01. Café

107 35 1
                                    

"Can't Stop the Feeling!" - Justin Timberlake


Notifikasi cerita ini tidak berfungsi, jadi, kalian harus cek secara mandiri untuk mengetahui chapter terbaru. Sedihhh😭😭.


Di kafe favorit mereka di sudut Jakarta Selatan, delapan sahabat dengan gaya Jaksel-nya sedang nongkrong di meja pojok. Penampilan mereka ya jelas ngehits, lengkap dengan outfit yang kelihatan mahal tapi santai. Obrolan absurd pun sudah jadi rutinitas, nggak jauh-jauh dari soal gebetan, gaya hidup, sampai ide-ide yang suka nggak masuk akal.


"Eh, guys, lo tahu nggak, gue ketemu cowok di gym kemarin. Sumpah, gantengnya kayak model!" Vicky membuka obrolan sambil nunjukin foto di HP.

Reina melirik sekilas sambil nyengir, "Lo lagi, lo lagi. Vick, beneran deh, lo gampang banget ge-er sama cowok-cowok Jaksel."

"Ya gimana dong, Rein? Emang cowok-cowok sini tuh punya vibe beda aja, kayak... ya lo tahu lah," jawab Vicky dengan gaya sok misterius.

Ben yang dari tadi sibuk ngoprek HP mendadak ikut nimbrung, "Duh, ngomong-ngomong soal cowok ganteng, jelas kita di sini juga di atas rata-rata, kan?"

Liza ngakak denger Ben ngomong, "Ben, lo pede banget. Dari tadi juga lo yang paling sok ganteng di sini."

Jay yang duduk di sebelah Ben ngangguk setuju, "Ben ini emang gitu, Liz, ketua geng sok ganteng."

Ben mendengus sambil narik napas panjang. "Kalian tuh nggak ngerti. Ini namanya confidence, oke?"

Jake, yang dari tadi duduk anteng sambil sesekali mainin sedotannya, cuma ngelirik Ben dan geleng-geleng. "Confidence apa, lo mah udah delusional."

Di tengah debat absurd soal ganteng atau nggak, Mahesa tiba-tiba mengusulkan sesuatu yang khas absurdnya. "Eh, gini aja deh, gimana kalo kita karaokean? Bikin battle, biar ketahuan siapa yang paling cringe nyanyinya."

Semua mata langsung tertuju ke Mahesa. Ide aneh macam ini memang sering muncul dari dia.

"Ya ampun, Mahesa, lo emang nggak bisa diem ya. Tapi... gue sih setuju, oke-oke aja," ujar Vicky, matanya berbinar.

Reina melotot ke Jake. "Pokoknya, yang fals jangan ikutan high note ya. Lo ngerti, kan, maksud gue, Jake?"

Jake langsung ngacungin tangan kayak pasrah. "Iya-iya, nggak usah diungkit terus dong. Gue kan cuma sekali gagal, itu pun karena mic-nya aja yang error."

"Bener-bener deh, gue ngikut aja, tapi Ben bayar ya, kan duitnya banyak," kata Liza sambil ketawa.

"Udah-udah, gue bayar. Tenang aja, ini karaoke buat kita-kita, bukan buat rakyat jelata!" Ben ngakak ngerasa keren sendiri.

Beberapa menit kemudian mereka udah sampai di tempat karaoke, dan langsung berebut remote buat milih lagu. Mereka ngacak-ngacak playlist dengan semangat kompetitif yang luar biasa... hasilnya? Nggak kalah berantakan sama obrolan mereka.

"Jake! Udah dong! High note lo tuh... ya ampun, udah, tahan aja, nanti malah kita diusir!" Mahesa yang biasanya usil, kali ini sampai tepok jidat.

Jake cuma ketawa, nggak peduli kalau suaranya barusan bikin semua orang cringe. "Yaelah, chill aja, bro. Sekali-sekali doang gue mau pamer suara!"

Yura yang dari tadi ngeliatin mereka sambil geleng-geleng langsung ngakak, "Jake, suara lo tuh pamer bikin telinga gue pengen pensiun dengerin lo nyanyi!"

Reina ngikut ketawa, "Nih ya, Jay, giliran lo sekarang. Jangan cuma komentar mulu, lo juga harus nyumbangin suara."

Jay ngelus dada sok serius, "Oke, kali ini gue mau nyanyi buat kalian semua. Please hargai penghayatan gue, ya."

Seketika suasana jadi hening. Begitu Jay nyanyi dengan penuh gaya dan suara yang... ya gitu, mereka semua langsung ngakak.

"Jay, lo tuh udah pamer kayak di panggung Broadway, tapi suaranya kayak lagi pidato tujuh belasan!" Vicky sampai sakit perut ketawa.

Jay cuma cengengesan, "Gue emang punya kelas tersendiri, ngerti nggak lo?"

"Bener-bener absurd deh kita semua," Yura mengusap-usap perutnya yang udah sakit gara-gara ketawa. "Orang normal liat kita, pasti ngira kita tuh sekumpulan anak Jaksel yang nggak ada kerjaan."

Ben malah makin puas, "Lah emang itu yang seru, kan? Kita mah beda dari yang lain, gak perlu repot-repot jaim."

Mereka semua pun ketawa lagi, saling ledek dan teriak-teriak nyanyi. Buat mereka, pertemanan ini bukan soal pamer atau ngebet eksis, tapi jadi diri sendiri yang penuh gaya-meskipun kadang gaya mereka cuma bikin orang geleng-geleng.


B E R S A M B U N G

Friends, Fun, and ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang