76. Jensoo : Memory in Love (I)

651 146 19
                                    

Jennie menarik napas dalam-dalam, dia melihat laporan penjualan boutique nya bulan ini, semuanya bagus dan memuaskan. Dia tersenyum puas, lalu kembali mengambil sketsa gambar pakaian yang dibuatnya untuk mengeceknya sekali lagi. Gadis itu meregangkan tubuhnya, lelah juga terus-menerus bekerja seperti ini. 

Dia meraih ponselnya dan terkejut melihat beberapa misscall dari kekasihnya, Jennie segera menelepon balik. 

"Hallo"

"Hallo, Jisoo, aku tidak mendengar kau menelepon. Ada apa?"

"Kau dimana?"

"Boutique"

Suara helaan napas terdengar dari ujung sana. 

"Kau tidak dengar jika aku memintamu pulang malam ini? Aku ingin makan malam denganmu"

Jennie terteguh, dia lupa!

"Omo! Aku sedang dapat inspirasi baru dan lupa" 

"Tentu saja, kau selalu lupa soal aku"

"Hei, kenapa nadamu seperti itu?"

"Lupakan saja"

Tit.

Putus.

Jennie menghela napas dan mengerang kesal. Belakangan ini, Jisoo sering kali membuatnya marah dan naik pitam. Jennie tidak pernah marah seperti ini jika Jisoo harus lembur karena mengurusi perusahaannya, kenapa dia kini marah hanya karena Jennie kelupaan? Bukan hanya Jisoo yang punya kesibukan kan? Jennie juga perlu mengejar mimpinya!

Gadis itu memandang sketsa yang ada dihadapannya, nampaknya pertengkaran tadi membuyarkan inspirasinya. Jennie meletakkan sketsa itu dan bangkit berdiri, dia lebih baik pulang ketimbang meneruskan pekerjaannya. 

Dia keluar dari boutique itu dan menuju mobilnya, kemudian menyetir ke apartemennya yang tidak jauh dari sana. Dirinya dan Jisoo tinggal di apartemen yang sama, mereka sudah berpacaran sejak 5 tahun yang lalu, kemudian memutuskan tinggal bersama sejak 2 tahun lalu. Mereka adalah pasangan muda yang bahagia, setidaknya itu yang Jennie rasakan hingga entah mengapa beberapa bulan terakhir ini mereka semakin sering bertengkar. 

Ayah Jisoo menekan Jisoo untuk membuka cabang baru perusahaan game mereka di Seoul, membuat Jisoo semakin sibuk. Begitu pula dengan Jennie yang boutiquenya semakin terkenal karena dipakai beberapa selebriti papan atas, membuat dia harus sering bergadang untuk menciptakan ide dan konsep pakaian menarik yang baru. 

Keduanya begitu sibuk hingga semakin jarang bertemu, terkadang Jisoo menginap di kantor dan terkadang Jennie juga bekerja hingga larut malam di Boutiquenya. Jennie bahkan merasa sudah lama sekali sejak mereka berdua sekedar duduk dan makan bersama. 

Desainer muda itu menghela napas, dia memarkirkan mobil, lalu turun menuju apartemennya. Dia menekan kode pintu mereka dan membuka pintu itu, dia melangkah melewati sofa mereka yang dingin, sudah lama tidak digunakan untuk sekedar bersantai. Lalu dia menuju ruang makan, tersenyum sedih melihat ayam goreng dan mandu kesukaannya tertata disana tanpa disentuh. Nampaknya Jisoo bahkan terlalu marah untuk makan. 

Jennie memasukan semua makanan itu di kulkas, setidaknya itu bisa dipanaskan untuk besok, dia juga tidak mau membuang-buang makanan. Jennie kemudian beralih menuju kamar tidur mereka, dia melihat Jisoo sudah berbaring memunggunginya. 

Jennie meletakkan tasnya dan masuk ke kamar mandi untuk membersihkan diri. Setelah merasa lebih nyaman, dia memakai pakaian tidurnya dan berbaring. Tangannya dengan ragu ingin memeluk Jisoo, tapi entah kenapa ada perasaan takut di hatinya. 

Aneh sekali, karena biasa dia akan selalu memeluk Jisoo. Bahkan Jisoo menjulukinya 'Jendeukie' karena suka menempel padanya. Beberapa bulan yang lalu, Jennie tidak akan segan untuk bermanja dan memeluk Jisoo. Tapi entah kenapa, punggung yang ada di hadapannya ini terasa sangat dingin. 

Jensoo Chaelisa One Shot CollectionTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang