Dear Anugraha

268 11 0
                                    

Dua bulan berlalu, hubungan Gus Afkar dan Azizah berkembang begitu cepat, kedua nya telah sangat akrab, melupakan jika mereka menikah karena sebuah kesalahan. Mereka terus belajar memperbaiki diri, menyempurnakan peran mereka masing-masing untuk membentuk keluarga harmonis.

Gus Afkar telah menjadi tenaga pengajar sementara di pondok pesantren Ahlul Qur'an, karena ada beberapa Ustaz dan Ustazah mengundurkan diri. Alasan nya mereka ingin pulang kampung. Azizah tentu saja mendukung keputusan suami nya, toh juga suami nya melakukan hal bermanfaat bagi para santri.

"Aa ini besok pake baju warna apa?" tanya Azizah. pukul 20.17 malam Azizah tengah di depan lemari yang terbuka, sudah jadi rutinitas nya setiap malam menyiapkan baju Gus Afkar. Azizah melakukan nya lebih awal karena jika pagi-pagi Gus afkar akan manja hingga menanyakan hal penting pasti susah dia jawab.

"Warna biru Dek," jawab Gus Afkar, laki-laki itu sedang membaca buku. Setelah menikah dengan Gus Afkar, Azizah dapat mengetahui kesenangan Gus Afkar atau aktifitas yang beliau sukai. Salah satu nya membaca buku, mau itu berhubungan pelajaran atau sebatas buku novel. Maka itu Azizah tidak heran jika di kamar suami nya begitu banyak buku.

"Oke. Aku simpan disini ya Aa, jadi besok setelah mandi langsung di lihat," ucap Azizah. Gus Afkar menoleh kearah istrinya lalu menganggu mengerti. Setelah itu Azizah berjalan ke arah kamar mandi, ingin mencuci muka lalu pake skincare sebelum tidur.

"Aa ini kenapa sabun wajah ku habis?!" teriak Azizah dari dalam kamar mandi.

Gus Afkar seketika meletakkan buku nya, meskipun ini bukan pertama kali nya Ia mendengar istrinya berteriak, tapi kali ini teriakan itu bernada beda, seperti seorang singa betina ingin memangsa rusa. Azizah keluar dari kamar mandi sambil membawa botol sabun tersebut, sambi memasang wajah marah tapi sayang nya terlibat menggemaskan bagi Gus afkar.

"Ini kenapa habis? Aku baru beli loh," ketus Azizah, Ia yakin jika suami nya lah yang telah menghabisi sabun wajah nya. Ini bukan soal Azizah pelit, hanya saja harga nya lumayan mahal serta baru beberapa kali pemakaian sudah habis. Azizah itu orang nya sangat irit, memakai sabun wajah saja sedikit-sedikit.

"Astagfirullah itu sabun wajah ya? Aa kira sabun badan. Maaf Aa pake di badan tadi pas mandi sore," jelas Gus Afkar membuat Azizah semakin terbakar emosi, sabun wajah nya di pake di badan pantas saja habis. Badan Gus Afkar sangat besar serta lebar akibat otot-otot, ukuran botol sabun nya hanya 100ml. Apa tidak habis satu kali pemakaian.

Azizah melangkah mendekat membuat Gus Afkar mundur hingga terjatuh di sofa yang tadi duduki pada saat membaca buku. Azizah terus mendekat hingga sekarang tidak ada jarak antara mereka berdua, Gus Afkar kesulitan bernafas akibat Azizah menindih tubuh nya. Perempuan itu memperlihatkan botol sabun tanpa isi sedikit pun, sungguh Gus Afkar begitu menyesal.

"Aa habisi sabun aku sampai segini nya, terus aku pakai apa Aa? Muka ku jerawatan kalau nggak cuci muka," marah Azizah, sekalipun marah suara nya tetap lembut, seperti sedang menasehati orang tapi keadaan aslinya perempuan itu sedang marah. 

"Maaf sayang, Aa nggak sengaja. Aa nggak tau serius. Kita beli sekarang ya? Dimana beli nya sayang?" Gus Afkar begitu takut, ini kedua kali nya Ia takut kepada perempuan setelah Umi Adibah. Mengapa perempuan begitu mengerikan saat marah?

"Aku ikut PO. Ini kalau beli langsung di toko skincare di kota pasti harga nya mahal banget. Makanya aku kalau mau beli langsung di owner nya karena lebih murah, apa lagi pas live pasti dapat diskon." ujar Azizah. Mata nya mulai berkaca-kaca, mengingat Ia harus menunggu satu minggu lagi agar mendapatkan diskon saat beli.

"Jangan nangis sayang, besok kita beli di kota ya? Aa janji. Berapa pun harga nya Aa tetap beli. Nanti kamu sekalian beli banyak, supaya ada cadangan."

