Part 30

601 16 1
                                    

"Lara! Jangan tutup mata kamu, saya mohon bertahan!" Saka panik melihat Lara bersimbah darah.

Lara mulai melemah, di sentuh nya wajah Saka dan tersenyum.

"Lara jangan seperti ini, tetap bertahan" tangis Saka pecah sejadi-jadinya.

"Mas sa sakit"

"Saya mohon bertahan Lara, saya minta maaf Lara, saya sayang kamu, saya cinta kamu sampai kapanpun, jangan tinggalin saya lagi, saya gak bisa hidup tanpa kamu" pertama kali nya Saka akhirnya mengungkapkan isi hati nya dengan tegar.

Lara tersenyum menahan sakit, di sentuhnya pipi Saka, bersyukur Saka akhirnya bisa mengeluarkan isi hati nya yang sebenarnya, ia bisa yakin pada dirinya, lega rasanya mendapatkan validasi walaupun disaat-saat diambang seperti ini.

Pandangan Lara mengabur, ia mulai melemah, rasanya sudah tidak kuat lagi hanya untuk membuka mata.

"Laraa" panggil Saka dengan pasrah

*-*

Beberapa bulan berlalu dengan cepat, banyak hal terjadi namun Saka bisa lebih tegar menghadapi semua nya, mengolah emosi, mendengarkan keluhan, dan mencari jalan keluar dengan memikirkan posisi orang lain.
Memberikan keluasan hati, mencoba berbagai hal baru untuk kita pelajari.

"Ikhlaskan, agar dia tenang"

Saka membantu wanita didepan nya ini untuk berdiri, gundukan tanah yang selama sebulan ini tempat paling sering mereka kunjungi. Tangis yang muncul setiap kali berada disini.

"Sungguh aku sudah ikhlas, tapi memory bersamanya sering berputar tiap kali kita kesini"

*-*

"Mas aku ingin anak ini lahir disini, bolehkah ?" Ucap Lara sambil mencukur bulu-bulu halus yang mengisi rahang tegas suami nya.

"Tentu saja" jawab Saka yang menikmati moment kebersamaan nya dengan Lara saat ini.

"Kamu sengaja gak mencukur nya ?" Tanya Lara sambil membersihkan sisa-sisa rambut yang masih menempel.

"Iya, karna saya ingin kamu yang merawat saya hal sekecil apapun itu, penampilan saya akan mencerminkan betapa frustasinya saya kalau gak ada kamu, seperti saat pertama kali kita bertemu di sini" ucap Saka membalik tubuh Lara, mendudukkan nya di paha nya dan dengan leluasa mengelus perut Lara yang makin membesar.

"Oh begitu ya, tapi kita ini kan berhadapan dengan maut, mau gak mau kita harus bisa kuat jika salah satu dari kita pergi untuk selamanya" Saka kaget akan ucapan istrinya, tak menyangka akan membawa kata kematian pembicaraan kali ini.

"Sstts jangan membahas ini, saat sekarang saya gak mau memikirkan hal itu, kita fokus sama kamu dan calon anak kita" Saka tak ingin membahas hal-hal yang terlalu sensitif saat ini, ia tak ingin Lara terbawa suasana yang membuat nya sedih karena itu bisa mempengaruhi kandungannya.

"Oiya, kamu beneran gak mau tau jenis kelamin anak kita ?" Tanya Lara yang juga penasaran dengan jenis kelamin bayi yang dikandungnya ini.

"Toh kamu sudah mendekati hpl, biar nanti jadi surprise untuk kita, apa mau saya tanya lewat jalur yang lain ? Sepertinya gak masalah kalo kita olahraga di jam segini"

Lara yang mendengar ucapan Saka lantas mencoba beranjak dari pangkuan Saka, mengerti kemana arah pembicaraannya.

Lara berjalan kearah pintu dan menutupnya, kali ini ia tidak mencoba kabur lantaran memang bukannya itu sebuah anjuran jika mendekati hari lahir. *Sa ae lara

Saka Dan Lara'ku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang