Tepat hari Minggu pagi, Gus Afkar sedang membantu Umi Adibah membeli beberapa jenis sayuran di pasar terdekat menggunakan motor. Siang ini Umi Adibah akan membuat menu makanan cukup banyak, karena ada acara di masjid sebentar malam, akan ada beberapa Ustaz dan Kyai yang turut hadir. Acara ini lumayan besar, maka harus banyak persiapan
"Umi ini sayur apa aja? Afkar lupa." ucap Gus Afkar di telefon, ingatannya sedikit terganggu setelah tiba di pasar. Beginilah jika tidak menerima saran Umi Adibah, tadi Umi Adibah menawarkan untuk membawa teman untuk berbelanja, tapi Gus Afkar menolak keras, alasan jika dia mampu membelinya sendiri
"Kan tadi Umi bilang, bawa teman untuk memudahkan kamu! Ngeyel si." Omel Umi Adibah
"Umi minta sayur bayem 3 ikat, sayur daun pepaya 2 ikat. Terus terkahir sayur kangkung 4 ikat. Jangan sampai salah! Awas kalau salah Umi suruh balik lagi," lanjut Umi, sungguh kesal terhadap Putranya
"Okee Umi, Afkar sudah ingat. Yasudah Assalamualaikum," tanpa menunggu balasan Umi Adibah, Gus Afkar lebih dulu memutus panggilan.
"Cari apa ganteng?" tanya ibu penjual sayur saat Gus Afkar mendekat ke lapak dagangannya
"Permisi ibu, saya mau beli sayur kangkung 4 ikat, sayur bayem 3 ikat dan sayur daun pepaya 2 ikat," ucap Gus Afkar sambil melihat catatan yang Ia buat saat menelfon tadi
"Okee, sebentar ibu ambilkan ya ganteng." Gus Afkar hanya mengangguk. Gus Afkar terus melihat ibu pedagang itu mengambil jenis-jenis sayuran, empat tahun di Yaman membuat Gus Afkar sedikit susah membedakan jenis sayuran
"Ini ganteng, Ibu kasih bonus ya. Ibu senang baru pertama kali buka sudah ada pembeli, apa lagi seganteng ini," ujar Ibu pedangan. Gus Afkar di buat senyum tipis, di sudut bibirnya terangkat, gombalan ibu-ibu memang manjur meluluhkan hati siapa pun
"Terimakasih ibu, totalnya berapa?"
"Totalnya 25 ribu." Gus Afkar memberikan uang selembar berwarna biru. "Ini ganteng kembaliannya." Gus Afkar menerima lalu pamit pergi
Setiba di ndalem Gus Afkar langsung memberikan hasil belanjaannya kepada Umi Adibah, sedikit mendapatkan omelan tidak membuat Gus Afkar marah. Ia menganggap jika itu ceramah singkat, luar biasa sekali Gus Afkar ini.
Pukul lima sore, para santri telah sibuk membantu menyusun kursi, tidak hanya itu, ada juga yang membantu Umi di dalam Ndalem, salah satunya Azizah. Ia memilih disana karena malas dan risih jika jadi pusat perhatian saat menyusun kursi, karena tugas utama santriwan menyusun kursi dan ada juga memasang karpet di masjid
Tidak hanya Azizah disana, terdapat sepuluh santriwati turut membantu, beberapa pulah ustazah disana. "Ustazah, ini kue bolu nya disimpan dimana?" tanya santriwati bernama Icha
"Taruh dimeja, nanti santriwan yang ambil untuk dibawa didalam masjid," ujar ustazah Ratnah
Semua orang disana sibuk, masih banyak yang harus di kerja tapi jam sudah hampir setengah enam, maka dari itu tenaga harus lebih di keluarga agar tepat waktu selesai.
"Azizah, Umi minta tolong panggil Afkar, Umi ada keperluan sama dia," pinta Umi Adibah, lalu pergi mengaduk sayur yang masih di atas kompor.
Azizah belum sempat menolak Umi Adibah telah pergi, maka dengan terpaksa Ia harus menjalankan permintaan Istri guru besarnya itu. Azizah berjalan keluar ndalem, menatap sekeliling begitu ramai, sibuk dengan urusan masing-masing. Azizah bingung mencari Gus Afkar dimana
Mata Azizah melihat Arka, tanpa fikir panjang Azizah menghampiri Arka untuk menanyakan keberadaan Gus Afkar. "Assalamualaikum Kak, mau tanya. Kak Arka lihat Gus Afkar nggak? Umi lagi cari Gus Afkar, katanya ada keperluan." Azizah menunduk sambil mengatakan itu, tidak berani menatap Arka
"Waalaikumussalam, aku lihat tadi ada di masjid, kamu bisa langsung kesana. Maaf nggak bisa bantu, karena ada keperluan mendadak." Azizah mengangguk faham, setelah itu Ia pamit
"Oh iya nggak papa Kak, kalau begitu saya pamit, Asalamualikum."
