BAB 8:JANJI DAN KONSEKUENSI

14 9 0
                                    

                   JANJI DAN KONSEKUENSI
 
  Pagi hari ini suasana di SMA CAKRAWALA tidak setenang hari hari sebelumnya, kedatangan Eliza dan Zeril membuat seisi sekolah heboh. Sebelumnya keduanya memang sering berangkat ke sekolah ataupun pulang sekolah bersama namun kali ini berbeda. Zeril berjalan memasuki area sekolah sambil memegang tangan Eliza, pemandangan ini tentu saja menjadi perhatian apalagi keduanya ini adalah murid yang sangat populer.

"Ril besok besok kita nggak usah berangkat bareng, gue malu jadi pusat perhatian. " Bisik Eliza.

Zeril menoleh ke arah Eliza sambil tersenyum. "Biarin, biarin semua orang tahu kalau kita itu udah pacaran. Sekarang lo itu milik gue dan gue nggak akan biarin siapapun gangguin lo lagi. " Zeril semakin menguatkan genggam nya.

Tanpa sadar semunyan indah terukir di bibirnya,mungkin terdengar sedikit aneh tapi perlakuan kecil seperti ini yang membuat Eliza senang. "Jadi gini rasanya di cintai." Batin Eliza.

Dari lantai dua sekolah, seorang siswi menatap benci ke arah Eliza, mulutnya tak henti henti nya mengumpati Eliza. "Dasar munafik. "

"Elizaaaaaaaaaaa!!! "

Semua orang terkejut mendengar suara teriakan seorang siswi dari koridor lab IPA.
Terlebih lagi Eliza, siapa yang meneriaki nya dengan begitu keras bahkan mengalahkan pengeras suara sekolah.

"LO UTANG PENJELASAN KE GUE! "

Eliza menghembuskan nafas panjang saat mengetahui siapa yang telah membuatnya merasa semakin malu. Gea gadis yang kini berdiri di Koridor lab IPA dengan raut wajah garang yang justru semakin terlihat imut.

Tepat setelah Gea mengucapkan kalimat terakhir nya pak wawan selalu guru bk langsung menarik telinga Gea.

"Aaaaaa pak sakit pak aduh..... Pak lepasin pak salah saya apa.. "Lagi lagi Gea kembali berteriak sontak pak Wawan langsung melepaskan jewerannya.

" Gea kamu ini cewe lo harusnya kamu tuh nggak teriak teriak gitu, ini gendang telinga bapak kayaknya pecah ini gara gara dengar teriakan kamu. "Omel pak Wawan.

Mendengar omelan pak Wawan tak membuat gadis ini minta maaf ia justru balik mengomel. "Pak, bapak tuh gimana si yang salah kan bapak kenapa malah marahin saya. "

"Kesalahan bapak di mana coba? " Tanya pak Wawan ia tak Terima di salahkan oleh muridnya satu ini.

"Kesalahan bapak adalah bapak jewer telinga saya, kalau gendang telinga bapak pecah itu bukan karena suara saya tapi itu karma-"

"Kurang ajar ya kamu. " Pak Wawan kembali menjewer telinga Gea sambil menyeretnya ke ruangan bk. "Kamu ini harus di ajarkan sopan santun. " Geram pak Wawan

"Aduh pak harusnya bapak yang belajar supaya nggak ngejewer siswi tanpa sebab. "

Bukannya jera Gea malah semakin memancing emosi pak Wawan, hanya Gea yang mampu membuat guru yang sudah berumur itu naik darah di pagi hari.

Sepanjang jalan Gea terus berteriak meminta pak Wawan melepas jewerannya membuat semua guru dan murid tertawa dan merasa kasihan, bukan kepada Gea tetapi kepada pak Wawan, semoga saja pak Wawan tidak terkena serangan jantung akibat hipertensi.
                                   ***

Eliza meringis melihat telinga Gea yang masih merah akibat jeweran pak Wawan. "Ck Gea lo nggak kasian apa sama pak Wawan, dia itu udah tua harusnya lo nggak buat dia kewalahan sama masalah yang lo lakuin. "

Gea memutar bola matanya malas. "Kenapa sih semua orang kasihannya ke pak Wawan padahal yang di jewer kan gue bukan pak Wawan, gue itu korban kenapa malah di anggap pelaku sih. " Ucap Gea dengan nada yang mendramatis setelahnya ia tertawa keras.

Stres,satu kata yang sangat menggambarkan sosok Gea saat ini, entah kesalahan apa yang ia perbuat sehingga bisa mendapatkan sahabat seperti Gea. Gadis satu ini benar benar tak dapat di tebak. Melihat kelakuan Gea terkadang membuat nya lupa bahwa Orang yang selalu ada di saat ia sedih, kecewa dan selalu membelanya adalah gadis yang sama yang selalu membuat masalah dengan segala tingkah absurdnya.

