Ruangan rumah sakit yang tadinya penuh harapan seketika terasa dingin dan hampa. Jisoo berdiri kaku di samping tempat tidur Jennie, hatinya seolah terbelah mendengar kata-kata yang baru saja diucapkan Jennie: "Siapa kamu?"
Rasa sakit menjalar dalam dadanya, matanya membulat tak percaya. Jennie menatapnya dengan tatapan kosong, tanpa sedikit pun tanda pengakuan. Jisoo merasa seakan waktu berhenti, dunia di sekelilingnya berputar, dan suaranya tercekat, tak sanggup berbicara.
Seulgi yang sedang piket masuk ke dalam kamar dan terteguh melihat apa yang ada di depan matanya.
"Siapa kamu?" Jennie mengatakan hal itu lagi, membuat Seulgi tersentak dan sadar apa yang terjadi.
Melihat ekspresi terkejut dan wajah Jisoo yang mulai pucat, Seulgi segera meraih bahu Jisoo dengan lembut, membawanya sedikit menjauh dari tempat tidur Jennie.
"Aku akan memeriksa Jennie, kau tunggulah diluar sebentar" kata Seulgi, dia mendudukan Jisoo di kursi di luar ruangan, lalu kembali masuk.
Jisoo duduk disana, tangannya saling bertautan dengan gemetar, seolah berharap ini adalah mimpi. Dia memang mengharapkan Jennie sadar, tapi sadar tanpa mengingat dirinya? Itu menghancurkan Jisoo.
Beberapa saat kemudian, Seulgi kembali muncul, Jisoo mendongak dan memandanginya dengan penuh harap.
"Jisoo, tenang, ya?" bisik Seulgi berusaha menenangkan dengan nada lembut namun penuh kewibawaan. "Ini reaksi umum pasca trauma. Amnesia sementara seperti ini bisa terjadi, tapi dengan perawatan dan terapi, biasanya ingatan pasien akan pulih perlahan."
Mata Jisoo yang berkaca-kaca menatap Seulgi dengan penuh ketidakpastian.
"Jadi... dia benar-benar tidak ingat siapa aku?" bisiknya dengan suara bergetar, nyaris tak percaya bahwa orang yang selama ini dia jaga dan sayangi kini tak mengenalinya.
Seulgi mengangguk dengan penuh simpati.
"Untuk sementara, iya. Tapi jangan putus asa. Aku pernah menangani beberapa kasus seperti ini dan ingatannya bisa pulih," kata Seulgi sambil mengusap lembut bahu Jisoo, memberi kekuatan.
Seulgi memeluk Jisoo dengan erat. Sahabat baiknya ini pasti sedang hancur dan dia hanya bisa memeluk Jisoo. CEO muda itu menarik napas dalam-dalam, mencoba menenangkan hatinya yang remuk.
Ia mengangkat kepalanya, mengusap air matanya, dan mengangguk pelan.
"Aku... aku akan tetap di sini. Aku nggak akan menyerah," ucapnya dengan suara yang masih bergetar, tetapi ada tekad baru di matanya.
Untuk Jennie, dia akan bertahan.
###
Irene, Rose dan Lisa segera ke Rumah Sakit begitu Seulgi mengabari mereka jika Jennie sudah siuman. Sayangnya, mereka bertiga juga mendapat reaksi yang sama, Jennie tidak mengingat mereka.
"Oh, ini konyol sekali" Lisa menghela napas "Kita menungguinya dan dia tidak ingat siapapun dari kita" dia mengusap wajahnya "Jisoo Unnie pasti sangat hancur"
"Awalnya aku juga mengira begitu" kata Seulgi, pelan "tapi, aku justru melihat bukti bahwa dia sangat mencintai Jennie"
"Apa maksudmu?" tanya Irene
"Aku melihat kelegaan dalam dirinya, seolah mengatakan bahwa tidak apa jika Jennie tidak mengingatnya, yang penting dia sudah sadar" kata Seulgi "Dia bilang jika dia tidak akan menyerah" dia menambahkan.
"Kurasa kau benar" Rose mengangguk "Melihat seseorang yang kita cintai melupakan kita, itu memang sakit, tapi bukankah lebih sakit melihatnya terbaring tanpa bisa melakukan apa-apa untuknya?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Jensoo Chaelisa One Shot Collection
Historia CortaHappy 5th Anniversary to Blackpink & Blink 🖤💗 Dalam rangka Anniversary ini, Author mempublish Jensoo Chaelisa One Shot Collection Ini adalah kumpulan kisah one-shot Jensoo dan Chaelisa. Cerita-cerita singkat yang akan dikemas dalam Bab yang lebi...