➳➳➳➳
Gus Afkar dan Azizah masuk ke dalam masjid begitu terburu-buru. Bukan Gus Afkar takut hingga melangkah cepat, ia hanya tidak ingin kuntilanak itu semakin manakuti Istrinya. Para santri yang telah membaca ayat suci Al-Qur'an sejak tadi langsung berhenti bersamaan, mereka ikut bingung melihat kondisi sepasang kekasih itu memasuki masjid. Azizah datang keadaan menangis sedangkan Gus Afkar di penuhi keringat, tidak lupa nafas keduanya tersenggal-senggal. Itu berarti mereka berdua secepat mungkin sampai di masjid.
"Kalian kenapa nak?" Umi Adibah berdiri lalu menghampiri keduanya. Azizah masih menangis. Umi Adibah memeluk Azizah, rasa bingung memenuhi pikiran Umi Adibah. Hening sejenak, semua orang diam menunggu jawaban dari salah satu pasangan itu. Dari bagian ujung barisan santriwati terdengar suara teriakan keras, semua orang panik. Seorang santriwati keserupan membuat keadaan kacau hingga membuat semua santri takut dan berlari menghindar.
Para ustaz dan ustazah menghampiri santriwati keserupan itu, teriakan keras semakin membuat orang-orang disana takut, salah satunya Azizah, perempuan itu masih saja memeluk Umi Adibah. Azizah mencoba melihat siapa santriwati keserupan itu, saat melihat secara jelas, ia mengetahui jika santriwati itu adalah sahabatnya, Bunga. Bunga terus teriak kesakitan akibat doa di lontarkan para ustaz dan ustazah. Hati Azizah sakit, bagiamana Bunga terus meminta tolong tapi tubuhnya tidak dapat di kontrol
"Tolong sakit, tolong," teriak Bunga, ia menangis meminta pertolongan, makhluk halus itu tetap tidak ingin keluar. Segala cara di lakukan hingga memasuki waktu sholat Isya. Bunga tetap keserupan, semua bingung, mereka harus melaksanakan sholat berjamaah, tapi salah satu dari mereka sedang tidak sadar
"Ustaz Hamdi, saya minta tolong bawa santriwati itu ke Ndalem agar masjid ini dapat di gunakan sholat Isya. Satu lagi, saya minta tolong jangan ada satupun santri keluar dari masjid, mohon di perhatikan pesan saya yang ini," pinta Gus Afkar kepada ustaz Hamdi, beliau salah satu yang membantu mengobati santriwati keserupan
"Baik Gus, kalau begitu saya mau menyampaikan ini kepada yang lain." Ustaz Hamdi langsung pergi menyampaikan pesan Gus Afkar. Setelah tersampaikan, beberapa Ustaz memapah Bunga keluar menuju Ndalem, di ikuti oleh Gus Afkar. Saat Bunga melewati pintu masjid yang dimana ada Azizah di samping pintu itu, Bunga langsung memberontak, sedikit lagi mencakar Azizah, syukurnya orang-orang disana langsung sigap menjauhkan Bunga dari Azizah, Umi Adibah semakin mengeratkan pelukannya.
Azizah diam saat hampir saja di cakar, ia bukan diam karena kaget, hanya saja pada saat hal itu hampir terjadi, Azizah malah melihat wajah Mamanya di tubuh Bunga. Di bagian wajah, bukan bunga yang Azizah lihat, namun Mamanya. Azizah merasa sudah gila
"Kita sholat dulu ya nak, jangan jauh-jauh sama Umi, kamu sholat bagus di samping Umi," pesan Umi Adibah. Azizah hanya mengangguk.
Sholat Isya berjalan lancar, di imani oleh Kyai Ahmad langsung. Semua orang tetap di dalam masjid, seperti apa yang Gus Afkar minta. Hampir semua orang disana takut akan hal terjadi selanjutnya, didalam masjid penuh hening, menunggu kabar Bunga telah sadar atau belum
"Untuk para santri, Abah minta kalian baca Al-Qur'an, percaya Allah akan melindungi kita semua, ingat derajat kita lebih tinggi dari makhluk lainnya!" ucap Kyai Ahmad sambil memakai mic
Semua patuh, masing-masing membuka Al-Qur'an lalu membaca dengan khusyuk. Semua sibuk membaca Al-Qur'an, tanpa terkecuali. Suara lantunan ayat suci Al-Qur'an memenuhi seisi masjid, keadaan tegang tapi sejuk, ayat demi ayat membuat hati merasa lebih aman.
Saat semua sibuk membaca Al-Qur-an, dua orang santriwan nekat keluar hanya ingin melihat keadaan Bunga ke Ndalem, mereka menganggap jika Bunga hanya ber-akting. Mereka bernama Abdul dan Salim, keduanya membuka pintu dengan begitu pelan hingga orang-orang disana tidak menyadari. Abdul dan Salim akhirnya keluar dari masjid, mereka tertawa puas sambil berjalan mengambil sendal
"Hahaha, gue yakin Bunga itu cuma Akting, pasti di antara keluarga Abah ada yang ulang tahun," tebak Salim, ia terus tertawa
"Gue juga kepikiran gitu, mana ada setan' di tempat begini, ini kan Pesantren. Pasti yang jadi setan itu orang pake makeup," tambah Abdul. Kaki mereka berdua telah menuruni tangga mandi menuju luar, mereka memakai sendal masing-masing dan berjalan santai menuju Ndalem. Sama dengan keadaan di awal saat Gus Afkar mau menjemput Azizah, sangat sepi. Saat sedikit lagi mereka sampai ke Ndalem, mata Abdul melihat sosok baju putih melayang menghampiri mereka berdua, dari jarak jauh hingga semakin dekat, Abdul bisa menebak itu adalah Kuntilanak, kedua orang itu sangat panik dan takut, Abdul berlari kembali ke Masjid, malupakan Salim yang masih diam, Salim seakan jadi patung disana.
Abdul terus lari tanpa melihat kebawa, sedikit lagi ia sampai, kaki kirinya tersandung tangga masjid, Abdul terjatuh hingga kepalanya ikut terbentur, laki-laki itu pingsan seketika. Sedangkan Salim telah keserupan tidak jauh dari Ndalem. Salim yang keserupan itu berjalan merangkak ke arah masjid, keadaan tangan Salim penuh darah akibat mencakar tanah tidak rata itu. Mata Salim telah putih, tidak sampai satu menit Salim telah berada di depan pintu masjid. Dengan berlari Salim keserupan itu menabrakkan kepalanya di pintu masjid, suara di hasilkan dari benturan kepala saling begitu keras, orang-orang di dalam menjadi panik lagi. Banyak dari mereka telah menangis.
Kyai Ahmad langsung berjalan kearah pintu, saat pintu terbuka menampakkan Salim penuh darah dari kepala mengalir hingga jubah putih di kenakan penuh darah.
"Astagfirullah," kaget kyai Ahmad, semua orang kaget, para santriwati menangis melihat hal mengerikan itu, doa semakin di perkuat oleh mereka-mereka disana.
"Arka tolong pengang santriwan itu," teriak Kyai Ahmad, Arka yang di sebut namanya langsung memegang tubuh Salim, di bantu beberapa Ustaz dan Ustazah, karena beberapa ustaz di Ndalem. Kyai Ahmad mendekat membuat Salim meronta ingin dilepaskan.
"LEPASKAN MANUSIA BODOH, MUNAFIK! SAYA DISINI INGIN MENGHANCURKAN HIDUP WANITA BERNAMA AZIZAH!" teriak Salim, suara yang keluar dari mulut Salim bukan lah suaranya, suara itu seperti milik seorang pria tua berumur 50 tahun ke atas
"LEPASKAN!" Salim terus berteriak, memberontak, Kyai Ahmad tentu saja tanpa takut menyentuh dahi Salim, membacakan ayat-ayat suci Al-Qur'an. Pasa Ustaz dan Arka membawa Salim masuk lalu memposisikan tubuh Salim terlentang, Arak memegang tangan Salim, lalu kedua ustaz lain memengang kaki Salim, susah pasa mereka membawa Salim masuk karena tersu memberontak.
"Jangan takut Nak, ada Umi," bisik Umi Adibah ke menantunya. Azizah begitu takut mendengar ucapan makhluk tadi, ingin menghancurkan hidupnya? Emang dia salah apa? Itu terus berputar di kepala Azizah.
➳➳➳➳
INGIN MENYERAH?
MAAF JIKA BANYAK KATA YANG TYPO
JANGAN LUPA VOTE🗳️
KAMU SEDANG MEMBACA
Dear Anugraha
Teen FictionTiap kali Azizah melihat dia, hanya senyum yang bisa terbit dari bibirnya. Meski tak pernah saling menatap, cowok itu berhasil membuat Azizah tak ingin memandang orang lain lagi. Pertemuan tak sengaja yang mungkin hanya diingat Azizah menjadi awal d...