"Best Day" - Taylor Swift
•
•Sudah seminggu berlalu sejak Riki, mahasiswa junior, mulai terang-terangan mendekati Vicky.
Setiap hari, Riki semakin rajin menanyakan kabar, mengajak bicara, dan bahkan beberapa kali menawarkan bantuan.
Di saat yang sama, Jake sedang bingung mencari ide kado ulang tahun untuk adiknya, Anna, yang sebentar lagi akan berulang tahun. Karena tahu Liza punya selera bagus, ia memintanya untuk membantu memilih kado.
---
Di lorong kampus, Riki menghampiri Vicky yang sedang berjalan bersama Yura.
“Kak Vicky! Udah mau ke kelas?” Riki tersenyum lebar sambil membawa tas penuh buku.
Vicky mengangguk, sedikit canggung. “Iya, ini lagi mau ke kelas. Lo mau ke mana?”
“Sebenernya nggak ada kelas sih, cuma mau mampir ke perpustakaan. Tapi kalau kamu butuh apa-apa, bilang aja, ya.” jawab Riki, masih tersenyum.
Yura melirik Vicky dengan tatapan penuh arti, berusaha menahan tawa.
“Wah, rajin banget nih, Riki,” kata Yura, menggoda sedikit.
Riki mengangguk bangga, “Makasi, Kak Yura. Kalau ada yang perlu dibantu, bisa panggil aku kapan aja.”
Setelah Riki pergi, Yura langsung menatap Vicky sambil terkikik. “Gimana nih, Vik? Anak baru ini makin sering kelihatan di sekitar lo, mana udah berani aku-kamu.”
Vicky tertawa kecil sambil menghela napas. “Aduh, gue bingung, Ra. Anak ini niat banget, tapi gue nggak enak juga buat ngomong kalau gue udah punya Ben.”
---
Di tempat lain, Jake bertemu dengan Liza di taman kampus. Jake terlihat kebingungan sambil terus mengusap-usap layar handphonenya, mencari ide kado yang cocok buat Anna.
“Liz, gue pusing banget nih. Ulang tahun Anna sebentar lagi, dan gue masih nggak punya ide kado. Bantuin gue, dong,” katanya penuh harap.
Liza tertawa kecil sambil menepuk bahu Jake. “Bisa aja gue bantu, tapi lo harus kasih sedikit petunjuk. Anna suka apa, sih?”
Jake berpikir sejenak, “Hmm, dia tuh suka barang-barang yang cute, tapi gue juga pengen ngasih sesuatu yang bisa bikin dia inget terus sama gue. Biar meskipun kita beda negara, dia tetep ngerasa deket sama gue.”
Liza mengangguk setuju dan berpikir. “Gimana kalau lo bikin scrapbook? Isinya foto-foto kalian berdua, terus tambahin beberapa kenangan kecil yang lo tau dia suka.”
Jake tersenyum lebar mendengar ide itu. “Wah, boleh juga! Tapi gue nggak jago nih bikin-bikin begituan.”
Liza tertawa dan menepuk bahunya, “Santai, gue bantuin kok. Kita cari dulu pernak-perniknya sore ini.”
---
Di kantin kampus, Vicky duduk bersama Yura, Ben, Mahesa, dan Reina. Mereka sedang makan siang saat Riki muncul lagi dengan membawa minuman untuk Vicky.
“Kak Vicky, ini aku bawain minuman dingin, ya. Buat kamu,” kata Riki sambil menyodorkan minuman.
Ben langsung melirik Riki dengan tatapan datar, sementara Mahesa dan Yura menahan senyum.
“Wah, perhatian banget nih, Riki,” kata Mahesa, pura-pura kagum. “Pasti niat banget ya nunggu di kantin buat bawain minuman.”
Riki tersenyum malu-malu. “Yah, namanya ngefans, Kak.”
Ben tersenyum tipis dan berkata, “Makasih, Riki, tapi Vicky udah punya minuman, tuh.”
Vicky melirik Ben sambil tersenyum kecil, lalu beralih ke Riki. “Eh, makasih ya, Rik, tapi gue udah ada minum dari tadi.”
Riki mengangguk dan mundur perlahan. Setelah Riki pergi, Mahesa langsung terkikik. “Ben, lo cemburu ya?”
Ben hanya mengangkat bahu dengan senyum tipis. “Nggak cemburu, kok, cuma… ya, dia keseringan muncul.”
Vicky tertawa kecil, menepuk bahu Ben. “Udah, santai aja. Anak baru ini cuma butuh waktu aja buat sadar situasinya.”
---
Sore harinya, Jake dan Liza pergi ke toko pernak-pernik untuk mencari barang-barang yang bisa dimasukkan ke scrapbook. Di tengah memilih, Jake berhenti di depan rak gantungan kunci berbentuk binatang.“Ini lucu nggak, Liz?” tanya Jake sambil menunjukkan gantungan kunci berbentuk koala. “Anna suka banget sama binatang lucu.”
Liza tersenyum, mengambil satu gantungan dan memeriksanya. “Bagus, nih! Tambahin aja ini buat halaman pertama scrapbook-nya.”
Jake mengangguk senang. “Makasih banget ya, Liz. Gue udah nggak bingung lagi sekarang.”
Liza tersenyum bangga. “Santai, Jake. Lo pasti bakal bikin kado yang Anna suka.”
---
Keesokan harinya di kampus, Riki tetap mendekati Vicky meskipun sekarang ia lebih hati-hati saat teman-teman Vicky—Terutama Ben—ada di sekitar. Ben pun merasa lebih tenang setelah melihat kalau Riki mulai menjaga jarak.
Sementara itu, Jake dan Liza mengumpulkan semua bahan yang mereka beli, siap untuk mulai membuat scrapbook. Teman-teman mereka yang lain juga turut membantu memberi ide-ide menarik.
“Anna pasti suka, Jake,” kata Reina sambil tersenyum melihat Jake yang sibuk memotong-motong foto.
“Yup, dia bakal seneng banget punya kakak yang perhatian,” tambah Yura.
Jake tersenyum lega dan mengangguk. “Makasih ya, guys. Kalian sahabat-sahabat yang terbaik.”
Mahesa yang sedari tadi memandangi Scrapbook itu-pun membuka suara. “Nanti kalau lo ngirim kado buat Anna, kasih tau gue ya. Biar barengan.” setelah Mahesa berucap, teman-temannya pun mulai memberinya ledekan.
Jake tertawa kecil, “Ashiapp, jangan lupa, kado lo tambahin surat cinta-nya juga.” semua yang mendengar guyonan Jake-pun tertawa terbahak meledek Mahesa.
Dengan bantuan sahabat-sahabatnya, Jake akhirnya bisa memberikan kado spesial untuk Anna, yang penuh dengan kenangan manis dan pesan-pesan dari sahabat-sahabatnya.
B E R S A M B U N G
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends, Fun, and Chaos
FanficIni kisah delapan anak Jaksel yang persahabatannya tuh seru banget! Ada Vicky yang selalu bawa vibes edgy, Ben si kalem tapi bermulut pedas, Liza yang paling normal diantara mereka semua, Yura yang pecicilan, Reina sipaling pinter, Jay yang selera h...