BAB 16:KESAL

10 6 1
                                    

                                  KESAL

  Sebuah rumah sederhana dengan desain yang minimalis, beberapa foto anggota keluarga terpajang di dinding. Eliza menatap semua foto yang terpajang satu per satu.

"Nak Eliza silahkan di minum, tante buatin teh untuk kamu. " Vina mamanya Zeril datang membawa segelas teh hangat untuk Eliza.

"Makasih tante, emm maaf jadi ngerepotin. " Ujar Eliza tak enak.

Setelah kejadian tadi Zeril mengajak Eliza ke rumahnya, awalnya ia tak mau ikut karna khawatir keluarga Zeril tak menyukainya. Tapi ternyata dugaannya itu sama sekali tidak benar saat Vina mengatakan sesuatu yang membuat E
Hatinya tenang.

"Kamu tau tante udah sering denger Zeril cerita tentang kamu dan tante nyuruh dia cepet cepet nembak kamu terus tante nyuruh dia ngenalin kamu ke tante. " Vina yang semula duduk di hadapan Eliza berpindah tempat. "Awas mama mau duduk di samping calon menantu mamah. " Vina menyuruh Zeril pindah agar ia bisa duduk di samping Eliza.

"Mamah apa apaan si Eliza itu pacar aku. " Kesal Zeril.

"Tapi dia kan calon menantu mama, iyakan Eliza? " Vina menatap Eliza, meminta pendapat gadis itu.

Eliza hanya tersenyum kikuk, ia tak menyangka jika ternyata orang tua Zeril sangat baik dan ramah.

"Pokoknya mulai sekarang kalau Zeril macem macem sama kamu apalagi sampai bikin kamu nangis bilang aja sama tante, biar tante kasi pelajaran sama anak ini. " Vina menatap sinis putranya.

"Maaf ya Za mamah emang gini orang nya. " Zeril tampak tak enak ia takut Eliza tidak menyukai sifat mamanya.

"Nggak papa kok,aku seneng bisa kenal sama mama kamu. " Balas Eliza.

"Makan bareng yuk tante udah masak loh, nanti habis makan biar Zeril yang nganter kamu pulang. " Ajak Vina.

"Mama.... " Seorang bocah perempuan berjalan mendekati Vina sambil membawa dotnya di tangan, matanya basah menandakan bahwa anak ini menangis.

Vina segera menghampiri putri bungsunya itu lalu menggendong nya. "Anak mama yang cantik ini udah bangun ternyata. "

Gadis kecil itu menatap Eliza bingung. "Mama itu ciapa? " Tanya nya.

Vina membawa putrinya menghampiri Eliza.
"Kenalin ini kakak Eliza. "

Gadis kecil yang baru berumur lima tahun itu mengulurkan tangannya. "Halo kakak nama aku vela. "

"Nama lo tuh Vera V-E-R-A bukan vela dasar cadel. " Ejek Zeril.

"Iih kakak! " Vera reflek melempar Zeril menggunakan dot yang ia pegang dan tepat mengenai kepala kakanya yang menyebalkan itu. "Racain tuh, hahaha. " Vera tertawa puas.

"Vera nggak boleh gitu sama abangnya, ayo minta maaf. "Tegur Vina.

"Abang ejek Vela ma, hiks. " Vera kembali menangis karna mamanya lebih memilih membela abangnya daripada dia.

"Tapi kamu nggak boleh nyakitin abang, ayo minta maaf. " Vina kembali menegaskan kepada putrinya agar ia tak terbiasa bertengkar dan saling meminta maaf dengan abangnya.

Vera menatap Eliza. "Kak Elija." Rengek Vera.

Mendengar Vera yang memanggil Eliza dengan sebutan Elija membuat Vina dan Zeril tak dapat menahan tawanya.

Eliza mengambil alih Vera dari gendongan Vina, ia mendudukkan Vera di pangkuannya. "Vera nama kakak Eliza bukan Elija. " Ucap Eliza sambil menahan tawanya.

Ia pun mengajar Vera untuk menyebut namanya dengan dengan benar.

"Ck nama kaka susah. "Ujar Vera.

"Kalau gitu panggil kak iza aja gimana?"tawar Eliza.

"Kak i za. " Vera berusaha menyebutkan nama  Eliiza dengan benar. "Kak iza, hore aku bisa cabut nama kak iza. " Vera bersorak senang.

"Udah ayok kita makan. " Ajak Vina.

Ia pun mulai menyajikan makanan di atas meja makan di bantu oleh Eliza.

"Zeril habis makan langsung anter Eliza pulang, takutnya orang tuanya khawatir anaknya telat pulang. " Ucap Vina yang langsung di angguki oleh Zeril.

Merekapun menikmati makanan yang telah di siapkan oleh Vina.Zeril tersenyum senang melihat Eliza bahagia bertemu dengan keluarganya, awalnya ia pikir Eliza akan tidak suka dengan keluarganya yang sederhana tapi ternyata Eliza sama sekali tak merasa risih dengan kondisi keluarganya, gadis itu justru tanpak sangat senang.
                                     ***

Setelah selesai belajar dan membereskan buku bukunya, Eliza berjalan ke balkon kamarnya. Jam sudah menunjukkan pukul 10 malam lewat tapi ia masih belum merasa mengantuk sama sekali.

Eliza menatap langit malam yang indah, taburan bintang bintang kecil di langit menambah keindahan langit malam. Eliza memejamkan matanya sejenak, ia menikmati udara malam yang menerpa wajahnya. Pikirannya melayang pada momen momen kebersamaannya dengan Zeril.

Derrrt
Derrrt
Derrrt

Eliza mengambil ponselnya dari kantong celanya, melihat nama Zeril tertera di layar ponselnya ia langsung menjawab panggilan masuk itu.

"Eh sory ganggu, nih hp nggak tau kenapa kepencet sendiri mungkin...dia kangen sama kamu."

"Oh jadi yang kangen cuman hp doang yang punya nggak kangen?" Tanya Eliza.

"Enggak nih yang punya hp nggak kangen katanya. "

Mendengar jawaban Zeril entah mengapa ia menjadi tiba tiba kesal.

"Za kok belum tidur, itu kamu lagi di balkon ya. Masuk Za ini udah malem entar kamu masuk angin. " Zeril menatap kekasihnya itu dengan raut wajah khawatir.

Saat ini keduanya sedang videocall tetapi Eliza sangat tidak bersemangat, ia malas meladeni pertanyaan dari Zeril.

"Za kok diem aja sih aku nanya sama kamu loh."Zeril merasa heran padahal baru saja tadi ia melihat Eliza tersenyum sekarang wajahnya sudah berubah. " Za ayo masuk entar kamu masuk angin loh. "

"Biarin."jawab Eliza sarkas.

"Kamu kenapa kok tiba tiba kasar gini, kamu marah sama siapa? "Tanya Zeril polos.

"Nyamuk. "Jawabnya asal, mengapa pacarnya itu sangat tidak peka membuat moodnya semakin buruk.

"Kan aku udah bilang masuk ke kamar kamu darah kamu nanti habis di minum sama nyamuk. "Celetuk Zeril.

"Udah ah aku mau tidur ngantuk males ngeladenin kamu, dasar cowok nggak peka. "

Eliza segera memutus sambungan telfonnya.
"Kenapa sih cowok itu nggak pernah peka sama perasaan cewenya, bukannya ngebujuk malah bikin tambah emosi. " Gerutu Eliza, ia kembali masuk ke kamarnya lalu bersiap untuk tidur.

LOVE SHIT  (TERBIT) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang