bab 26

437 43 0
                                    

Biasakan vote!!!!

Tandai typo disini

Happy reading

                             ******************

Kaziva berjalan dengan rasa sesak di dadanya. Dia harusnya sadar diri dengan posisinya. Itulah yang terus dia lafalkan dalam hatinya. Dia menuju perpustakaan karena tadi Kaisar bilang bahwa dia ada di perpustakaan.

Sampai disana dia langsung saja memeluk Kaisar erat. Nafasnya memburu menahan tangisan. "Ziva, kenapa? ada masalah? ayo cerita sama abang" Diangkatnya wajah gadis itu menghadapnya.

Kaziva menggeleng. "Aku cuman pengen tidur disini, capek banget abis belajar matematika" bohongnya membuat Kaisar terkekeh. Ia membawa kepala Kaziva agar bersandar di pundaknya.

"Yaudah tidur aja di sini, abang temenin" Kaziva mengangguk lalu mulai memejamkan matanya memaksa untuk tidur agar tidak selalu terfikirkan adegan barusan dalam otaknya.

Kaisar memandangi lamat wajah adiknya itu. Dia tahu bahwa Kaziva tengah berbohong dan memiliki masalah. Tapi apa sebenarnya masalah gadis itu? Tak lama kemudian Shekala datang dengan nafas memburu. Baju pemuda itu bahkan belum di ganti, ia masih memakai Jersey basket miliknya.

Kaisar menyerit saat melihat keadaan Shekala saat ini. "Kenapa lo?" tanya nya pelan karena takut Kaziva bangun.

Shekala hanya terus menatap wajah damai Kaziva membuat Kaisar mendengus. "Jangan diliatin! ada apa lo kesini dengan penampilan kayak gitu?!"

"Gue mau ketemu Ziva... tapi kalau dia tidur gapapa. Gue bisa nunggu" dengan tidak berdosa, Shekala duduk di hadapan Kaisar dengan penampilan yang seperti itu.

Keringat masih mengalir di tubuh nya, baju yang berantakan, dan rambut yang basah oleh keringat. "Lo bau anjir Fraz, sana pergi!" Kaisar menendang kaki Shekala dari bawah meja saat Shekala hanya diam memandangi Kaziva.

Kaisar kesal lalu menutupi wajah Kaziva dengan buku membuat Shekala berdecak. "jangan halangi gue buat liat muka tunangan gue kai." desis nya.

Namun karena keduanya memiliki keras kepala yang sama, tidak ada yang menyerah bahkan sampai bel istirahat berbunyi kembali, mereka tetap memancarkan aura permusuhan.

Hingga Kaziva terusik dan bangun dari tidurnya, dia terkejut saat melihat Shekala masih dengan pakaian basket ada di depannya. Di tambah dengan aura permusuhan yang kental dari keduanya membuat Kaziva heran.

"Kalian ngapain?" suara Kaziva menyadarkan keduanya.

"Ziva gue mau ngomong sama lo bisa?" Kaziva mengerutkan keningnya lalu mengangguk. "Bicara aja"

"Nggak disini." dia menarik tangan Kaziva. "Lo jangan ganggu kai" Shekala membawa Kaziva ke lorong yang sepi.

"Kenapa Sheka?"

"Ini punya lo?" Shekala menunjukkan sebuah botol minuman pada Kaziva.

"Oh itu, iya tapi gue gak suka makannya gue kasih Askar"  mendengar itu Shekala tersenyum gamang. ternyata memang bukan untuk dirinya.

"Gue kira ini buat gue" Shekala terkekeh mengucapkan itu.

"Tadinya mau gitu, cuman lo kan udah di kasih Naila" ucapan Kaziva membuat Shekala melotot.

"Apa m-"

"Lo cocok kok sama dia Sheka" Kaziva tersenyum manis mengatakan itu. "Lo serasi sama dia" tambahnya membuat air muka Shekala semakin keruh.

"Kalau lo mau deket sama dia, gue gapapa kok"

"Lagian kita cuman tunangan yang dipaksa" setelah mengatakan itu, Kaziva pergi dari hadapan Shekala.

KAZIVA [END]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang