagi Aelin selalu ramah dan hangat kepada para karyawan, sehingga dia di sukai para karyawan perusahaan itu.
Haiden dan Aelin masuk ke dalam lift khusus, para karyawan dilarang menaiki lift itu karena mereka memiliki lift tersendiri.
"Bagaimana pengeluaran perusahaan bulan ini, uncle Haiden?" tanya Aelin sambil bersandar pada dinding lift.
"Tidak terlalu besar, nona muda," jawab Haiden.
Ting
Aelin dan Haiden tiba di lantai 70, lantai yang paling atas. Mereka berdua keluar dari lift dan menuju ke ruang kerja.
"Selamat datang, nona muda," ucap Albert. Dia sektretaris kepercayaan mendiang Johannes.
"Terima kasih atas sambutannya, uncle Albert," ucap Aelin.
"Albert, siapkan presentasi untuk meeting nanti," ucap Haiden menatap ke arah Albert.
"Baik, tuan Haiden," ucap Albert.
Aelin masuk ke dalam ruang kerja dan Haiden mengikuti dari belakang, gadis itu menatap ke arah pigura foto mendiang Johannes di atas meja kerja.
"Uncle menjaga ruangan ini dengan baik," ucap Aelin.
KAMU SEDANG MEMBACA
CRAZY STEP BROTHER
FanfictionAelin tidak menyangka kalau sang ibu menikah lagi dengan seorang duda, ayah Aelin meninggal dunia sekitar 3 tahun yang lalu karena serangan jantung. Aelin dan adiknya ikut bersama ibu mereka tinggal dengan keluarga sang ayah tiri, Aelin memiliki 2 s...