"Tapi mahal Aa, aku nggak mau pengeluaran Aa bertambah akibat beli skincare aku," lirih Azizah

"Aa cari uang untuk kamu, untuk bahagiakan kamu. Aa pernah janji sama Papa, kalau segala kebutuhan kamu akan Aa penuhi, rezeki bisa di cari, tapi menyenangkan hati istri setelah di buat kecewa adalah nomor satu. Aa mau kamu bahagia dan berkecukupan dalam hal apapun, jadi jangan sungkan untuk minta di Aa. Kamu Istri Aa, kamu berhak menuntut hak kamu. Tenang saja. Kurangi berpikir terlalu jauh, padahal hal tersebut tidak terjadi sayang," nasehat Gus Afkar. Hati Azizah luluh, lagi dan lagi sosok Gus Afkar mampu meluluhkan hati istrinya saat marah.

"Tapi janji ya besok?" Azizah hanya memastikan, meski Ia tau apapun Suaminya janji kan pasti terpenuhi

"Janji sayang, kamu berdiri dulu. Aa mau perbaiki duduk." Azizah pun bangkit, memperbaiki baju nya lalu kembali masuk kedalam kamar mandi. Gus Afkar kembali nafas banyak, hampir saja Ia mati akibat menahan nafas, tadi tubuh Ia dan istrinya begitu dekat. Hingga sekuat tenaga Gus Afkar menahan agar tidak lepas kendali.

"Godaan terbesar selama saya hidup adalah Azizah. Masyaallah istri kecil ku itu," guman Gus Afkar, Ia mengembalikan buku yang tadi di baca ke rak buku di dekat nya. Menyandarkan kepala nya di sofa sambil menunggu antrian masuk ke kamar mandi.

~o0o~

Pagi hari yang cerah, setelah melaksanakan Sholat subuh tadi, Azizah langsung menyiapkan sarapan pagi bersama Umi Adibah. Sesudah itu Ia kembali naik ke lantai dua untuk melihat suami nya telah bersiap-siap atau belum.

"Astagfirullah Aa kenapa belum siap-siap? Ini sudah jam enam loh. Nanti telat lagi gimana?" pagi-pagi Azizah telah mengomel, inilah alasan Azizah menyiapkan keperluan suami nya sejak malam, karena jika telah pagi suami nya begitu sulit di ajak bicara, tidak hanya itu. Laki-laki berumur 28 tahun itu sangat manja jika pagi. Seperti saat ini. Sudah tau akan terlambat, Gus Afkar malah memeluk Azizah, hingga gadis itu duduk di paha nya. Azizah tentu kaget, begitu tiba-tiba hingga Azizah hampir saja mencium bibir suami nya.

"Bangun nggak! Aku hitung sampai tiga kalau nggak bangun juga aku teriak sampai Umi dengar," ancam Azizah. Gus Afkar langsung bangun setelah acaman itu terucap, bagiamana tidak? Jika Umi Adibah mengetahui di pastikan diri nya akan di cubit.

"Apasih ancam-ancam gitu." Gus Afkar akhirnya melangkah masuk ke kamar mandi. Sedangkan Azizah kembali ke lantai bawa untuk membantu Umi Adibah kembali.

~o0o~

"Umi dengar-dengar ada santriwati baru Afkar?" tanya Umi Adibah

"Na'am Umi."

"Beberapa santriwati yang bantu Umi kemarin cerita kalau santriwati baru itu selalu dekat-dekat sama kamu? Apakah itu benar?" Ucapan Umi Adibah membuat Azizah penasaran atas jawaban suaminya

"Bagi Afkar itu tidak termasuk dekat Umi, dia hanya sering menanyakan hal berhubungan pelajaran yang Afkar bawakan di kelas dia. Mungkin beberapa orang salah faham melihat itu," jelas Gus Afkar.

"Bagus lah. Jangan terlalu dekat sama perempuan lain, ingat istri mu sudah ada. Awas aja ya. Kalau sampai tau Umi bakalan jodohkan Azizah sama Arka."

"Azizah sudah punya suami Umi." Mood Gus Afkar tiba-tiba berubah, beginilah ancaman Umi nya jika menganggap Ia akan melanggar perintah Umi nya.

"Ya siapa tau kamu nggak dengar kan, ingat ya. Menantu Umi itu cuma Azizah dan Ning Hafsha! Jangan nambah hama di rumah ini," ketus Umi Adibah. Wanita itu jelas menantang poligami, maka Umi Adibah berharap jika keluarga nya satu pun tidak melakukan itu.

"Iya Umi. Azizah sudah lebih dari cukup bagi Afkar, malahan lebih." Gus Afkar menatap Azizah, mengambil tangan istri nya itu lalu mencium nya, begitu romantis.

~o0o~







Dear Anugraha Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang