Dear Anugraha♡

245 17 0
                                    

♡♡hidup baru♡♡

➳➳➳➳

1 tahun kemudian

Di sebuah rumah sederhana di jakarta terdapat keluarga kecil. Rumah sedehatan itu hanya di huni sepasang suami istri, mereka sangat bahagia di dalam kesederhanaan, menikmati setiap waktu bersama. Sang suami bekerja sebuah perusahan kuliner terkenal di Jakarta, menjabat sebagai menejer. Mereka adalah Gus Afkar dan Azizah. Setelah menikah dan sempat menetap lama di pesantren, akhirnya mereka memilih hidup mandiri, ini keinginan Gus Afkar, agar dapat membangun keluarga nya sendiri, bukan berati pada saat disana Ia merasa gagal, hanya saja rasa mandiri melakukan berdua dalam rumah tangga nya masih melibatkan kedua orang tua nya.

Jakarta adalah pilihan Azizah, mengingat sudah lama Ia tidak ketemu dengan kedua orang tua nya, maka memilih di jakarta, agar dekat jika ingin bertemu. Tapi ada hal mengejutkan setelah tinggal disini, pada saat Azizah kerumah kecil nya, rumah itu seperti terbengkalai lama. Azizah bingung kemana kedua orang tua nya pergi, di hubungi saja tidak pernah mengangkatnya, pesan dikirim tidak pernah dibalas. Sampai sekarang Azizah terus mencari.

"Aa mau dimasakin apa?" tanya Azizah, setelah sholat subuh tadi Ia telah berada di dapur, memasak nasi dan membersihkan, ini sudah menjadi kebiasaan nya semenjak tinggal di jakarta, perempuan itu jadi rindu dengan Umi Adibah saat di dapur sendirian.

"Nasi goreng sayang. Jangan terlalu kecapean, kamu lagi hamil," ujar Gus Afkar sambil mengelus perut Azizah yang sudah sedikit membesar. Usia kandungan Azizah baru memasuki trimester pertama, maka sangat rentan jika terlalu kecapean. Alasan inilah menjadi keinginan Gus Afkar semakin diusahakan, sejak mengetahui Azizah hamil, Gus Afkar sangat posesif.

Masing ingat dengan Jingga? Santriwati yang katanya menyukai Gus Afkar, Ia pernah mencelakai Azizah, gadis itu dengan nekat mendorong Azizah di tangga, tapi syukurnya Bunga lebih dulu menghalangi Azizah jatuh di tangga. Gadis itu sangat nekat, membuat Gus Afkar marah besar, hingga gadis bernama Jingga itu keluar dari pondok pesantren Ahlul Qur'an. Sejak kejadian itu, Gus Afkar tidak bisa berhenti cemas saat meninggalkan Azizah di pondok pesantren, itulah alasan Gus Afkar memilih pindah.

Umi Adibah sempat melarang, bagaimana juga Ndalem pasti akan sepi setelah mereka berdua pergi, tapi setelah Gus Afkar menjelaskan serta memberikan pengertian.  Umi Adibah memilih ikhlas, namun satu syarat. Setelah Azizah melahirkan, keluarga kecil Gus Afkar akan kembali tinggal disana, agar Azizah ada yang bantu.

"Iya Aa, ini nggak akan kecapean kok. Cuma masak juga." Tangan Azizah mengelus rahang tegas Gus Afkar, lalu kembali fokus menumis bumbu sebelum dicampurkan dengan nasi.

Pukul 07.20 Gus Afkar berangkat kerja mengunakan mobil. Yah, Gus Afkar telah memiliki mobil, ini karena permintaan Umi Adibah, katanya agar kerumah sakit untuk USG atau mengantar Azizah kerumah sakit jika ingin melahirkan lebih gampang dan tidak pusing lagi cari kendaraan. Gus Afkar tidak egois hingga menerima saja, toh demi kebaikan istrinya juga.

"Hati-hati Aa, nanti kabari kalau sudah sampai. I love you," ucap Azizah. Ia tersenyum di balik cadar nya, rutinitas telah tinggal di tempat baru, jika tidak begitu maka Gus Afkar tidak ingin berangkat

"Siap sayang, nanti aku kabari ya. I love you tooo. Aku berangkat dulu, Asalamualikum," pamit Gus Afkar, lalu mencium kening dan perut Azizah. Beberapa para tetangga berlalu lalang hingga melihat kemesraan meraka hanya tersenyum, ikut bahagia jika warga disana harmonis dengan pasangan masing-masing.

Dear Anugraha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang