"Long Gone" - Phum Viphurit
•
•Semester keempat hampir selesai, dan suasana kampus mulai terasa makin padat. Di kantin kampus, Ben, Jay, Vicky, Reina, Mahesa, Liza, Jake, dan Yura akhirnya sepakat buat kumpul sebentar di sela-sela padatnya jadwal. Mereka semua sibuk dengan mata kuliah, tugas proyek, dan mulai sadar kalau semester depan tantangan akan makin berat karena sudah memasuki semester lima, masa-masa skripsi mulai membayangi.
“Gue ngerasa makin lama tugas kita kayak lomba maraton yang nggak ada akhirnya,” keluh Vicky, melirik ke laptopnya yang masih terbuka penuh dengan dokumen revisi proyek. “Kayaknya dosen gue nggak akan puas sebelum tugas gue sempurna.”
Reina ikut mengangguk sambil menghela napas. “Bener, rasanya udah nggak sempet napas. Kayaknya kita bener-bener dites persiapannya buat semester lima nanti.”
“Bener, ya, sebentar lagi kita bakal masuk semester lima,” gumam Mahesa sambil menghela napas panjang. “Perasaan baru kemarin orientasi, terus tiba-tiba kita udah ngebahas skripsi.”
Jay yang biasanya paling santai juga ikut nimbrung dengan nada serius. “Kalau organisasi makin padat gini, gue mulai mikir, apa bisa tetap bagi waktu nanti? Semester lima nanti pasti bakal lebih gila lagi.”
Liza yang duduk di sebelahnya menyenggol lengan Jay. “Bener, lo nggak bisa nggak bagi waktu, Jay. Gue udah bilang, prioritas itu penting. Jangan sampe semuanya berantakan karena lo terlalu ambisius di organisasi.”
Jake, yang biasanya lebih tenang, ikut nimbrung. “Gue juga kepikiran, sih. Sadar nggak sadar, kita udah mulai masuk tahap di mana setiap keputusan bakal bener-bener ngaruh ke masa depan kita. Tapi yang penting, kita tetep saling support satu sama lain. Setuju?”
Semua orang mengangguk. Walaupun mulai sibuk, kebersamaan mereka adalah hal yang nggak akan mereka tukar. Namun, di tengah obrolan serius itu, Yura tiba-tiba mengangkat topik yang sejak tadi terselip di pikirannya.
“Eh, ngomong-ngomong, gimana Anna nanti ya? Dia bakal jadi mahasiswa baru, kan?”
Semua langsung terdiam sejenak. Mereka saling pandang, baru sadar kalau mereka belum membahas hal itu. Anna, yang selama ini udah sering ikut kumpul dan dekat dengan mereka, bakal resmi jadi bagian dari kampus. Tapi di tengah kesibukan mereka yang semakin padat, siapa yang bakal nemenin Anna untuk bantu adaptasi?
“Ya ampun, bener juga,” kata Reina sambil tersenyum kecil. “Gue seneng banget sih dia bakal kuliah di sini juga. Tapi, gue beneran takut nggak bisa sering ketemu dia.”
“Bukan cuma lo, Rei. Gue juga mikir, takutnya Anna ngerasa kita terlalu sibuk buat dia,” tambah Mahesa dengan nada serius. “Jadi mahasiswa baru kan butuh bimbingan, perlu teman yang bisa bantu ngarahin. Tapi kalau kita semua sibuk... gimana, ya?”
Vicky yang dari tadi mendengarkan dengan seksama angkat bicara, “Eh, jangan lupa, kita nggak mungkin sepenuhnya sibuk. Pasti ada waktu senggang. Jadi ya, gimana kalo kita atur aja, siapa yang bisa nemenin Anna pas lagi senggang?”
Liza mengangguk setuju. “Ide bagus, Vik. Mungkin tiap orang bisa ambil giliran buat jalan bareng atau sekadar ngobrol sama Anna biar dia nggak ngerasa ditinggalin.”
Jake yang dari tadi mendengarkan mulai terlihat makin protektif sebagai kakak. “Jujur gue paling khawatir. Gue tahu Anna kuat, tapi gue nggak mau dia merasa sendirian. Gue nggak mau dia ngerasa nggak ada yang nemenin di kampus ini. Jadi, gue bakal usahain buat selalu ada di samping dia.”
Liza tersenyum sambil menyentuh bahu Jake. “Jake, lo tenang aja. Kita semua juga anggap Anna kayak adik sendiri. Jadi kalau lo lagi sibuk, kita semua akan support dia.”
Jay mengangguk dan ikut menenangkan, “Gue ngerti, Jake. Tapi lo nggak perlu terlalu khawatir. Kita semua ada di sini buat dia. Kayak yang Liza bilang, kita anggap dia keluarga.”
Mahesa yang paling dekat dengan Anna menambahkan, “Gue juga bakal usahain buat ngatur waktu. Lagian, selama ini Anna udah banyak belajar dari kita juga. Jadi gue yakin, dia udah punya cukup keberanian buat survive di kampus ini.”
Yura mengangkat gelasnya sambil tersenyum. “Intinya, kita tetap solid ya buat support satu sama lain, dan buat Anna juga. Mungkin ini bakal jadi masa-masa yang sibuk, tapi nggak berarti kita nggak bisa ada buat dia.”
Mereka semua saling mengangguk, dengan rasa lega. Meski bakal sibuk dengan proyek, skripsi, dan organisasi, ada komitmen kuat di antara mereka buat tetap menemani dan menjaga Anna selama masa adaptasinya sebagai mahasiswa baru nanti. Mereka tahu, meskipun masa depan terasa penuh tantangan, selama mereka tetap bersama, semua akan terasa lebih ringan.
B E R S A M B U N G
KAMU SEDANG MEMBACA
Friends, Fun, and Chaos
FanfictionIni kisah delapan anak Jaksel yang persahabatannya tuh seru banget! Ada Vicky yang selalu bawa vibes edgy, Ben si kalem tapi bermulut pedas, Liza yang paling normal diantara mereka semua, Yura yang pecicilan, Reina sipaling pinter, Jay yang selera h...