Dear Anugraha♡

407 26 0
                                    

♡♡ Bahagia ♡♡


Lagi-lagi pesantren Ahlul Qur'an mengadakan sebuah acara, pesantren itu kembali ramai atas kedatangan tamu undangan, meski kedatangan tamu di luar ekspektasi, mereka tetap menyambut dan memberikan hidangan terbaik. Melihat situasi semakin ramai, Gus Afkar meminta Arka memperketat keamanan.

Di atas pelaminan terdapat Gus Afkar dan Azizah, kedua nya sedang duduk sambil minum air putih. Menyambut tamu begitu banyak membuat Azizah kelelahan. Kaki nya keram, sedikit kesulitan berdiri jika tamu datang untuk mengucapkan kata selamat.

"Kenapa?" tanya Gus Afkar, kini mata yang selalu Ia hindari untuk bertatapan sekarang telah halal menatap nya, tidak ada yang perlu Ia khawatirkan tentang Azizah lagi. Semua telah halal bagi nya. Gus Afkar menatap tangan istri nya yang sejak tadi memijit kaki nya sendiri. Tidak mendapatkan respon, Gus Afkar menarik tangan itu dengan lembut lalu di gantikan tangan nya memijit kaki pegal itu. Azizah kaget atas tindakan Gus Afkar, sangat tiba-tiba

"Nggak usah Gus, aku bisa sendiri," tolak Azizah, berusaha pindahkan tangan Gus Afkar, namun nihil, tenaga Gus Afkar lebih kuat

"Saya tidak menerima penolakan." Tangan Gus Afkar terus memijit kaki Azizah pelan, dapat Gus Afkar rasakan jika tubuh gadis yang baru saja menjadi kekasih halal nya ini begitu kurus. Mungkin bagi Gus Afkar kategori kurus itu seperti Azizah, tapi beberapa perempuan menganggap bukan kurus namun body goals.

Azizah tidak se kurus itu, Ia juga rajin olahraga, tapi untuk menaik kan berat badan nya memang agak sulit, sekali pun Ia makan banyak.

"Alah-alah pengantin baru, banyak gaya. Jangan disini romantis-romantis nya, masih banyak orang." ucap Gus Fatir, laki-laki itu berjalan mendekat sambil menggendong anak nya, di ikuti Ning Hafsha di belakang. Gus Afkar menatap malas Abang nya itu, selalu saja ada dimana-mana

"Selamat atas pernikahan mu adik, segera buat cucu untuk Umi dan Abah," ujar Gus Fatir lalu memeluk adik nya. Lahir di rahim yang sama tidak membuat kedua nya begitu dekat setelah dewasa, Gus Afkar yang terbiasa tinggal jauh dari keluarga membangun karakter senang petualang, sedangkan Gus Fatir lebih menyukai dekat keluarga, barulah setelah menikah Gus Fatir hidup jauh dari kedua orang tua nya. Maka itu membuat hubungan persaudaraan kedua nya cukup canggung.


"Iyaa," balas Gus Afkar

"Azizah tolong ajar suami mu ini romantis ya, kasihan dia sejak lahir sampai umur se tua ini nggak pernah di kabarkan dekat sama perempuan, ini pertama kali dia dekat sama perempuan, bimbing dia biar jadi laki-laki romantis. Satu lagi, ajar juga suami mu berekspresi, biar nggak datar aja muka nya," pesan Gus Fatir sambil tertawa

Azizah hanya diam sambil tersenyum di balik cadar nya. "Jangan di pikirin ya Azizah, emang Mas Fatir suka gitu orang nya, kebanyakan bercanda." Ning Hafsha menepuk pelan tangan Azizah. Takdir begitu luar biasa menyatukan orang asing. Azizah dan Ning Hafsha yang awal nya tidak saling mengenal, kini telah memiliki hubungan keluarga, bagi Azizah Ning Hafsha ini sangat baik serta pengertian. Tidak neko-neko seperti seorang Ning yang sempat beberapa kali Ia temui. Sikap Ning Hafsha begitu sopan dan beradab. Sangat menghargai orang lain.

"Kamu langgeng terus ya sama adik ipar ku ini, bahagia selalu kalian berdua, semoga Afkar mampu membimbing kamu ke surga Allah. Satu lagi semoga secepatnya di berikan Afkar cilik," sambung Ning Hafsha.

"Aamiin Ning, aku juga doa kan semoga Ning dan Gus Fatir selalu di berikan kesehatan."

~o0o~

Setelah sholat Magrib berdua di dalam kamar, Azizah keluar sebentar untuk mengambil makanan, Ia dan Gus Afkar belum juga makan berat hari ini. Keadaan di luar tidak se rame tadi sore, hanya ada beberapa santri membantu memungut sampah, ini bukan suruhan dari pondok, para santri berinsiatif karena merasa risih melihat banyak sampah, begitu lah jika sejak awal masuk telah di minta menjadi seseorang yang pintar menjaga kebersihan dan disiplin

Dear Anugraha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang