"Biar Azizah yang bersihkan Umi," Azizah berusaha menolak Umi Adibah membersihkan gamis nya. Ia merasa tidak sopan jika merepotkan Umi Adibah
"Buka dulu gamis nya. Kalau mau di bersihkan pun susah nak," ujar Umi Adibah, keduanya sedang di Ndalem, tepatnya di ruang keluarga
"Tapi baju Ziza di asrama Umi. Nanti saja setelah di asrama Ziza bersihkan, Umi jangan repot-repot." Umi Adibah berpikir sejenak, lalu melangkah pergi dari ruangan tersebut, langkahnya membawa Ia ke kamar sendiri. Umi Adibah membuka lemarinya, mencari gamis yang menurutnya pas bagi Azizah
Tidak berselang lama, Umi Adibah kembali keruangan keluarga. Membawa gamis berwarna hitam
"Ini ada gamis, di ganti dulu. Setelah itu di bersihkan gamis nya. Umi lihat noda nya lumayan susah hilang, makanya jangan di tunda-tunda dibersihkan." Umi Adibah memberi gamis tersebut dan langsung di terima oleh Azizah. Menolak gamis diberikan sepertinya tidak sopan, apa lagi ini juga demi dirinya sendiri.
"Umi makasi, Ziza ganti baju dulu di toilet," pamit Azizah. Umi Adibah hanya mengangguk lalu duduk di sofa sambil menunggu Azizah datang kembali. Satu menit setelah kepergian Azizah, Gus Afkar pulang ke Ndalem. Ada yang perluh Gus Afkar tuntaskan.
Dengan terburu-buru Gus Afkar masuk ke dalam Ndalem lalu menuju toilet terdekat. Mata Umi Adibah terpejam sebentar hingga tidak menyadari Gus Afkar berjalan cepat menuju toilet yang dimana Azizah sedang berganti pakean.
Tanpa mengetuk atau memastikan ada orang di dalam toilet, Gus Afkar langsung membuka pintu toilet tersebut
"AAAAAAAAA!" teriak Azizah sambil berusaha menutupi tubuhnya yang setengah telanjang itu
"ASTAGFIRULLAHALADZIM!" Gus Afkar langsung menutup kembali pintu toilet. Teriakan keduanya membangunkan Umi Adibah. Seketika Umi Adibah berlari menuju sumber suara dengan sangat cemas.
"Ada apa ini? Kenapa teriak malam-malam?" tanya Umi Adibah, kedua nya diam tidak menjawab. Azizah tetap di dalam toilet sedangkan Gus Afkar mundur satu langkah dari toilet.
"Afkar ada apa ini?" tanya kembali Umi Adibah. Gus Afkar tetep diam seribu bahasa, mengutuk dirinya sendiri atas kelakuan nya. Gus Afkar merasa bersalah kepada gadis yang baru saja Ia lihat aurat nya. Tindakan nya membuat seseorang dirugikan
Tiga menit berlalu, Azizah keluar dari toilet, Niqab yang di kenakan telah basah akibat air mata, Umi Adibah semakin kebingungan atas situasi ini. "Kenapa kamu menangis Azizah? Apa yang Afkar lakukan sama kamu?" Umi Adibah panik, sedangkan Azizah telah kembali terisak, dirinya merasa kotor. Umi Adibah tidak tega melihat Azizah menangis, hingga dirinya memeluk gadis itu yang sedang terisak
"Ada apa ini Umi?" Suara bariton Kyai Ahmad mengalihkan Umi Adibah dan Gus Afkar, mereka menoleh bersamaan ke sumber suara. Gus Afkar semakin bersalah, mendengar tangisan gadis itu di pelukan Umi nya
"Umi nggak tau Abah, tiba-tiba Afkar dan Azizah berteriak, pas Umi datang kedua nya diam. Ini Azizah baru keluar dari toilet Niqap nya sudah basah, pas Umi tanya malah nangis. Umi bingung," jelas Umi Adibah.
"Ayo ikut Umi," ajak Umi Adibah kepada Azizah, wanita itu mengajak Azizah ke ruang keluarga. Kepergian kedua perempuan itu, Kyai Ahmad mendekat ke arah Putra kedua nya
"Jelaskan, ada apa ini? Jangan diam membisu selayaknya tidak terjadi apa-apa. Abah selalu mengajarkan kepada kamu dan Fatir agar mengakui kesalahan," ucap Kyai Ahmad
Pikiran Gus Afkar kacau, namun jika sudah berhadapan begini dengan Abah, maka Gus Afkar hanya punya satu pilihan, yaitu jujur. Mendapatkan tatapan tajam dari Abah nya. Gus Afkar akhirnya menjelaskan semua secara perlahan-lahan. Kyai Ahmad terus mendengar tanpa memotong penjelasan Putra nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Anugraha
Teen FictionTiap kali Azizah melihat dia, hanya senyum yang bisa terbit dari bibirnya. Meski tak pernah saling menatap, cowok itu berhasil membuat Azizah tak ingin memandang orang lain lagi. Pertemuan tak sengaja yang mungkin hanya diingat Azizah menjadi awal d...