"Waalaikumussalam,"
Langkah Azizah terus berlanjut hingga tiba di depan masjid, disana lebih banyak santriwan, Azizah sangat malu, jika buka inginina Umi Adibah, sudah pasti Azizah menolak keras kesini.
"Cari apa ukhti disini?" tanya seorang santriwan yang sejak tadi menyapu lantai bagian depan Masjid
"Oh, saya lagi cari Gus Afkar. Kalau boleh tau Gus Afkar ada disini?" seketika Azizah gugup, meremas tangan nya erat dibalik Khimar nya.
"Tunggu sebentar ukhti, saya panggilkan dulu. Gus Afkar ada di dalam." Santriwan itu pun pergi lalu masuk kedalam masjid. Azizah cukup lama menunggu, hingga Gus Afkar keluar dari masjid bersama santriwan itu. Seketika Azizah menunduk. Ia semakin gugup saat langkah Gus Afkar semakin dekat, tidak sedekat itu, masih ada batasan.
"Ada apa cari saya?" Suara bariton Gus Afkar mengagetkan Azizah. Suara itu sangat menguji iman, seperti mengajak berumah tangga, jika Azizah yang dulu ketemu Gus Afkar, maka tidak ada rasa malu mengejar laki-laki itu.
"S-saya di minta Umi Adibah memanggil Gus, katanya tadi ada keperluan dengan sama Gus Afkar," jelas Azizah. Gus Afkar mengerti.
"Baik kalau begitu, saya pamit dulu Gus. Assalamualaikum," pamit Azizah
"Waalaikumussalam," jawab Gus Afkar dan Santriwan tersebut. Keduanya saling melempar tatapan
"Sepertinya dia santriwati yang viral itu Gus," celetuk Santriwan bernama Abdul, yang sejak tadi menjadi orang ketiga pertemuan Gus Afkar dan Azizah
"Viral?" Gus Afkar bingung
"Iya, dia viral Gus. Awal-awal masuk para santriwan dibuat geger karena mendapatkan informasi jika santriwati itu bisa di nobatkan pasangan halal idaman, sudah adab nya baik, lemah lembut, cantik lagi. Masyaallah," jelas Abdul. Tidak di pungkiri memakai Niqab saja, aura Azizah sudah memancarkan bagiamana rupa nya.
"Tidak hanya itu Gus, dari infomasi yang saya dapat ya, beberapa ustaz muda juga mau sama dia. Salah satunya Ustaz Raden, dia beberapa kali datang ke Ndalem hanya minta di jodohkan dengan santriwati itu. Jujur aja ya Gus, saya saja suka sama dia. Pertanyaannya siapa si yang nggak suka sama perempuan se masyaallah itu?" lanjut Abdul
"Ingat Umur Abdul! Kamu ini masih muda sudah mikirin suka sama perempuan. Ingat hafalan," tegur Gus Afkar
"Sudah, saya pamit dulu. Nanti bakalan kembali lagi kesini, tanya yang lain untuk secepatnya di selesaikan, Assalamualaikum." Pamit Gus Afkar
"Waalaikumussalam Gus,"
~o0o~
"Umi manggil afkar untuk apa?" tanya Afkar, bingung. Sejak kedatangannya tadi, Umi Adibah belum menyampaikan tujuan Ia di panggil
"Nggak ada, Umi cuma mau ketemu sama calon menantu idaman Umi. Kamu sudah ketemu kan? Bagaimana, dia baik kan? Lemah lembut kan?" seru Umi Adibah, bersemangat memberikan pertanyaan.
"Astaghfirullahaladzim." Gus Afkar seketika kesal, bagiamana Ia berlari ke Ndalem karena menganggap panggilan Umi begitu penting
"Kenapa? Baik kan dia?" tanya Umi sekali lagi. Gus Afkar tidak membalas, memilih masuk ke kamarnya, lelah berlari-lari namun ujung-ujungnya hanya pengakuan konyol yang di dengar oleh Umi Adibah
"Lah dia kenapa? Aneh banget," monolog Umi Adibah, lalu kembali memotong bawang merah
~o0o~
![](https://img.wattpad.com/cover/305754665-288-k151946.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Anugraha
Fiksi RemajaTerpikat pada senyum manis miliknya kemudian terkunci dalam binar hangat tatapannya adalah awal bagi Azizah untuk menyadari rasa suka yang menjalar liar dalam dirinya kepada Anugraha, satu dari sekian banyak siswa di sekolahnya. Perasaan manis yang...