"Good Riddance" - Green Day
•
•Setelah petualangan seru di Bandung, Ben, Vicky, Mahesa, Jake, Jay, Yura, Liza, dan Reina kembali menghadapi kenyataan: tugas kuliah yang tidak ada habisnya. Mereka berjanji untuk tetap saling mendukung meskipun masing-masing sudah mulai tenggelam dalam jadwal kuliah, tugas, organisasi, dan proyek pribadi. Rutinitas baru pun dimulai.
---
Setelah masing-masing selesai dengan kelas terakhirnya hari itu, Ben, Vicky, Mahesa, Jake, Jay, Yura, Liza, dan Reina memutuskan buat ngopi bareng di kafe kekinian dekat kampus. Sore itu suasana cukup santai, nggak terlalu ramai. Mereka semua kelihatan excited buat catch up dan sekadar ngobrol ngalor-ngidul tentang keseharian mereka yang sekarang mulai hectic.
Mereka memilih tempat di pojok kafe, yang kelihatan lebih cozy dan enak buat ngobrol tanpa gangguan. Masing-masing langsung memesan minuman favorit. Ben dengan kopi hitamnya, Yura dengan matcha latte, sementara yang lain sibuk memilih minuman yang lagi hits.
"Guys, asli ya, kuliah semester ini tuh bener-bener... intens banget, nggak sih?" kata Vicky sambil nyeruput iced coffee-nya. "Kayak tiap hari tuh berasa lagi sprint marathon.""True, Vik!" sahut Jay, yang duduk di sebelahnya. "Apalagi gue sekarang lagi join produksi teater kan, dan itu tuh ngabisin waktu banget. Jadi udah jarang banget gue bisa chill kayak gini."
Jake ketawa sambil melipat tangan. "Well, gimana ya, it's like we're in this phase, you know? Lo ngeliat orang sibuk, terus jadi kayak 'gue nggak boleh kalah' vibes gitu. Tapi kenyataannya, capek juga sih, haha."
Mahesa yang duduk di ujung meja langsung nyambung. "Betul! Gue ngerasa produktif banget akhir-akhir ini, tapi ya itu, gue jadi kurang waktu buat yang lain. Lo tau kan, mental health juga perlu diprioritasin, tapi kadang suka lupa aja kalau lagi fokus sama tugas."
---
Sementara itu, Liza dengan antusias mulai cerita tentang kelas jurusan yang bikin otaknya hampir hang setiap minggu.
"Nggak ngerti deh, kayak tiap minggu tuh tugas numpuk mulu, sampe gue ngerasa 'oke, jadi ini hidup gue sekarang?'" keluh Liza dengan ekspresi lucu. "Dan parahnya, professor gue tuh kayak... dia ngasih deadline cuma buat seru-seruan aja gitu, loh."
Reina ngakak, "Ga Banget, Itu tuh professor ngira kita robot atau gimana, sih?"
Ben menimpali dengan nada bercanda, "Selamat datang di kehidupan orang dewasa, guys! Life never goes easier, cuma makin challenging aja. Tapi ya, it's kinda worth it juga sih, kalau kita bisa lewatin semua ini."
Yura yang sedari tadi diem aja langsung nimbrung, "Eh, tapi lo semua kayak fine-fine aja ya sama kesibukan masing-masing? Gue tuh sampe kepikiran banget tau nggak, pas lagi stuck ngerjain project desain. Kayak, gue tuh pengen nangis tapi juga pengen ketawa, kayak... apaan sih hidup gue sekarang?"
Mereka semua ketawa, saling memahami perasaan satu sama lain. Jake, yang duduk di sebelah Yura, angkat tangan, "Eh, sama banget, Ra! Gue kasih tau ya, kadang gue tuh udah capek setengah mati, tapi mau gimana-pun gue mikir, 'yaudah lah, we're here, let's just survive aja' gitu."
---
Setelah ngobrol ngalor-ngidul tentang keluh kesah kampus, Mahesa tiba-tiba mulai ngasih "petuah" yang dia pelajari dari YouTube dan podcast motivasi.
"Jadi gini ya, gue denger nih dari podcast, katanya the key to survive adulthood itu adalah, 'live in the moment'," katanya sambil gaya ala mentor self-help.
Jay ketawa sambil tepuk pundak Mahesa, "Hahaha, udah kayak motivator top! Tapi ada benernya juga, sih. Kalau terlalu mikirin semuanya terlalu dalam, kita malah stress sendiri. Harus bisa istirahat kadang-kadang."
Ben setuju sambil angkat gelas kopinya, "Yoi, setuju banget. Gue sih sekarang lebih kayak balance aja. Kuliah ya kuliah, tapi ya harus ada waktu buat menikmati hidup juga."
Vicky manggut-manggut sambil ngelihat temen-temennya. "Intinya, kita harus tetep support each other, kan? Soalnya, apapun yang kita laluin, kalau ada kalian, rasanya nggak terlalu berat juga."
---
Setelah hampir dua jam ngobrol, mereka sadar kafe udah mulai penuh lagi. Mereka pun bersiap-siap buat balik ke rutinitas masing-masing. Sebelum bubar, Jay langsung ngajak buat bikin janji ngumpul lagi.
"Kapan-kapan ngumpul lagi, ya! Jangan sampe sibuk masing-masing terus lupa buat seru-seruan bareng," katanya dengan nada penuh semangat.
"Deal!" sahut Reina. "Soalnya, ngobrol sama kalian tuh bikin gue ngerasa nggak sendirian di tengah kesibukan gini. Seneng banget bisa bareng kalian."
Semua setuju dengan perasaan yang sama. Malam itu, mereka pulang dengan hati yang lebih ringan, siap kembali menghadapi kesibukan kampus. Saling support, saling jaga, mereka tahu kalau persahabatan ini bakal terus jadi kekuatan di tengah-tengah kesibukan mereka mengejar mimpi.
B E R S A M B U N G
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends, Fun, and Chaos
FanficIni kisah delapan anak Jaksel yang persahabatannya tuh seru banget! Ada Vicky yang selalu bawa vibes edgy, Ben si kalem tapi bermulut pedas, Liza yang paling normal diantara mereka semua, Yura yang pecicilan, Reina sipaling pinter, Jay yang selera h...