"Jadi gimana ceritanya lo bisa jadian sama Zeril? " Ujar Gea setelah ia dan Eliza menghabiskan makanan nya.

"Dia nembak gue semalem,itu alesan dia tiba tiba ngajak gue ke cafe. " Jawab Eliza

"Lo yakin? " Gea kembali bertanya dengan hati hati ia tak ingin membuat Eliza kembali sedih karna pertanyaannya pasti akan membuat Eliza kembali mengingat Farel tapi ia harus tetap menanyakan nya.

"Sebagai sahabat lo gue cuman mau lo bahagia, kalau memang lo udah mau nerima orang lain gue ikut seneng. Tapi gue mau tau, lo yakin kan sama keputusan lo?"

Cukup lama Eliza terdiam, bingung bagaimana ia menjelaskan perasaannya saat ini.

Gea menggenggam tangan Eliza."keluarin aja, gue bakaln dengerin apapun itu. "

"Jujur gue masih ragu tapi ngeliat perjuangan Zeril gue segan buat nolak. Gue pengen sembuh na, capek terus terusan hidup dalam bayang bayangan Farel. "

Gea menatap Eliza sambil tersenyum. "Lo pasti bisa Za, buat beruk itu nyesel karna udah nyakitin lo karna dia pantes dapetin itu dan lo harus bahagia. " Gea bisa melihat rasa sakit Eliza selama ini, sorot mata sahabatnya itu tak dapat menyembunyikan nya.

"Tapi gue mau berpesan satu hal, mau sebaik apapun Zeril nantinya gue minta lo jangan terlalu cinta sama dia. Cintai dia sewajarnya aja, kita nggak tau Za gimana nanti kedepannya dan gue nggak mau lo sakit hati kayak dulu. "

"Gue akan selalu inget pesan lo."

Ucapan Eliza membuat senyuman Gea semakin lebar, ia sekarang sudah bisa tenang karna sahabatnya sudah menemukan pengganti yang ia harap tidak akan menyakiti sahabatnya lagi.

"Boleh gabung? " Tanya gibran yang datang bersama Zeril.

Tanpa menunggu persetujuan,Zeril langsung duduk di samping Eliza. "Kamu udah makan? "

Eliza seketika terkejut mendengar Zeril mengatakan aku-kamu sejak kapan ia mengganti panggilannya.

"Santai aja Za wajar kan kalau Zeril ngomong aku-kamu kalian kan pacaran. " Ujar gibran menjawab keterkejutan Eliza.

Eliza tersenyum kikuk. "Iya a aku udah makan, kalau ka kamu udah makan? " Eliza berbicara dengan terbata bata ia masih tidak terbiasa dengan panggilan baru itu, meskipun dulu ia juga mengucapkan hal yang sama kepada Farel.

"Belum baru tadi abis pesen makanan. "

"Santai aja kali cil natapnya,entar lo naksir lagi sama Zeril wah bisa bahaya tuh. " Celetuk Gibran, mendapati Gea menatap Zeril intens.

"Ihh yakali gue naksir sama modelan dia. " Balas Gea cepat.

"Emangnya Zeril kurang apa dia ganteng loh, ketua tim basket pula. Eliza aja terpikat sama pesonanya, iyakan  Za. " Gibran menaikan alisnya sebelah meminta pembelaan dari Eliza.

"Heh asal lo tau aja ya, dia itu cuman beruntung bisa dapetin Eliza. "

"Bukan beruntung lebih tepatnya berhasil, akhirnya perjuangan gue terbalaskan" Sela Zeril.

"Kalau lo udah ngerasain susahnya dapetin hatinya Eliza sekarang lo harus jaga hati itu baik baik. Kalo sampe lo berani nyakitin Eliza gue yang akan maju paling depan buat kasi lo pelajaran. " Tegas Gea, tatapan matanya menajam membuat Gibran dan Zeril bergidik ngeri bahkan Eliza pun sedikit kaget melihat ekspresi Gea.

"Gue janji nggak akan melakukan hal bodoh itu. " Ujar Zeril.

"Ok gue pegang janji lo, ingat ada janji ada konsekuensi yang harus lo tanggung kalau ngelanggar. " Balas Gea.

"Itu nggak akan terjadi. "

"Wes bentar. " Gibran menatap Zeril dan Gea bergantian lalu terakhir menatap Eliza."ini kok rasanya kayak minta restu orang tuanya Eliza ya. "

Gea bangkit dari duduknya. "Gue mau ke kelas duluan, gue titip Eliza jangan sampai dia di ganggu sama si beruk. "

Baru saja ia berbalik tiba tiba ia menabrak tubuh seseorang.

Bruk

"Bangke." Umpat Gea saat pantat nya menciun lantai.

LOVE SHIT  (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang