"You’ve Got a Friend in Me" - Randy Newman
•
•Hari itu Jay tampak ceria di kampus, senyumnya tak hilang-hilang sejak pagi. Teman-temannya-Yura, Liza, Reina, Jake, Mahesa, Ben, dan Vicky-mulai memperhatikan perubahan suasana hatinya.
"Kok senyum-senyum terus, Jay? Ada apa, nih?" tanya Yura, penasaran sambil melipat tangan.
Jay tertawa kecil. "Papa gue baru aja pulang dari Brunei. Dan katanya ada banyak oleh-oleh buat kita semua!"
Mendengar kata 'oleh-oleh' Ben langsung bersemangat. "Oleh-oleh? Mantap, kapan kita main ke rumah lo?"
"Sekarang juga kalau bisa," jawab Jay dengan nada bercanda. "Tapi serius, besok kalian pada free kan? Papa udah ngajakin kalian buat main ke rumah sore-sore."
Jake langsung mengangguk, "Wah, gue sih nggak akan nolak oleh-oleh."
---
Keesokan hari-nya, mereka semua berkumpul di rumah Jay. Rumah Besar Jay terasa hangat dan nyaman, dengan aroma khas rempah-rempah dari dapur yang menguar. Papa Jay, seorang pria ramah dengan senyum lebar, langsung menyambut mereka semua begitu mereka masuk ke ruang tamu.
"Nah, ini dia, sahabat-sahabatnya Jay! Makasih udah datang, ya," kata papa Jay sambil tersenyum hangat. "Papa bawa oleh-oleh spesial dari Brunei buat kalian semua."
Mahesa yang selalu supel langsung membalas. "Makasih om udah ngajakin kita main! Pasti oleh-olehnya keren nih."
Jay mengajak teman-temannya duduk di ruang tamu, sementara papa Jay mulai mengeluarkan oleh-oleh satu per satu dari tas besar di sampingnya. Mata teman-temannya langsung berbinar-binar melihat berbagai macam barang unik yang diambil dari Brunei.
---
Papa Jay mulai dengan menunjukkan satu set kain songket Brunei yang mewah dan bercorak emas. "Ini buat kalian, siapa aja yang mau songket, bisa buat kenang-kenangan dari Brunei," kata papa Jay sambil tersenyum bangga.
Liza dan Reina langsung jatuh hati melihat keindahan kainnya. "Wah, ini cantik banget! Makasih banyak, Om!" ujar Reina dengan mata berbinar.
Kemudian, papa Jay mengeluarkan beberapa bungkusan camilan tradisional Brunei seperti lupis dan kue cincin. Vicky langsung tertarik dan mengambil salah satu bungkusan. "Ini enak nggak ya, kira-kira?" tanyanya sambil tertawa.
Papa Jay mengangguk yakin. "Cobain aja. Katanya camilan ini paling terkenal di sana."
Tanpa ragu, Vicky langsung membuka bungkusnya dan mencicipi kue lupis. "Enak banget, Jay! Wah, ini sih nggak bakal cukup, gue harus bawa pulang lebih," ujarnya sambil tersenyum jahil.
"Mau jugaaa" Yura mendekat kearah Vicky, untuk ikut menikmati camilan tersebut.
Lalu papa Jay mengambil beberapa kaus khas Brunei dengan desain unik. "Nah, ini buat cowok-cowok, kalian bisa pakai buat nongkrong bareng biar kompak."
Jay membagikan kaus-kaus itu ke Mahesa, Jake, dan Ben. Mahesa langsung mengangkat kausnya dengan bangga. "Wah, bisa buat style baru nih."
Jake dan Ben mengangguk setuju. "Siap, Mahes. Besok kita pakai kaus ini bareng-bareng, deh!"
---
Setelah semua oleh-oleh dibagikan, mereka duduk santai sambil menikmati teh yang dibuat mama Jay. Papa Jay mulai bercerita tentang perjalanannya di Brunei, dari budaya, tempat-tempat indah, hingga pengalaman seru lainnya.
Papa Jay mulai berbagi cerita tentang keramahan orang-orang di Brunei. "Orang-orang di sana tuh, ramahnya luar biasa. Meskipun negaranya kecil, tapi kalian bakal kagum sama kebersihan dan ketenangannya."
Ben menanggapi dengan penasaran, "Pasti seru ya, Om. Apalagi bisa nyobain makanan khas di sana langsung."
"Benar sekali, Ben! Dan jangan lupa, kalau ada kesempatan, kalian harus coba mengunjungi Masjid Sultan Omar Ali Saifuddien. Indah sekali, apalagi saat malam hari," lanjut papa Jay.
Jake, yang memang tertarik dengan arsitektur, bertanya, "Masjidnya arsitekturnya gimana, Om? Kayaknya keren banget."
Papa Jay tersenyum. "Keren banget, Jake. Masjid itu punya kolam besar yang bikin masjidnya seolah mengapung di air. Kayak lukisan hidup."
---
Setelah mendengar cerita, dan menikmati camilan dari Brunei, mereka semua merasa lebih dekat dengan papa Jay. Malam itu mereka tertawa, bercanda, dan bersyukur atas persahabatan yang mereka miliki.
Yura menatap Jay sambil tersenyum. "Thank you banget ya, Jay, udah ngajak kita ke sini. Ini pengalaman yang nggak bakal gue lupain."
Jay tersenyum hangat. "Sama-sama, guys. Kalian tuh bukan cuma sahabat buat gue, tapi juga udah kayak keluarga. Jadi, kalau papa bawa oleh-oleh lagi dari Brunei atau dari mana pun, kalian harus datang lagi ya!"
Semua tertawa dan mengangguk, sambil berterima kasih pada papa Jay atas sambutan hangatnya. Mereka pulang malam itu dengan hati yang penuh kenangan indah, bersyukur punya sahabat dan keluarga yang selalu ada untuk satu sama lain.
B E R S A M B U N G
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends, Fun, and Chaos
FanfictionIni kisah delapan anak Jaksel yang persahabatannya tuh seru banget! Ada Vicky yang selalu bawa vibes edgy, Ben si kalem tapi bermulut pedas, Liza yang paling normal diantara mereka semua, Yura yang pecicilan, Reina sipaling pinter, Jay yang selera h...