11. Isyarat Hati

44 31 1
                                    

"Paper Hearts" - Tori Kelly


Penerbangan dari Australia akhirnya selesai. Setelah perjalanan panjang dan liburan seru bersama di kampung halaman neneknya Jake, geng Ben, Vicky, Yura, Liza, Reina, Jay, Jake, dan Mahesa tiba di bandara Indonesia. Meski lelah, mereka semua masih tampak penuh semangat dengan wajah yang berseri-seri, terutama karena banyak cerita seru yang mereka alami di sana.

Namun, ada sesuatu yang berbeda kali ini. Liza, Yura, dan Vicky tampaknya menyadari perubahan kecil pada Mahesa selama liburan kemarin-terutama sejak mereka bertemu dengan Anna, adik Jake. Sepanjang liburan, Mahesa tampak sangat perhatian pada Anna, dan hal ini tentunya tidak luput dari perhatian teman-temannya.

---

Dalam perjalanan pulang, mereka naik taksi bersama dalam dua kelompok. Mahesa, yang kebetulan duduk di antara Jake dan Jay, tampak melamun sambil melihat ke luar jendela.

Jay menepuk bahu Mahesa. "Eh, lo ngelamun apa, bro? Mikirin Anna, ya?"

Mahesa tersentak dan tersenyum tipis, mencoba mengelak. "Apaan sih lo? Biasa aja kali."

Jake tertawa pelan sambil melirik Mahesa. "Seriusan, Hes. Dari hari pertama di Australia aja gue udah curiga. Lo tuh beneran beda."

Mahesa menghela napas dan tertawa kecil. "Ya, gue akui, Anna emang asik diajak ngobrol. Cuma... ya nggak ada apa-apa, lah."

Jay tertawa kecil. "Udah, udah, nggak usah malu-malu. Kita kan temen sendiri. Jake pasti ngasih restu."

---

Beberapa hari kemudian, mereka memutuskan untuk bertemu di sebuah kedai kopi dekat kampus. Semua berkumpul di sana untuk ngobrol santai sambil menikmati suasana sore. Yura, yang penasaran sejak mereka tiba di Indonesia, akhirnya mengangkat topik tentang Anna.

"Jadi, gimana nih, Hes? Tertarik nggak sama Anna?" tanya Yura sambil menyengir.

Mahesa menghela napas dan tersenyum, agak malu-malu. "Ah, serius banget, lo semua nanya soal ini. Gue... ya, gue suka ngobrol sama dia. Dia itu ceria, pintar, dan bisa nyambung kalo diajak ngomong. Tapi... nggak tau, lah."

Vicky tertawa sambil menyenggol bahu Mahesa. "Seriusan lo? Padahal dari liat tatapan lo sama dia waktu di pantai kemarin aja udah ketahuan, kali. Anna tipe lo banget."

Ben menambahkan dengan nada menggoda "Anna mungkin gak sadar, tapi kita semua sahabat lo."

Mahesa hanya tertawa kecil, tapi tak bisa menyembunyikan sedikit rasa malunya. "Iya, iya, gue akui. Gue... ya, mungkin gue tertarik sama dia. Tapi kan dia masih muda, dan dia tinggal di Australia. Ribet, lah."

Jake, yang sedari tadi mendengarkan, akhirnya angkat bicara, "Sebenernya, Hes, Anna tuh sempet nanya soal lo ke gue. Dia nanya, 'Kak, Mahesa tuh orangnya kayak gimana?'"

Mendengar itu, wajah Mahesa langsung berubah serius. "Serius, lo? Terus lo jawab apa?"

Jake tersenyum jahil. "Gue bilang aja, lo cowok baik hati yang diem-diem suka peduli sama orang lain. Dia ketawa, terus bilang kalo dia juga seneng bisa kenal sama lo."

---

Sepulang dari kedai kopi, Mahesa terus memikirkan ucapan Jake. Perasaan di hatinya campur aduk. Apakah dia harus coba menghubungi Anna?

Beberapa hari kemudian, akhirnya Mahesa memutuskan untuk memberanikan diri. Dia mencari akun media sosial Anna dan memberanikan diri mengirim pesan singkat.

 Dia mencari akun media sosial Anna dan memberanikan diri mengirim pesan singkat

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Mahesa tersenyum membaca balasan itu. Dia merasa lega dan senang, seolah-olah mendapatkan sinyal kecil dari Anna.

---

Di kampus, Vicky, Yura, dan Liza tak henti-hentinya menggoda Mahesa. Mereka tahu bahwa Mahesa sudah mulai chatting dengan Anna.

"Gimana, Mahes? Udah ngobrol lagi sama Anna?" tanya Liza sambil tersenyum lebar.

Mahesa mengangguk. "Iya, dia respon kok. Tapi ya kita ngobrol biasa aja. Gue nggak mau buru-buru."

Yura tertawa sambil menggelengkan kepala. "Ah, lo banget emang. Santai terus, padahal hatinya udah dag-dig-dug."

Ben menepuk pundak Mahesa. "Bro, nggak usah ragu-ragu. Kadang, kesempatan kayak gini nggak datang dua kali."

Jake juga menimpali dengan serius, "Bener tuh. Gue tahu banget Anna gimana. Kalo lo ada perasaan, ngomong aja perlahan. Siapa tahu dia merespon lebih dari sekadar temen."

---

Malam itu, Mahesa kembali menerima pesan dari Anna. Mereka mengobrol tentang banyak hal, mulai dari liburan kemarin hingga kehidupan sehari-hari masing-masing. Mahesa merasa nyaman berbicara dengannya, dan obrolan itu berlangsung hingga tengah malam.

 Mahesa merasa nyaman berbicara dengannya, dan obrolan itu berlangsung hingga tengah malam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

---

Malam itu, Mahesa tidur dengan senyum di wajahnya. Meski mereka tinggal di negara berbeda, dia merasa ada peluang untuk membangun pertemanan atau bahkan hubungan yang lebih dekat dengan Anna. Dan bagi Mahesa, itu lebih dari cukup untuk sekarang.


B E R S A M B U N G

Friends, Fun, and ChaosTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang