"All I Want" - Kodaline
•
•Malam itu, suasana di Jakarta terasa sejuk, dengan semilir angin yang menyentuh wajah. Vicky dan Ben baru saja meninggalkan rumah Liza setelah malam yang penuh tawa dan kehangatan. Meskipun mereka berdua sempat berdebat dan saling ejek, malam ini memberi mereka momen yang berbeda, momen di mana perasaan mulai terungkap.
---
Ben mengendarai motornya dengan Vicky duduk di belakang, memeluk pinggangnya. Dia merasa berdebar, tidak hanya karena kecepatan motor yang meluncur, tetapi juga karena kedekatan mereka yang baru saja terjalin. Di dalam hati, Vicky berusaha menenangkan diri, tetapi dia tidak bisa mengabaikan getaran aneh yang muncul setiap kali dia menyentuh Ben.
"Jadi, lo pikir kita akan sering ngumpul kayak gini, kan?" Ben memecah keheningan.
"Ya, pastinya. Gue rasa malam ini seru banget. Kita harus bikin lebih banyak kenangan," jawab Vicky, mencoba terdengar santai.
Ben mengangguk, tetapi dia merasakan ada yang berbeda. Dia tidak ingin hanya dianggap sebagai teman. "Vicky, tentang tadi..."
"Hm?" Vicky mengalihkan pandangannya ke arah jalan, berusaha menutupi rasa gugupnya.
"Gue cuma mau bilang, lo itu spesial." kata Ben, dan detak jantungnya semakin cepat.
---
Motor mereka berhenti di depan rumah Vicky. Saat Vicky turun, dia merasakan sedikit tidak rela saat Ben mengangkat helmnya. "Thanks, Ben. Untuk malam ini, dan untuk semuanya," ucapnya tulus.
"Gue seneng bisa nganter lo pulang. Dan... lo tahu kan, kalau lo bisa ngobrol sama gue kapan saja?" Ben menawarkan, berusaha untuk lebih terbuka.
"Ya, gue tahu," jawab Vicky, menatap mata Ben. "Gue juga bisa berbagi apapun sama lo."
Keduanya terdiam sejenak, merasakan ketegangan yang menggantung di udara. Vicky merasa ada sesuatu yang ingin dia katakan, tetapi tidak tahu bagaimana cara mengungkapkannya.
Ben membuka suara. "Gue suka sama cara lo ngambek kalau kita berdebat, dan cara lo bikin semuanya lebih seru. Mungkin kita sering bertengkar, tapi di sisi lain, kita saling melengkapi,"
Vicky merasa terharu, perutnya seperti ada kupu-kupu yang berterbangan. "Gue juga merasa hal yang sama. Kita mungkin nggak sempurna, tapi ada sesuatu di antara kita yang bikin gue nyaman."
Ben melihat ke arah Vicky, matanya berbinar. "Jadi, kita bisa coba untuk lebih dari sekadar teman, kan?"
"Gue rasa itu bisa jadi sesuatu yang menarik," Vicky menjawab dengan senyuman, hatinya berdebar-debar. "Kita bisa belajar dari satu sama lain."
"Ya, kita bisa jadi tim yang hebat," Ben setuju, lalu melanjutkan, "Gue akan berusaha jadi lebih baik, dan lo juga bisa."
Keduanya tertawa, merasakan beban yang terasa lebih ringan. Malam itu, mereka tidak hanya menemukan kebersamaan, tetapi juga mengakui perasaan yang selama ini tersembunyi.
---
Sebelum Vicky masuk ke dalam rumah, dia menoleh ke Ben. "Jadi, kita ada janji, kan? Nggak peduli apa yang terjadi, kita tetap berteman dan saling dukung?"
"Deal! Kita akan terus saling dukung. Dan siapa tahu, mungkin kita bisa bikin cerita yang lebih seru," jawab Ben sambil tersenyum lebar.
"Yup, kita akan bikin banyak kenangan bersama," Vicky berjanji, lalu melangkah ke arah pintu.
Ben melihat Vicky masuk, merasakan hangatnya perasaan baru yang tumbuh di antara mereka. Meskipun mereka sudah berada di jalur baru, dia tahu bahwa perjalanan mereka tidak akan selalu mulus. Namun, dia percaya bahwa bersama-sama, mereka bisa menghadapi apa pun.
Saat Vicky menutup pintu rumahnya, dia melirik ke jendela dan melihat Ben tersenyum. Di dalam hatinya, dia tahu malam itu bukanlah akhir, melainkan awal dari sesuatu yang lebih indah.
Dengan senyum di wajah, Vicky melangkah ke dalam, bersemangat menghadapi hari-hari kedepan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends, Fun, and Chaos
FanficIni kisah delapan anak Jaksel yang persahabatannya tuh seru banget! Ada Vicky yang selalu bawa vibes edgy, Ben si kalem tapi bermulut pedas, Liza yang paling normal diantara mereka semua, Yura yang pecicilan, Reina sipaling pinter, Jay yang selera h...