Part 12

1.2K 25 0
                                    

Lara terbangun lantaran kompresannya jatuh mengenai kaki nya. Saat ia sedang menunduk pintu di ujung sana terbuka, menampilkan Saka yang segar setelah mandi tak ada percakapan diantara mereka.

"Kau mau mandi ?"

Lara menggeleng, lantas ia pun segera beranjak keluar dari ruangan itu tak ingin melihat suami nya yang sedang hot itu.

Lara memegangi pipi nya, rasanya masih sedikit nyeri, mau berbicara pun masih terasa sakit, di lihatnya sekeliling ruang kerja suami nya, lalu ia berhenti pada kaca besar yang  membentang dilihatnya lalu lalang kendaraan dari atas.

Pandangan nya kosong, tak bergeming entah apa yang ia pikirkan namun seperti terasa nyaman karena tak memikirkan apapun pada saat itu.

"Lara..." Panggil Saka

Lara terjengit menoleh, air mata nya tiba-tiba turun begitu saja. Ini kali pertama namanya di sebut oleh Saka.

Saka yang melihat Lara meneteskan air mata kaget tapi tak sampai menghampiri nya.

Saka berjalan ke arah pintu, mengganjal pintu dengan satu kaki nya, tanda ia menunggu Lara untuk keluar.

Lara masih terisak, Gerry pun turut ikut bersama mereka, disodorkan nya tisu kepada Lara, ia mendukung tanda terimakasih

"Pertemuan diundur" ucap Gerry

"Syukur deh" jawab Saka.

Pintu lift terbuka, Saka, Lara dan Gerry berpisah arah.

"Cepet sembuh ya, Lara" ucap Gerry hati-hati takut pawang nya ngamuk, ini saja sudah dapat balasan lirikan maut oleh Saka

Ternyata Lara makin terisak, ia sempat berhenti untuk menetralisir tangis nya.

Sang pelaku sudah lari duluan karena takut diamuk Saka.

Lelahh!!

Satu kata yang mencerminkan keadaan Lara sekarang, ia merasa kenapa semua nya bisa terjadi pada nya, ada masa nya ia sangat lelah menghadapi ini semua.

Saka melajukan mobil nya, cuma sesekali suara sesegukan Lara terdengar, Sebenarnya Saka malas menanggapi Lara melihat'nya seperti ini jadi membuat nya merasa bersalah, entah kenapa akhir-akhir ini ia mulai merespon keberadaan Lara jadi membuat nya sedikit terusik namun jika tidak ada dia mungkin hidupnya akan flat seperti biasa.

Sampailah mereka dirumah, Lara yang keluar mobil bergegas masuk, disusul nya Saka, saat ingin meraih gagang pintu kamar bawah, ditarik nya Lara, kejadian nya begitu cepat jadi membuat Lara langsung menaiki anak tangga satu persatu.

Setelah masuk ia segera masuk kedalam WC karena ia ingin cuci muka.

Karena melihat Lara yang masih terisak dan pintu kamar mandi yang terbuka sedikit Saka pun masuk,

Saat Lara mendongak ia kaget bukan main melihat Saka yang sudah berdiri di belakangnya

Saka membalikkan badan Lara dan mengangkat nya keatas wastafel, dilihatnya kembali wajah Lara ia penasaran kenapa Lara masih saja menangis,

Namun pada saat itu Lara pun sekilas melihat wajah Saka yang juga mulai memunculkan memar dan sedikit luka juga seperti Lara, seperti nya cincin Seno mengenai wajah Lara,

Dengan sigap Lara yang masih terisak mengambil obat di kotak P3K disampingnya.

Di tempelnya plester pada luka di rahang Saka.

"Masih memikirkan orang lain disaat keadaan mu lebih memprihatinkan"

Ucap Saka yang membuat Lara meneteskan air mata nya lagi.

Jujur Saka pun juga sedang lelah, rasanya ia ingin mengamuk, namun apa daya tenaga juga sudah terkuras beberapa hari ini, antara perusahaan, Seina, maupun Lara terngiang di otak nya,

Melihat Lara yang kembali nangis, membuat nya jengah dan menaruh dagu nya di atas pundak Lara, dan aneh nya Lara tidak ada penolakan, ia memejamkan mata sejenak, mencoba menenangkan keadaanya,

Setelah beberapa menit, Saka akhirnya bangun, dan keluar dari sana, masuk ke ruang kerja nya, mencoba mencari ketenangan Disana,

Lara pun segera membersihkan tubuhnya untuk menghilangkan kepenatan nya pada hari ini, setelah selesai ia segera beranjak naik keatas tempat tidur, tak peduli ada dimana suami nya itu, yang ia butuhkan setelah menangis adalah tidur, walaupun besok hari ia tau akan bengkak matanya, namun itu sudah menjadi kebiasaan lara, setelah menangis ia akan tertidur.

*-*

Saka mengotak Ngatik iPad nya, namun tak ada satupun yang ia kerjakan, kejadian hari ini membuatnya sedikit berfikir, seperti nya ia memang harus melupakan Seina, jika Seina masih mencintainya tidak mungkin ia akan kembali hamil, namun ia juga tidak mungkin mencintai Lara yang notabene nya sangat asing pada hidup nya, ia pun juga tak ingin berada diposisi ini namun, apa ia harus menerima takdir atau melawannya ? Entahlah Lara masih begitu susah untuk ia terima.

Tiba-tiba email dari Gerry masuk, berisikan pengunduran jadwal pertemuan antar kolega yang akan diadakan pada Minggu depan, dan disana tertera tamu-tamu yang akan datang, banyak musuh ayah nya,

Benar kata Gerry banyak tamu kolega musuh dalam selimut yang ia maksud, sebenarnya ia merasa sedikit khawatir pada Lara saat disana nanti, entah hal-hal yang tidak diinginkan bisa saja terjadi,

makanya ia juga mengutus Gerry dan sekretaris nya untuk ikut, lantaran Gerry ia suruh untuk memantau kolega nya, dan Bella ia suruh untuk memantau Lara, Bella sudah sedikit paham tentang pertemuan kolega ini, jadi ia tau mana yang boleh dan tidak untuk diajak berbincang.

Kalau Lara sampai kenapa-kenapa ia juga yang bakalan repot untuk mengurusi nya, karena pertemuan ini  dihadiri kolega-kolega penting beserta istri-istri mereka.

*-*

Saka keluar dari ruang kerja nya, dilihatnya Lara sudah tertidur, Saka lalu naik keatas tempat tidur, mencoba menarik Lara kedalam pelukannya, sebenarnya ia sudah sering melakukan ini, Lara yang seringkali tertidur sangat pulas mungkin tidak pernah tau bahwa ia sering menariknya kedalam dekapannya.

"Eunghh"

Ternyata Lara terusik, namun ia tak terbangun, dan berbalik badan kearah saka dan tertidur pulas.

Saka pun menarik selimut, dan mereka tidur bersama.









.
.
.
.
.

Hola holaa...
Yuk jangan lupa vote biar makin cepet update nya hihi

See you

Saka Dan Lara'ku (TAMAT)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang